Ian kehilangan semangatnya usai meninggalkan Meta di parkiran pagi tadi. Sudah kuliah kedua hari ini, tetapi telinga dan otaknya seperti membentuk benteng tak kasat mata yang membuatnya tak bisa mencerna ilmu yang ditransfer sang dosen di depan sana. Entah sudah berapa kali Ian mendengus, Riki yang duduk tepat di sampingnya sampai ikut-ikutan tak fokus menyimak penjelasan mata kuliah mereka hari itu. “Jangan lupa persiapkan diri kalian untuk quiz minggu depan. Juga Moot Courts semester ini akan dilaksanakan dua bulan lagi. Untuk yang tertarik menyimak, jadwalnya ada di kantor jurusan.” ujar sang Dosen di depan sana. Riki menendang kaki Ian yang terus saja melamun sedari tadi sementara sang Dosen sedang menatapnya dari depan sana. “Apaan sih---” “BRIAN!”pekik sang Dosen. “Saya, Pr