Piknik

1931 Kata
"Woy njiirr ... apa kabar Mister Arjuna Pradana ... udah dapat bule belom lo?" Suara Mario terdengar di ujung telepon saat Juna bersiap tidur, sudah jam sembilan malam di Melbourne. "Udah selusin, mau lo gue bagi satu?" Terdengar suara tawa yang lebih dari satu orang, Juna tidak tahu ada siapa saja, tapi yang jelas suaranya pasti di buat mode speaker dan didengar ramai - ramai. "Nggak dimana - mana ya si Juna tebar pesona, ciwir - ciwir pada nempel deh ah. Lo dicariin Lidya tuh, katanya kangen udah lama nggak lihat Juna ganteng." Juna mendengus. Teman - temannya selalu saja bilang begitu, ganteng ...ganteng ... mereka juga ganteng - ganteng, tapi selalu saja menunjuk dirinya. "Bilang aja, sekarang gantengan Mario dari pada Juna." "Gue nggak Jun?" "Siapa tuh, Doni ya?" "Iya, ada Doni sama Hasan, lagi nongki nih." "Abis dari mana?" "Gue dari kantor, Doni dari pergi sama Lita, Hasan abis wawancara tadi sore." "Wah sibuk banget ya rekan - rekan gue ini." "Jun ... udah jadi orang kere belum lo di sana?" Juna tergelak," Otewe banyak duit gue disini ... ntar gue traktir deh kebab si Toriq." "Eh bener lho, temen adek gue ikut whv sekarang udah ngirim duit buat nyokap sama bokapnya umroh lho," celetuk Hasan. "Nah tuh Jun, lo kirim duit lah buat Om Dana sama tante Ana, siapa tahu mereka terharu dapat kiriman duit dari lo." Juna tertawa ngakak,"Yang ada nyokap kirim orang buat jemput gue pulang." "Eh beneran gajinya gede di sana, Jun?" tanya Hasan. "Kalo di rupiahin tiga ratus ribu satu jam, gue kerja delapan jam sehari." "Njiiirr ... setengah upah UMR Jakarta sebulan ya gaji lo sehari?" suara Hasan agak memekik. Diantara mereka berempat memang cuma Hasan yang belum dapat kerja, sebenarnya bukan susah dapat pekerjaan, tapi dia baru selesai magang di satu biro arsitek di Bandung, tapi dia sedang mencari peruntungan lain di jakarta dan tadi baru wawancara, dan ketika mendengar gaji Juna disana tentu saja dia kaget, soalnya tadi sama HRD sudah membicarakan gaji, rasanya tidak sebesar penghasilan Juna disana. "Ya udah, lo ikut aja si Juna ke Melbourne." "Gue nggak lancar bahasa Inggrisnya." "Lo les dulu lah. Eh Jun, lo beneran udah dapat kerja?" tanya Doni. "Udah, baru dua hari." "Kerja apa lo njirr." "Pelayan restoran." "Gileeee lo, kalo tante Ana tahu bisa dipanggang idup - idup lo Bray.." "Awas aja kalo sampe nyokap gue tahu, lo bertiga tanggung jawab!" "Ckk Jun ... Jun, orang pengen kaya raya kayak lo, kenapa lo pengen kayak orang susah, lo salah aliran kayaknya, bos!" "Mau gue gelindingan doang nggak usah pake kerja, harta keluarga gue nggak abis kayaknya, masa hidup cuma gitu doang sih? Nggak asik tahu! Paling nggak sekali seumur hidup gue harus ngerasain hidup hemat sambil nunggu gajian dua minggu lagi, kayaknya seru . Ini aja baru dua hari lho, gue udah deg - deg an takut duit habis, padahal tabungan gue lebih dari cukup di Indo." "Di Indo? Lo nggak bawa duit ke sana?" "Bawa tiga puluh juta, sekarang sisa sepuluh juta buat dua minggu." "Nekat banget lo ya. Memang sewa tempat tinggal nggak bayar?" "Ya bayar dong, makanya duit gue langsung tiris, padahal kemarin udah cakep - cakep gue di Dorm murah, eh ada aja apesnya gue." "Apes kenapa?" tanya Mario. Juna menceritakan apa yang terjadi malam itu dan membuat ketiga teman - teman kuliahnya dulu tertawa ngakak. "Makanya dulu kena senggol t***k Widi lo kabur, dia sampe ngira lo homre, Jun. Sekarang dengar orang esek - esek lo kabur juga" Mereka tertawa ngakak, padahal di tempat umum. Juna yang sendirian saja juga ikut tertawa. Widi itu pacarnya waktu kuliah, gadis famous di kampus, sering ikut lomba putri - putrian, sering jadi duta ini itu. Wajahnya cantik dan bodynya asli tanpa ada bantuan ketok magic, tapi sayang nya dia terlalu vulgar, Juna tidak menyadari ketika Widi yang melakukan pendekatan, apalagi teman - temannya ikut memanas - manasi, makanya mereka akhirnya pacaran ... sayangnya hanya beberapa bulan saja Juna sudah tidak kuat, hidupnya tidak nyaman mengikuti gaya Widi yang serba wah. "Sialan! Gue takut nggak kuat iman kalo denger kayak gitu melulu!" Lagi - lagi Juna membuat teman - temannya tertawa mendengar ucapannya. *** Minggu pagi di Melbourne cerah dan hangat, hari yang sempurna untuk piknik, ini yang namanya semesta mendukung. Juna tiba di depan Carlton Gardens tepat pukul delapan pagi. Ini adalah kali pertama dia datang ke taman ini dan cukup mengagetkan karena ternyata sangat ramai. Piknik ke taman atau tempat terbuka bersama teman adalah hal yang belum pernah Juna temui di Indonesia, biasanya dia cuma lihat di film - film saja. Mana pernah teman - temannya punya ide untuk piknik seperti ini, kalau cuma mau nongkrong paling mentok di cafe, kalau di Bandung temannya akan mengajak ke Lembang atau Dago pakar, tapi tetap saja mereka tidak mencari taman, begitu juga kalau dia di Jakarta, paling mereka akan ke Sentul atau Bogor. Juna dan Ervin sudah berjanji untuk bertemu di gerbang pintu masuk taman, tetapi ketika Juna tiba, yang dilihatnya bukan Ervin, melainkan Sophia dan dua temannya. "Hai, Juna!" sapa Sophia dengan senyum hangat. Juna mendadak gugup. "Hai, Soph." balas Juna sambil melambaikan tangan lalu mendekat. Ashley dan Deina tersenyum dan memperkenalkan diri. "Hai, aku Ashley, dan ini Deina," kata Ashley. "Senang bertemu denganmu, Juna," kata Deina. "Senang bertemu dengan kalian juga," jawab Juna dengan sopan. Dia merasa sedikit canggung berdiri di antara tiga wanita itu, tetapi Sophia kelihatan ada usaha untuk membuatnya nyaman. "Ayo kita masuk." "Ehm sebenarnya aku janjian dengan Ervin disini," jawab Juna. "Aku yakin Ervin akan terlambat, kuliah pagi pun dia pasti terlambat. Kita cari tempat yang bagus dulu di dalam, biar nanti dia yang mencari kita," kata Sophia sambil mengajak mereka masuk ke taman. Mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang dihiasi pepohonan rindang dan bunga-bunga yang sedang mekar. Carlton Gardens terlihat indah dengan rerumputan hijau yang luas dan danau kecil di tengahnya. Setelah beberapa menit berjalan, mereka menemukan tempat yang sempurna di bawah pohon besar yang teduh, walau judulnya ingin piknik sambil berjemur tapi setidaknya tetap mencari area yang agak teduh juga karena semakin siang akan semakin panas. Mereka segera menggelar tikar piknik yang dibawa Deina. "Kata Sophi kamu orang Indonesia ya?" "Ya, aku orang Indonesia," jawab Juna sambil membantu merapikan alas piknik mereka. "Apa di Indonesia kamu sering melakukan piknik di taman seperti ini, Juna?" tanya Ashley sambil mengeluarkan sandwich dari kotaknya. "Honestly, ini baru pertama kalinya. Aku belum pernah melakukan piknik di taman seperti ini. Biasanya aku dan teman-teman nongkrong di kafe," jawab Juna sambil tersenyum. "Di sini piknik di taman itu biasa. Selain lebih murah, suasananya juga lebih tenang, tapi sayangnya kami juga jarang melakukannya karena kesibukan masing - masing kalau weekend seperti ini." kata Deina lalu duduk di sebelah Juna. Juna mengangguk. "Iya, aku lihat banyak sekali yang datang ke sini. Tempat ini indah sekali." "Di Indonesia banyak taman?" tanya Ashley. "Ya ... banyak, tapi mungkin tidak banyak yang piknik, termasuk aku." "Owh." "Aku pernah ke Bali, dan alamnya juga sangat indah sekali," sela Deina. "O ya? Bali memang Indah, salah satu tempat yang menjadi kebanggaan Indonesia, tapi masih banyak lagi daerah - daerah di Indonesia yang tidak kalah indahnya dari Bali." Mereka terlihat mulai terlihat akrab, tepatnya Deina dan Ashley yang sangat berminat ngobrol dengan Juna, sedangkan Sophia hanya nimbrung sesekali. "Sophi bilang kamu kerja di tempat yang sama dengan Ervin. Gimana rasanya kerja di sana?" tanya Ashley. "Hmm ... menyenangkan. Ervin banyak membantu aku beradaptasi, dan teman-teman di sana juga ramah," jawab Juna. "Baguslah kalau begitu. Bekerja dengan teman pasti lebih menyenangkan." "Yea ..." "Sudah berapa lama kamu di sini?" "Hm ... sudah satu minggu." "Owh belum lama, bagaimana kamu bisa mengenal Sophi?" tanya Deina penasaran. "Uhm .. Juna adalah teman Jack, aku mengenalnya di The Bean," sahut Sophi cepat. Juna sempat bingung sesaat, tapi setelah itu dia ikut mendukung pernyataan Sophi," Ya ... aku teman Jack dan Sophi membantuku mencari pekerjaan." "Oowh." Sudah sepuluh menit mereka disini, Ervin akhirnya tiba dengan napas sedikit terengah-engah. "Maaf, aku telat! Tadi aku bangun kesiangan," kata Ervin sambil duduk di dekat Sophi. "Minum dulu, kamu tidak perlu sampai berlari Erv," ucap Ashley sambil menyodorkan botol jus buah. "Thanks, Ash, aku tadi khawatir juna menungguku di depan ... bagaimana kalian bisa bertemu?" "Kami bertiga janjian di mini market depan sana, Sophi membeli beberapa snack. Waktu kami masuk, Sophi melihat Juna sedang berdiri di depan gerbang." "Owh Syukurlah, aku khawatir dia bingung dan pulang." "Kenapa harus bingung, kamu bisa menelponku," jawab Juna. "Itu masalahnya, hape ku ketinggalan di kamar, untung aku masih ingat membawa dompet." "Santai saja Erv, kami baru mulai kok," kata Sophia sambil tersenyum. "Untung kamu segera datang, Erv. Kami sudah hampir menghabiskan semuanya," kata Ashley sambil menunjuk bekal piknik mereka lalu tertawa. "Ya .. ya ... aku sangat lapar sebenarnya, kamu paham kan kalau orang bangun tidur dan melompat karena kaget? Minum saja aku tidak sempat." Ervin meneguk jus pemberian Ashley tadi. "Bagaimana Bro, kamu suka piknik?" tanya Ervin setelah meneguk jus buahnya. "Iya, aku suka. ini pengalaman pertama," jawab Juna. "Bagus kalau kamu suka. Kita harus sering-sering piknik bareng," kata Deina dengan senyum penuh arti. "Mau jalan - jalan berkeliling, Juna?" tawar Asdley lagi. "Sure." Deina berdiri, Ashley dan Ervin ikut berdiri. "Ayo Soph," Ajak Ervin ketika melihat Sophi tidak beranjak sama sekali. "Aku disini saja, aku bisa menunggu barang - barang ini," tunjuk Sophi ke barang perbekalan mereka. "Kamu tahu disini aman, lagi pula kita hanya berjalan sekitar sini saja, kita bisa berfoto sama - sama." Wah mbak bule doyan foto juga rupanya, pikir Juna. Sophi akhirnya ikut berdiri dan mereka mulai meninggalkan tempat duduk mereka tadi. Juna hanya ikut saja mereka berjalan, sejujurnya Juna tidak begitu suka teriknya matahari ini, tapi keempat teman bulenya seperti sangat menikmatinya. "Musim panas ini memang sangat di cari di sini Jun, walau kadang panasnya sangat ekstrim. Jangan heran kalau nanti di satu hari kamu bisa merasakan musim panas, musim dingin dan hujan sekaligus," jelas Ervin. "Dalam satu hari? Bagaimana bisa?" "Ya bisa ...tidak selalu tapi bisa terjadi." "Owh oke, menarik ya." Kalau dalam pergaulan Juna di Jakarta atau Bandung, belum pernah dia mau bergaul sedikit kaku begini. Kalau tidak terlalu akrab, maka Juna tidak akan mau bergabung, kalau sekarang? Ya apa boleh buat, dia sedang memperbanyak teman disini. Tapi Juna mulai merasakan sesuatu, Sophi jarang berinteraksi dengannya, bukankah dia sebenarnya yang diakui sebagai teman Sophi ya? Cukup lama mereka piknik di taman ini, setidaknya sudah pukul sebelas lewat mereka baru keluar dari area Carlton Garden. Ternyata Deina membawa mobil, sedangkan yang lain naik bus. Deina menawarkan jasa untuk mengantarkan teman - temannya, sayangnya Juna menolak karena dia mau lanjut ke tempat Anton dan Rudi, yang arahnya berbeda dengan arah pulang Deina. Hanya Ashley dan ervin yang ikut Deina, sedangkan Sophi dan Juna menuju halte bus. "Kamu langsung pulang?" tanya Juna. "Ya." "Kalau di rumah kamu melakukan apa?" "Tidur, nonton." "David tidak datang?" "No, dia ada acara bersama keluarganya di luar kota, nanti malam baru pulang." "Owwh ... apa kita mau lunch sama - sama, Soph?" "Lunch?" "Ya, aku kira sudah waktunya kan?" tanya Juna sambil melihat jam tangannya. "Boleh, tapi aku tidak mau di traktir walau kamu yang mengajak." Juna tertawa," Ternyata kamu masih mengingat itu." "Ingatan ku masih bagus. Kamu mau makan apa?" "Anggaplah aku kurang ide, tapi memang aku tidak ada ide, aku hanya tahu burger, steak, sandwich ... kamu saja yang kasih usul." "Kamu mau makanan Indonesia?" "Ada?" "Ya tentu saja ada." "Kamu suka?" "Ya, ada beberapa yang aku suka." "Misalnya?" "Nasi goreng." Juna tersenyum, " Ayolah, sudah satu minggu aku tidak ketemu nasi."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN