PART 18

1498 Kata

Febi memandangi langit yang mulai menunjukkan sinarnya dari balkon. Memang tidak bisa melihat matahari terbit karena gedung-gedung tinggi yang ada di sini, tapi perubahan warna langit dari gelap hingga berubah menjadi biru cerah sudah cukup memanjakan matanya. Febi menghela napasnya pelan. Sudah dari pukul tiga pagi Febi bediri di sini. Febi terbangun karena mimpi buruknya, mimpi buruk yang sudah lama tidak pernah ia dapatkan kini datang kembali. Tangan Febi yang tadinya memeluk tubuhnya sendiri untuk menghangatkan diri perlahan turun untuk mengusap perut besarnya. Febi menatap perutnya nanar, perlahan air matanya turun membasahi pipinya. "Benarkah seperti itu? Lalu apa yang harus Febi lakukan, Tuhan?"   ---   Febi menutup pintu balkon dan menatap jam pada dinding kamar yang menu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN