Luapan

1188 Kata

“Kau yakin?” Tanya Rangga untuk kesekian kalinya. Aku menjawab jengah, pria irit bicara ini ternyata cerewet juga. Dia bahkan lebih cerewet di bandingkan ibu-ibu yang suka bergosip di pangkalan sayur. Menghabiskan waktu satu jam penuh. Padahal hanya membeli sayur asem. “Aku yakin, Rangga!” Menatap pria tampan di sampingku. “Percayalah aku akan baik-baik saja.” Ujarku tak sungkan memanggil namanya lagi, semenjak kebersamaannya di café tadi, kami kini lebih dekat. Rangga tak sedingin apa yang mereka bicarakan. “Eh, eh kau mau apa?” Aku menjauh mundur ketika Rangga mulai mendekat. Hembusan nafas kian menerpa wajahku saking dekatnya, sangat sejuk. Namun tidak menenangkan, posisi ini membuat Hatiku berdetak lebih cepat. Oh hati, diamlah! Aku takut dia mendengarnya. Tuturku harap-harap cema

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN