Pukul 21.30 WIB, Arion berdiri di balkon sendirian sambil menikmati langit malam yang ternyata bisa mengobati perasaannya.
Padahal tadi itu sudah lumayan apik, tapi bagaimana mungkin semua bisa jadi buyar dan hancur berantakan.
Saya tipe laki-laki yang berenergi dan buas, tapi semua itu tidak berarti jika sudah terbayang senyumnya, wajahnya dan sentuhannya.
Dimana dia sekarang? Apakah hukuman ini pantas untuk saya? Tanya Arion sambil meneguk wiski Chivas Regal Royal Salute.
Chivas Regal Royal Salute adalah wiski yang dibuat khusus untuk perayaan 50 tahun Ratu Elizabeth II pada tahun 2002.
Minuman ini dibuat dari wiski yang sudah disimpan di dalam tong selama 50 tahun. Hanya ada 255 botol yang dibuat dan harganya mencapai USD 10,000.
Dari dalam, terdengar suara handphone bernada musik clasic yang elegan dan menangkan. Dengan langkah cepat, Arion menerima panggilan tersebut yang ternyata dari sekertarisnya.
"Halo, San."
"Ya. Bagaimana malam ini, Sayang?" Sandra memang selalu memanggil Arion seperti itu, jika berada di luar kantor.
"Seperti biasa."
"Hemh, padahal dia yang terbaik dan harganya pun fantastis."
"Tapi ternyata semua itu tidak ada artinya juga." Arion menjawab dengan nada yang terdengar kecewa sambil menyandarkan punggungnya yang bebas dari busana di dinding kamar hotel mewah.
"Bolehkah saya mengatakan sesuatu? Tapi mungkin, semua ini akan membuatmu marah."
"Apa? Katakan saja!"
"Menurut saya, kamu harus ke dokter, Arion!"
"Saya tidak impoten, San. Jangan menghina saya!"
"Bukan begitu, tapi kamu butuh ahli untuk menjawab semua pertanyaan ini."
"Hemh."
"Mau sampai kapan seperti ini, Arion? Saya mengatakannya karena kita sudah begitu dekat dan terbuka. Selain itu, saja juga tahu bahwa kamu tidak sakit."
"Bahkan kamu adalah laki-laki yang hebat dan sempurna. Hanya saja, tidak mungkin kamu harus selalu dalam kondisi mabuk dan melupakan segalanya, kemudian baru bisa bercinta hingga akhir. Pikirkan itu, Arion!"
"Oke," sahut Arion sambil menghela napas panjang.
"Saya akan membantu dan menemanimu."
"Kita bicarakan soal ini besok, saya benar-benar sedang ingin tenang dan senang saat ini."
"Kalau begitu, bagaimana dengan satu bunga lagi?"
"Kenapa tidak kamu saja? Dan bawakan saya wiski lebih banyak!"
"Sorry, saya sedang bersenang-senang malam ini," jawab Sandra sambil menikmati kecupan yang terus menghujani buah dadanya, hingga ia tersenyum dalam kenikmatan.
"Oke," sahut Arion tanpa beban dan perasaan cemburu sedikit pun. "Selamat bersenang-senang, Sandra."
"Thanks, Arion. Dan bagaimana dengan tawaran saya barusan?"
"Apa wanita yang sama?"
"Tidak, jika kamu tidak suka."
"Baik, saya tunggu."
"Oke, good luck."
Perbincangan yang cukup panjang tersebut berakhir dengan kesepakatan baru. Sekarang yang Arion pikirkan adalah bagaimana agar ia tidak lagi gagal malam ini.
'Mungkin, saya harus menerkam tanpa melihat.' Kata Arion tanpa suara.
Arion kembali berniat untuk menghabisi wiski yang sangat mahal miliknya. Ia berharap bisa setengah mabuk, agar mampu melupakan mata indah mantan kekasihnya yang dihiasi dengan bulu mata lentik yang tebal dan panjang.
Cukup lama menunggu, akhirnya perempuan berikutnya pun tiba. Wanita yang satu ini juga terlihat berkelas dan aduhai. Senyum lebar dari bibir bervolume menyambut tatapan Arion ketika memandang wajahnya.
"Hai, saya Queen Aldera," ujarnya sambil terus tersenyum untuk memamerkan lesung pipi yang memesona.
"Arion."
"Nama yang hebat," sahutnya mulai memuji dengan tatapan semakin menggoda. "Bagaimana gaya yang kamu sukai?" Queen mulai menyentuh bibir Arion untuk memancing hasratnya.
"Apa saja, asal tidak saling melihat."
"Owh, ternyata kamu suka gaya dan permainan misterius." Queen berkata sembari mengikat leher Arion dengan pelukan tangannya yang pendek hingga jarak mereka begitu dekat.
Sepertinya jam terbang wanita bayaran yang satu ini cukup tinggi, hingga ia memahami maksud seorang Arion dengan mudah.
Queen melempar tas mungil bermerek miliknya ke atas tempat tidur, lalu ia memulai permainan bibirnya yang lamban, namun menyiksa.
"Emh, kamu sangat liar."
"Tentu saja karena saya sudah membayangkan, bagaimana otot-otot ini bertahan di dalam permainan malam."
"Ternyata kamu juga pengagum otat baja ya?"
"Karena saya sangat sulit merasa puas. Menurut saya, hidup ini hanya sementara. Jadi, saya harus menikmati segalanya dan terus bersenang-senang hingga akhir."
"Prinsip hidup yang simpel dan menyenangkan."
"Bisa kita mulai?"
"Tentu saja." Queen mulai memainkan milik Arion dengan genggaman tangan yang mencengkram dan lumatan lembut, seakan lidahnya mampu memijat pembuluh darah halus di ujung pedang khas milik Arion.
Arion tersenyum menikmati sentuhan istimewa dari wanita yang berbeda. Ia mampu mencapai titik ketegangan yang tinggi hanya dengan lumatan dan permainan tangan perempuan bayaran yang kedua.
"Anda sudah siap." Queen berkata sembari berdiri dan memberikan punggungnya kepada Arion.
Ternyata Queen benar-benar wanita yang cerdas, bahkan ia tahu harus berbuat apa di dalam tekanan permintaan sang pembeli kemolekan tubuhnya.
"Kamu pintar dan sangat peka," bisik Arion yang kali ini terlihat bersemangat sembari membenamkan miliknya hingga ke dasar.
Jeritan kenikmatan itu muncul dari bibir Queen yang berwarna merah menyala. Saat ini, Arion berusaha melupakan suara desahan dan jeritan lain yang tiba-tiba ia dengarkan.
Itu adalah suara sang mantan yang masih sangat ia inginkan. Semua ini seperti kutukan bagi seorang Arion yang sudah berusaha hidup tanpa dirinya.
'Tidak, jangan sekarang!' Bisik hati Arion pada jiwanya yang meronta.
Arion berusaha tetap fokus untuk menyelesaikan keinginannya sejak tadi sore, kali ini ia tidak ingin gagal.
Dengan hentakan bertubi-tubi, Arion menyelesaikan permainannya dan membiarkan tubuh Queen melemah dalam kenikmatan.
"Anda memang hebat, Tuan. Apa tidak ada tambahan lagi?" tanya Queen yang tampaknya masih sangat ingin.
Namun Arion menolak mentah-mentah. Semua itu karena ia tahu bahwa jika permainan ini ditambah, maka ia tidak akan mencapai batasnya.
"Saya pikir, Anda akan menghabisi seluruh tenaga saya malam ini," sambung Queen yang terus memancing hasrat Arion.
"Sebenarnya saya sangat ingin, tapi ada sesuatu yang membuat saya tidak bisa menambahkan jumlah permainannya."
"Katakan saja, apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?" tanyanya yang mengambil posisi manja dengan duduk di atas pangkuan Arion, sambil memamerkan buah dadanya yang menggoda.
"Tinggalkan saya sendirian, hanya itu saja." Arion berusaha tegas kali ini karena memang ia sudah tidak ingin lagi melakukannya. Entahlah, tidak ingin atau tidak bisa.
"Baru kali ini ada laki-laki yang menolak seorang ratu."
"Jangan kecewa! Saya hanya sulit untuk bercinta."
"Anda seperti seseorang yang pernah jatuh cinta, namun tidak memilikinya."
"Benarkah?" Arion menatap Queen dalam-dalam.
'Perempuan ini memang pintar. Tetapi sayang, ia memilih jalan yang salah.'
"Iya. Tampak jelas dari mata itu dan saya jarang sekali menemukannya." Queen semakin memperlihatkan penilaiannya.
"Tapi sayangnya, saya tidak sedang jatuh cinta. Mungkin, saya hanya sedang mengingat sesuatu yang membuat saya tidak bahagia."
"Apa itu soal wanita?"
"Mungkin."
"Jika begitu, pasti jawaban dan perkataan saya benar."
Queen terus mengisyaratkan bahwa Arion tengah jatuh cinta, tapi tidak sebaliknya karena memang Arion tidak memiliki keinginan untuk menjalin hubungan yang serius terhadap perempuan di sekelilingnya.
"Cinta itu seperti misteri, Tuan. Terkadang, saat ia ada di dalam genggaman, kita mudah saja melepaskan atau ingin sekali membuangnya. Tapi saat ia pergi, mata, bibir, hati dan jiwa kita malah ikut bersamanya. Itulah awal mula dari sebuah kata penyesalan."
"Kamu terdengar sangat berpengalaman."
"Saya pamit, Tuan." Queen tersenyum sambil menarik tali bajunya yang seukuran lidi.
"Hemh."
Cup
Queen meninggalkan kecupan di bibir Arion, tanpa menjawab pertanyaan terakhir darinya.
'Tidak. Mana mungkin perempuan seperti itu jatuh cinta. Bagi mereka, uang adalah segalanya.' Kata Arion tanpa suara.
Bersambung.
Novel ini sedang direvisi. Mohon maaf untuk typo dan kekurangannya. Jangan lupa tab love dan follow aku ya, makasih.