Berita Baik

1104 Kata
7 hari setelah arisan ibu-ibu kaum elit di rumah tante Mitha, hubungan Mama dan Tuan Muda Arion menjadi semakin baik dan dekat. Mama begitu peduli dengan semua aktivitas maupun kebutuhan putranya dan Tuan Arion pun sangat menjaga kondisi Mama lebih dari biasanya. Sekitar pukul 13.00 WIB, Mama menelpon dengan suara yang girang dan tampak sekali beliau seperti tidak sabar untuk menyampaikan berita baik kepada putranya, Arion. "Iya, Ma." Tuan Arion mengangkat ponselnya sambil berdiri dan menatap jam tangan mewah berwarna silver miliknya. "Sayang, bisakah kamu meninggalkan pekerjaanmu saat ini juga?" "Ada apa, Ma? Soalnya pukul 14.30 WIB, Arion ada meeting penting menggantikan posisi Papa." "Memangnya kemana papamu? Di rumah, Mama juga tidak melihat sosoknya sama sekali sejak tadi pagi." "Kalau soal itu, Arion sama sekali tidak tahu Ma. Mama kan tahu sendiri bagaimana sikap Arion kalau sudah bekerja, bahkan bayangan milik Arion sendiri saja, tidak pernah Arion perhatikan." "Ya sudahlah, Mama juga tidak peduli soal itu. Yang penting bagi Mama saat ini adalah kamu. Saat ini, Mama punya berita penting sekaligus membahagiakan." "Apa, Ma?" tanya Tuan Arion karena ia mendengar suara Mama yang sangat antusias dan bersemangat. "Mama sudah mendapatkan alamat Alexa dan Mama ingin hari ini juga kita menuju ke rumahnya. Mama ingin menyelesaikan semua ini dengan cepat. Jadi, jika Alexa menolakmu, maka Mama yang akan memintanya untuk maafkanmu Arion." "Mama serius?" Tuan Arion tersenyum sambil menghadap kaca besar pembatas ruangan dengan bagian luar kantor besar itu, sambil meletakkan tangan di atas kepala. "Tentu saja, itu makanya Mama menghubungimu supaya kita bisa sama-sama menemui Alexa dan juga keluarganya." "Bagaimana kalau pukul 16.00 WIB saja, Ma? Soalnya meeting kali ini benar-benar tidak bisa ditinggalkan." "Tapi rasanya, Mama sudah sangat tidak sabaran." "Kalau begitu, sebaiknya Mama ke kantor saja! Supaya bisa lebih cepat menuju ke rumah Alexa. Jadi selesai meeting, kita langsung berangkat." "Ide yang bagus, Mama kesana sekarang juga." "Oke, nanti Mama tunggu di ruangan Arion saja." "Iya. Emh, Arion." "Apa, Ma?" "Cepat ya, Sayang!" "Mama ini, jadi lucu sekali. Iya, Ma. Arion usahakan." Setelah menutup teleponnya, Tuan Arion langsung bersiap untuk meeting penting. Ia sudah mempersiapkan segalanya dengan baik. Hanya saja, pikirannya terpecah. Ini tidak seperti Tuan Arion yang biasanya karena selama ini jika ia sudah bekerja, maka ia akan melupakan segalanya. "Tuan, apa anda baik-baik saja?" tanya Sandra yang menyadari bahwa Tuan Arion hilang fokus dan kendali akan tubuhnya. "Iya, sebaliknya kita selesaikan semuanya dengan cepat!" "Baik, Tuan." Alexa, apa yang akan kamu lakukan ketika pertama kali melihat saya nanti? Akankah senyum yang dulu, bisa saya nikmati kembali? Tanya Tuan Arion tanpa suara. Apapun yang terjadi, saya akan mendapatkan kata maaf dari kamu. Pukul 16.00 WIB. Tuan Arion menyudahi meetingnya. Walau mereka belum mendapatkan titik terang atas permasalahan yang terjadi. Baginya, Mama dan Alexa lebih penting dari segalanya saat ini. Tuan Arion keluar dari ruangan, langkah kakinya yang panjang dan cepat membuat tanda tanya besar di dalam hati Sandra. Ia sangat ingin tahu, tapi tidak berani untuk bertanya karena selama ia bekerja dan bersennag-sennag dengan Tuan Arion, baru kali ini Sandra melihat gelagat aneh seperti ini pada diri Tuan Arion. Sandra terus menatap laki-laki bertubuh tinggi besar dan tegap tersebut. Pandangannya tidak fokus, bibirnya tidak memperlihatkan ekspresi apapun, namun matanya tampak berbinar. Tuan Arion seperti tengah bahagia di dalam ketegangan dan ketakutan. "Tuan, anda yakin baik-baik saja?" "Iya, kenapa?" "Bahkan anda tidak menyebut nama saya saat mengobrol sejak tadi." Sandra tampak kecewa dan seperti tidak dianggap kali ini. Padahal selama ini, ia merasa bahwa dirinya adalah wanita penguasa atas tubuh dan pikiran Tuan Arion. "Anda tidak pernah seperti ini, jika ada masalah atau kesalahan saya, katakan saja!?" "Tidak. Bukan begitu, Sandra. Saya hanya sedang tegang. Mengertilah!" "Arion." Mama memangggil dalam posisi berdiri, beliau memang terlihat sangat bersemangat kali ini. Bahkan semangatnya itu, lebih besar dari pada Tuan Arion. "Mama." Tuan Arion terkejut karena mamanya berada di luar ruangan kerjanya. "Kenapa Mama di sini?" "Mama tidak sabar lagi, Arion," sahut Mama yang masih berdiri dan menatap putranya penuh harap. "Bisa kita pergi sekarang? Kamu nggak lelah kan?" "Maaf, Nyonya besar. Mau kemana? Apa Sandra boleh ikut?" "Sandra, kamu berani banget ya bicara seperti itu kepada saya. Kamu itu siapa? Lagipula, seharusnya saat pimpinan tidak di tempat, maka kamu lah yang harus tinggal dan mengurus semua pekerjaannya. Kecuali kamu itu istrinya putra saya, itu lain lagi ceritanya." "Mama, stop! Jangan rusak perasaan bahagia kita dengan hal-hal seperti ini, Ma!" "Kamu ajarkan mulut sekertaris kamu itu supaya dia bisa lebih sopan." Mama terus menggerutu hingga wajahnya melipat dan tidak lagi bahagia. "Ayo pergi sekarang! Jangan-jangan setelah kamu menikah nanti, dia juga ingin tahu semua urusan di dalam rumah tangga mu, Arion." "Mama, please!" Apa, Arion ingin menikah? Tidak, dia tidak boleh melakukannya. Saya adalah wanita satu-satunya yang berhak memiliki Arion. Sandra terus berkata-kata di dalam hatinya sambil menela'ah setiap kalimat yang ia dengarkan. Kalau Arion hanya ingin bersenang-senang, saya masih rela. Tapi kalau untuk menikah, saya tidak akan pernah membiarkannya. Saya bersumpah untuk menghancurkan segalanya. Lihat saja nanti. "Apa lagi yang kamu tunggu, Arion?" tanya Mama karena masih melihat Tuan Arion hanya berdiri di sisi Sandra. "Mama, Arion menunggu Mama." "Ya sudah, kalau begitu ayo kita pergi sekarang." "Iya, Ma." Bersama supir pribadi, mereka menuju ke arah alamat yang sudah diberikan sang detektif kepada Mama. Saat diperjalanan, wajah Mama masih tampak kesal. Tuan Arion berusaha membalik keadaan dan mengatakan sesuatu kepada mamanya. "Mama, kalau wajahnya ditekuk terus seperti itu, Arion yakin sekali. Alexa akan berlari karena ketakutan atau mungkin dia akan sembunyi di balik pintu." "Tidak lucu." "Heeemh, Ma. Mengapa urusan hati sangat berbeda rasanya dibandingkan masalah besar di perusahaan? Selama bekerja, Arion tidak pernah secemas ini. Tapi sekarang, entah mengapa rasanya jantung Arion sulit untuk dikendalikan." "Karena cinta itu sumber dari segala rasa. Marah, sedih, bahagia, tenang, semua, Arion. Jika kamu merasa cemas seperti itu, berarti kamu sudah menyadari kesalahan mu. Bersikaokah seperti orang yang bersalah! Bukan seperti penguasa. Mama ini juga seorang perempuan." "Iya, Ma." "Arion, semua apa yang kita lakukan di dalam kehidupan ini, selalu saja berbalas. Mungkin penghianatan dan kebohongan yang papamu lakukan selama ini, serta rasa sakit Mama saat ini adalah karma dari sikap dan tindakan tanduk mu kepada Alexa." Tuan Arion berpikir sambil menunduk. Ia baru menyadari segalanya saat ini. "Karma itu tidak selalu kembali kepada kita, terkadang datangnya pada orang-orang disekeliling kita, yang kita kasihi. Tanpa kamu sadari, Mama merasakan hal yang sama dengan Alexa. Saat kamu mengatakan semua tentang Alexa, Mama pun menyadari hal tersebut. Makanya Mama berusaha membantu mu untuk menuntaskan segalanya." "Maafin Arion, Ma." "Tidak, bukan Mama. Tapi Alexa." "Iya, Ma." Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN