BAB 27

995 Kata
Setelah satu jam perjalanan akhirnya mereka pun istirahat terlebih dahulu di rest area, karena Fey sudah terkena serangan pegal. Fero sangat lega karena bisa istirahat terlebih dahulu, karena selama di perjalanan dia berusaha untuk menahan tidak muntah berkali-kali, dia langsung pergi ke mini market untuk membeli obat anti mabuk perjalanan. Lalu mereka pergi ke restoran untuk makan, Fero sangat terkagum-kagum karena melihat restoran yang begitu mewah, sampai-sampai kakinya bergetar dan merasa gugup. "Kayanya teh manis aja harganya 50rb kalau disini!" Ucap Fero dalam hatinya. Pelayan pun datang memberikan menu kepada mereka, Fey dan Yuni langsung memilih menu yang akan mereka santap namun Fero masih melihat-lihat restoran itu. "Kak ini cepetan pesen!" Ucap Yuni sambil menyodorkan menu kepada Fero. "Oh iya!" Fero melihat-lihat menu. Fero menepuk jidat karena melihat harga makanan dan minuman yang tidak manusiawi. "Tanggung gila mending beli yang mahal sekalian!" Menggrutu Fero dalam hatinya. Fero memesan steak yang harganya 175rb 1 porsi, padahal dengan harga segitu itu biasanya cukup untuk porsi makan nya selama seminggu. 20 menit menunggu pesanan mereka pun sampai. "Ini mas/mba pesanan nya!, silahkan di nikmati!, jika ada keperluan lain silahkan untuk panggil kembali saya!" Ucap Pelayan sambil menaruh makanan nya satu-satu. Fero terkejut dan menghela nafas karena baru pertama kali dia makan dengan pisau dan garpu, namun karena tidak mau terlihat udik oleh Fey dan Yuni dia tetap harus tenang dan kalem. Fey dan Yuni sudah mulai melahap makanannya namun Fero masih saja berusaha untuk memotong dagingnya dengan pisau, sesekali Fero melirik untuk memantau bahwa tidak ada yang memperhatikannya. Fero hanya memakai satu tangan yang memegangi pisau, padahal seharusnya dua tangannya di pakai yang satu memegangi garpu untuk menahan daging dan yang satu untuk memotong menggunakan pisau, namun mau bagaimana lagi ini kali pertamanya bagi Fero makan dengan cara seperti itu. Karena kesal tidak terpotong saja akhirnya satu tangannya dia gunakan namun tidak untuk memakai garpu melainkan langsung dengan tangannya untuk menahan daging. Fey melihat Fero yang sedang kesusahan itu, "Bisa gak?" Ucap Fey dengan tertawa kecil. "Bisa-bisa, emang gini cara aku makan steak!" Jawab Fero Padahal tinggal bilang saja kepada Fey, pasti nanti juga diajarin cara makan nya seperti apa, Dasar Fero yasudahlah. Setelah selesai makan, mereka pun melanjutkan perjalanan, Fero sengaja meninggalkan Hp nya di Mobil dan setelah dia masuk lagi ke mobil ternyata Eliya sudah menelpon sebanyak 28 kali, tak sekalipun Fero mengangkatnya, dan saat Fero mengecek aplikasi khusunya ternyata ada 6 konsumen yang menghubunginya. "Bagian liburan aja banyak bener yang order!" Fero kesal dalam hatinya. Fero mematikan Hp nya dan kembali fokus bersama Yuni dan Fey. Namun di perjalanan Fero kembali kepikiran Dengan El karena kenapa sampai harus mencari-carinya, padahal seharusnya El sudah tidak mau lagi menghubungi Fero, karena sudah mengetahui pekerjaan Fero yang kotor. Fero juga mulai mempertimbangkan sikapnya yang terlalu acuh kepada El, padahal tidak seharusnya dia bersikap seperti itu saat di hubungi oleh El. Namun Di sisi lain Fero juga berpikir bahwa semua kegelisahannya kemarin itu terjadi karena dia terlalu dekat dengan El. "Mungkin memang suatu kesalahan jika terlalu dekat dengannya!" Menggrutu Fero dalam hatinya. Fey yang memperhatikan Fero bengong terus dan belakangan ini Fey juga merasakan ada yang berbeda dengan Fero. "Kamu kenapa bengong terus? Cerita kalau ada masalah!" Ucap Fey sambil fokus menyetir. "Engga ada kok ka cuma emang lagi hobi bengong aja!" Jawab Fero sambil tersenyum. "Bohong aja!" Ucap Fey dengan kesal. "Beneran kak engga ada kok!, aku cuma kepikiran ini banyak orderan tapi kan kita lagi liburan!" Fero mencari-cari alasan. "Oh begitu ternyata, udah jangan nyari duit aja sekali-kali kan liburan!" Ucap Fey dengan tersenyum. Fero pun berusaha melupakan masalah yang dipikirkannya dengan mengobrol dengan Fey soal bisnis, namun sejatinya Fero hanya ingin mengalihkan fokusnya bukan serius ingin belajar berbisnis. Tak terasa malam sudah datang dan mereka baru sampai di surabaya, dan mereka pun memutuskan untuk bermalam disana dan melanjutkan perjalanan nanti pagi. Fero tidak tidur dia malah menatap langit diluar sambil merokok dan meminum kopi, sungguh terlihat damai cara dia menatap bulan, mungkin Fero adalah salah satu orang yang pandai menikmati kesendirian dimalam hari. Pukkkkk...Suara pundak Fero di tepuk, dia pun langsung menoleh, "Eh kak Fey!, belum tidur kak?" Tanya Fero. "Kamu sendiri kenapa belum tidur?" Fey balik bertanya dan duduk di samping Fero. "Langitnya lagi cerah banget kak! sayang kalo dilewatkan!" Ucap Fero sambil memandangi langit. "Jarang orang yang bisa santai menikmati malam, karena kebanyakan orang memakai waktu malam untuk beristirahat dan memulai aktivitasnya di esok hari!" Ucap Fey ikut memandangi langit. "malam merenung siang berjuang gitu ya kak!" Fero tertawa. Fey mengusap-ngusap betisnya dan meluruskan kakinya sambil menatap kembali bulan, "Bolehkah aku ngomong jujur?" Ucap Fey. Fero hanya menengokan wajahnya ke fey dan mengangguk. "Aku bersyukur sekali bisa bertemu denganmu dan Yuni, Sekarang hidupku bisa lebih berwarna!, aku merasakan sentuhan hangatnya sebuah keluarga!" Ucap Fey dengan suara sangat tenang, pertanda bahwa perkataanya keluar dari hatinya. Fero sedikit kecewa karena hanya dianggap keluargs Oleh fey, mata Fero sedikit sayu mendengarnya, namun di sisi lain Fero juga tak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa dirinya senang bisa bertemu dengan Fey. "Aku juga sama sepertimu kak!" Fero tersenyum Fey pun menyenderkan kepalanya ke bahu Fero, "Biarkan tetap seperti ini!, sampai aku tertidur!" Ucap Fey yang mulai menguap. Fero membiarkan bahunya menjadi bantal untuk Fey, dan kembali menatap langit dengan sedotan sebatang rokok dan sruput secangkir kopi. Tak lama kemudian Fey pun tertidur dan Fero pun menggendongnya ke kasur, sambil menggendongnya Fero menatao terus wajahnya Fey, "Manis sekali!, bodoh sekali mantan suaminya!" Ucap Fero dalam hatinya. Setelah selesai memindahkan Fey, dia pun langsung pergi ke ruang tengah untuk tidur. "Kalau saja tidak ada yuni!, malam ini pasti sangat menyenangkan!" Ucap Fero dalam hatinya yang sedang berpikir jorok. Lalu-lalu pagi hari Fey dan Yuni sudah bangun dan sudah siap untuk berangkat melanjutkan perjalanan, namun Fero masih ngorok tertidur, "Kakkkkkk, bangun ayo ini mau berangkat!" Ucap Yuni membangunkan kakaknya. "Hhheeeuuuuu..., iya sebentar!" Jawab Fero dengan suara khas bangun tidur. Setelah Fero selesai bersiap-siap, mereka pun melanjutkan perjalanan menuju pantai nusa dua Bali.

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN