BAB 22

1039 Kata
Mereka pun pergi mengelilingi kota, El begitu ceria saat itu seakan-akan apa yang diharapkan sedang terpenuhi, entah apa itu. Setelah 40 menit berkeliling El meminta Fero untuk mencari tempat kopi yang terdekat. "Kak cari tempat kopi kak!" Ucap El kepada Fero dengan suara cukup keras karena sedang dijalan. "Oke El kita ke arah kanan ya!, kalo tidak salah banyak tempat kopi!" Ucap Fero menghadapkan wajahnya ke El dan El mengangguk. Beberapa menit kemudia Fero melihat tempat kopi dan bertanya kepada El, "Mau disitu aja!" Fero menunjuk. "Iya kak enak juga kayanya suasananya!" Ucap El melirik ke arah tempat kopi yang ditunjuk Fero. Lalu Fero pun membelokkan stang motornya dan berhenti di parkiran. "Aku nunggu disini saja?" Tanya Fero. "Ikut dong temenin masa sendirian!" Ucap El dengan tersenyum. Fero melihat-lihat pakaiannya sendiri dan merasa tidak pantas untuk ikut masuk kedalam, karena memang tidak ada persiapan sebelumnya. "Tapi aku pake kaya ginian, nanti malu gimana!" Ucap Fero kepada El. "Kok malu?, kan yang penting kita disana kita memesan!" El meyakinkan Fero agar tidak malu. Karena ini permintaan langsung dari El, Fero tidak bisa menolaknya dan terpaksa ikut masuk walau dirinya merasa kurang percaya diri. Mereka duduk di tempat khusus untuk berdua, mungkin orang-orang disana akan berpikir bahwa mereka sedang berpacaran. Lalu pelayan pun datang memberikan menu kepada mereka berdua. "Silahkan kak ini menunya!" Ucap pelayan. El memilih menu duluan, "Saya pesen cappucino panas 1 pakai gula ya kak, terus makannan Salad buah sama Bannana chesse+chocolate masing-masing 1!" Ucap El, lalu dia menatap Fero, "Mau pesen apa kak?" Tanya El. "Green tea saja!" Ucap Fero berlaga seperti sudah biasa. "Itu aja? makanan nya engga?" Tanya kembali El. "Udah makan tadi El!" Jawab Fero sambil menepak-nepak perutnya. "Yasudah kalau begitu!, udah kak segini saja!" Ucap El kepada pelayan. "Baik kak!, kalau begitu ditunggu ya pesanannya!" Ucap Pelayan dengan tersenyum lalu pergi. Fero dan El diam tanpa kata tidak saling mengobrol entah apakah mereka gugup satu sama lain atau memang sedang kontak batin. "Ohhh iya kak cerita sesuatu dong!" Ucap El ingin membuka wacana. "Cerita apa ya aku engga ada hal yang bisa diceritain!" Ucap Fero dengan kaku. "Ya apa gitu kemarin kan aku yang cerita!, sekarang kakak coba ceritain masa lalu kakak!" Ucap El kepada Fero. Mendengar itu wajah Fero meredup seperti tidak bersemangat dan tidak mau bercerita.. "Tidak ada yang menarik tentang masa laluku El!" Ucap Fero. El tidak peka dengan ekspresi wajah Fero yang sebenarnya tidak ingin menceritakan masa lalunya, dia terfokus dengan rasa penasarannya, "Ayolah ka pasti ada kan cerita tentang masa lalu kakak!" Ucap El dengan wajah memohon. Melihat wajah El itu Fero tidak bisa menolaknya dan terpaksa harus menceritakan masa lalunya, "Serius masa laluku tidak menarik karena hampir setiap hari dari kecil aku hanya berurusan dengan perutku!" Ucap Fero berusaha semangat bercerita. "Maksudnya gimana kak?" Tanya El semakin penasaran. Fero mengehela nafas dalam-dalam karena memang butuh tenaga ekstra untuk menceritakan masa lalunya yang sangat menyebalkan. "Sedari kecil aku sudah ditinggalkan kedua orang tuaku, ibuku meninggal dan ayahku kabur meninggalkanku dan adikku!" Ucap Fero dengan wajah sedikit menunduk. Fero tidak ber terus terang kepada El bahwa ayahnyalah yang menyebabkan ibunya meninggal. "Kira-kira saat aku masih SMP!, aku benar-benar bingung!, aku tidak memiliki tempat tinggal!, karena aku tidak mau lagi tinggal di tempat ayahku itu karena aku yakin tempat itu dikemudian hari akan membawa sial!" Ucap Fero bahunya mulai turun. "Hingga aku dan adikku berusaha keras untuk mencari tempat tinggal dan makan, kamu tahu sendiri anak SMP memang bisa cari pekerjaan seperti apa?, tidak ada pekerjaan yang layak bagiku, dan tidak ada satu orang pun yang bisa aku mintai pertolongan!" Ucap Fero matanya menatap lurus mata El. El menahan dagunnya di telapak tangan kanan nya dan matanya berkedip dengan lambat, pertanda dia sedang memperhatikan Fero dengan serius. "Makan dengan nasi dan garam bagiku dan adikku saat itu merupakan makanan cukup mewah karena memang biasanya aku memulung makanan sisa yang masih layak di konsumsi, aku minta-minta ke warung-warung, toko-toko, kemanapun aku sering di usir!, sudah layaknya seperti pengemis namun gagal !" Ucap Fero suaranya mulai serak pelan. "Akhirnya aku mendapatkan pekerjaan sebagai kuli angkut dipasar yang hanya digaji 20rb perhari, dan itu cukup untuk makan aku dan adiku berdua, sempat terbesit dalam pikiranku untuk membuang adikku karena selalu menangis dan membuatku repot, Bayangkan aku membawa perut sendiri saja sudah sudah, sudah sulit untuk aku penuhi apalagi dua perut dan masih belum bisa melakukan apa-apa karena masih kecil sekali, adikku memberikan beban lebih bagiku dan hampir membuatku stres, namun setelah melihat wajahnya aku teringat ibuku dan mengurungkan niatku, hampir saja aku membuangnya kesungai, dan jika itu terjadi sepertinya aku akan sangat menyesal!" Ucap Fero dengan mata berkaca-kaca dan dia kembali mengambil nafas dalam-dalam. "pindah-pindah pekerjaan sudah biasa bagiku, aku sudah tidak memikirkan hal lain selain tempat tidur dan makan, untung saja waktu itu ada penjaga toko yang baik yang membolehkanku tidur di depan tokonya setiap malam, namun 1 tahun kemudian dia meninggal dan aku terpaksa berpindah tempat kembali!, umurku sekitar 15 tahun pada saat itu!" Ucap Fero dan sepertinya itu adalah kata terakhir darinya tentang masa lalunya, karena dia sudah tidak kuat lagi untuk menceritakannya, dia tidak mau menangis tersedu-sedu di tempat ramai seperti ini. "Hanya segitu saja yang bisa ku ceritakan!, aku sudah tak sanggup lagi?, seterusnya tetap sama hanyalah masalah kenelangsaan hidup!, yang ku tahu pada saat itu dunia hanya ingin menyiksaku dan adikku!, aku sampai berpikir tak perlu lagi merasakan neraka di kemudian hari!, hidup ini saja sudah sangat menyiksaku!" Ucap Fero dengan wajah kesal. "Maapkan aku!, aku kira masa lalumu tidak seberat itu!, aku berpikir akulah yang memiliki masalah yang paling berat di dunia ini!, namun ternyata aku salah!, aku masih sangat beruntung ternyata, terimakasih kak sudah menyadarkanku!" Ucap El sambil menangis. "Tak apa setiap orang punya masalahnya masing-masing tidak ada takaran pasti tentang sebuah permasalahan!" Ucap Fero berusaha kuat dan tersenyum. "Jika aku di posisimu aku sepertinya sudah tidak kuat lagi untuk hidup!, aku salut kepadamu dan adikmu kak!" Ucap El sambil menatap wajah Fero dengan say. Harusnya Fero yang menangis namun malah El yang menangis, sungguh memang beratnya kehidupan Fero bisa sampai kepada pundak seseorang jika di ketahui semuanya. "Jika aku seorang penulis mungkin akan ku ceritakan semua pengalaman hidupku!" Ucap Fero kembali tersenyum kepada El.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN