BAB 18

1086 Kata
Saat mereka berangkat mereka tidak sadar bahwa ada mobil hitam yang mengikuti dari belakang, dan ternyata itu adalah lelaki tadi yang sore ada di lapangan. Fero dan Eliya dijalan bercanda-canda sampai hampir saja mau menabrak trotoar di pinggir jalan. "Eeehhhhh hat-hati kak!" terkejut sambil menepuk pundak Fero. "Huhhhhh.. Aman-aman El, hehehehe maap!" Ucap Fero tertawa bersalah. Mereka pun tertawa bersama, "Ehh kak itu ada yang jualan pisang keju!, coba ka kesana aku pengen!" Ucap El sambil menujuk. "Okedeh!" Fero menyalakan sen untuk belok ke arah kanan. Mereka berdua pun duduk bersama menunggu pesanan, Fero hanya memperhatikan jalan yang begitu ramai. "Kakkk!, jangan liat jalan terus nanti pusing loh!" Ucap Eliya menepun pundak Fero Fero pun lalu berbalik dan menatap wajah Eliya, "Memangnya kalau liatin kamu boleh?" Ucap Fero dengan wajah sok ganteng. "Ih apasih kak!" Eliya malu saat mendengar perkataan Fero. "Eh iya tadi itu rumahmu?" Tanya Fero penasaran. "Iya kak!, memangnya kenapa?" Tanya balik Fero. "Mewah banget rumah kamu!" Ucap Fero kagum. "Semewah-mewahnya juga itu kan milik orang tuaku bukan milikku!" Ucap El tersenyum lalu menundukan kepala. "Tapi kan apa yang menjadi milik orang tuamu jadi milikmu juga!" Ucap Fero. El pun mengusap-ngusap betisnya dan menatap jalan, "Yaa meski begitu aku tidak merasa memilikinya!" Ucap Eliya menunduk kembali. Fero mengerti bahwa El tidak suka dianggap sebagai orang yang kaya, karena yang memiliki harta adalah orang tuanya, dia lebih memilih untuk tidak membanggakan kekayaan orang tuanya. Fero mulai bingung belakangan ini dia dekat dengan perempuan yang memiliki banyak uang, hanya saja bedanya Fey miliknya sendiri dan Eliya milik orang tuanya. "Kalau boleh tahu orang tuamu kerja apa El?" Tanya Fero. "Orang tuaku pemilik perusahaan sepatu kak!" El seperti tidak bersemangat saat membicarakan orang tuanya. "Wahhhh!, keren ya orang tua kamu!" Ucap Fero kagum dan tersenyum. El kembali mengusap-ngusap betisnya dan menghadapkan wajahnya keatas. "Ya ayahku sukses menjadi seorang pengusaha tapi gagal menjadi seorang ayah!" Ucap El dengan suara pelan. Fero terkejut mendengar hal itu, Fero sadar bahwa El memiliki masalah dengan ayahnya, dan hal itu membuat Fero merasa bersalah. "Maapkan aku, aku tidak tahu!" Ucap Fero dengan suara pelan juga. "Tidak papa kak!, kakak kan tidak tahu!, tapi boleh tidak aku bercerita?" Ucap El dengan tersenyum kepada Fero. Ini kesempatan Fero untuk memperbaiki kesalahnya dengan mendengarkan cerita El, dan pikir El mungkin tanggung juga Fero sudah terlanjur tahu dan jika tidak di ceritakan akan membuat Fero penasaran. "Boleh dong ceritakanlah!" Jawab Fero sambil mendekatkan kursinya. "aku kesal dengan ayahku!, dari kecil sampai sekarang ayahku sibuk kerja! dan aku jarang sekali diajak bermain dengannya, kami jarang mengobrol karena ayahku pulang hanya untuk tidur!" Ucap El dengan wajah yang terlihat kesal. "Mungkin itu juga demi kebahagiaanmu El!" Ucap Fero. "Jika memang seperti itu kenapa aku tidak bahagia sekarang?" Sela El. "Entah mengapa di sisi lain aku merasa kesal menjadi anaknya, karena orang-orang mengetahui aku anaknya banyak sekali yang mendekatiku dengan topeng, berpura-pura baik di depanku hanya untuk di lihat oleh ayahku!" Ucap El mulai menurunkan pundaknya. Fero nge blank, dia belum mengerti maksud dari ada yang mendekati El dengan topeng, namun Fero pura-pura mengerti saja karena malu jika mengaku tidak mengerti. "Lalu orang-orang bertopeng itu menyakitimu?" Tanya Fero sok-soan dengan wajah serius. "Sebetulnya bukan menyakitiku namun lebih berprilaku palsu kepadaku, dan hal itu lebih menyakitkan dari apapun!" Ucap El menaikan pundaknya kembali tampak kesal. "Sampai-sampai ada yang berpura-pura menjadi temanku agar kemudian nanti diangkat menjadi pegawai oleh ayahku!" Sorot mata El mulai tajam. "Sudah hal yang wajar kan!, manusia memang seperti itu!" Ucap Fero ikut merasa kesal. "Entahlah kak!, aku hanya ingin benar-benar memiliki teman layaknya teman yang sebenarnya!" El menundukan kepalanya. "Dulu aku pernah memiliki teman yang baik, namun hanya karena dia kurang mampu aku dilarang bergaul dengannya!" Ucap El sambil melirikan matanya ke Fero. "Kok cara berpikir ayahmu kuno sekali kayak sinetron!" Fero keceplosan karena kesal. "Baginya miskin itu bisa menular, dan dia khawatir aku menjadi seperti temanku!, memang ayahku kuno dan menjengkelkan!" Ucap El dengan kesal. "Lalu bagaimana sekarang nasibmu dan temanmu?" Tanya Fero mimik wajahnya menunjukan rasa penasaran. "Sekarang kita sudah tidak bertemu lagi!, mungkin dia sakit hati karena di kata-katai orang ayahku!" El semakin menundukan kepalanya. "Aku benci ayahku!, dia bilang ini demi kebaikanku!, namun dia tidak justru sikapnya tidak baik kepada temanku!, karena kejadian itu aku tidak pernah menurut lagi kepadanya, dia mencoba merayuku dan meminta maap namun aku sungguh sulit memaapkannya!" Ucap El matanya mulai berkaca-kaca. "Yang aku takutkan dia meminta maap bukan karena merasa salah namun hanya karena tidak mau dijauhi oleh anaknya!, dia bahkan menyewa tiga orang untuk menjadi temanku!" Ucap El menatap wajah Fero sambil menggelengkan kepalanya. "Lalu sampai saat ini kamu masih belum bisa memaafkannya?" Tanya Fero dengan nada yang tenang. "Ya sulit aku memaapkan sikapnya, apa yang aku ceritakan tadi hanyalan lembaran kecil, belum lagi yang lainnya, dan dia tidak pernah belajar dari kesalahannya!" El menghadapkan wajahnya keatas agar air matanya tidak terjatuh. Saat moment sedang benar-benar mencekam dan mengharukan, tukang pisang keju mengantarkan pesanannya kedepan mereka berdua, sontak membuat mereka menjadi salah tingkah, begitupun dengan si amangnya yang merasa tidak enak karena tiba-tiba saja masuk, namun mau bagaimana lagi daripada keburu dingin pisang kejunya. "Ini mas,mba pesanannya, silahkan disantap!" Si amang Tukang pisang keju langsung pergi kembali ke rodanya. Mereka berdua saling bertatap-tatapan dan beberapa detik kemudian mereka tertawa karena alasan yang sama yaitu ekspresi si amang itu yang lucu. "hahahahahahaha" "Aduh,aduhhh aduhhh kamu liat tadi?" Tanya Fero tertawa sambil memegangi perutnya. "Iyaaaa, iyaa, iyaaaa, ih udah ah nanti kedengeran sama si amangnya!" Ucap El meskipun matanya berkaca-kaca namun masih bisa tertawa. Mereka tidak sadar bahwa ada yang sedang memperhatikan mereka, lalu lelaki yang membuntuti mereka itu pergi sambil memukul tembok dengan raut wajah yang sangat kesal. Percakapan Fero dan Eliya pun selesai dan mereka memutuskan untuk kembali pulang, Fero mengantar El pulang. "Makasih ya kak udah mau nganterin cari makanan!, untuk yang tadi maap ya karena sudah menunjukan wajah kesal" Ucap El sambil malu-malu. "Tidak papa meskipun wajahnya sedang kesal juga tetep..!" Fero menutup mulutnya. "Tetep apa kak?" Tanya El. "Tetep tenang maksudnya!" Fero ceplos saja. "Oh begitu!, eh iya ini kak bayaran buat ojeknya!" El menyodorkan uangnya yang dilipat. Fero menerimanya dan membuka lipatannya, dia terkejut. "El ini terlalu kebanyakan!" sambil memegangi uangnya. "Udah gak papa kak!, yaudah aku masuk duluan ya, byee byeee!!!!" Ucap El lalu langsung masuk kedalam rumahnya. Fero terkejut sekali ngojek dibayarnya cukup besar yaitu 300rb, bayangin ojek mana yang dibayar segitu cuma nganter beli makanan. "Aduuuhhh jadi enak!" Ucap Fero dalam hatinya. Fero pun bergegas untuk pulang kerumahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN