BAB 25

1012 Kata
"El..., tungguuuu!" Teriak Doni kepada El, hingga banyak orang yang melihatnya. Doni semakin merasa kesal kepada Fero, karena El malah membela Fero dan tak menghiraukannya, padahal semua itu dia lakukan demi mendapatkan pengakuan dari El. Lalu Doni pun memasang wajah yang bengis sepertinya dia ingin melakukan sesuatu yang lebih kejam lagi kepada Fero. Fero yang sedang tidak karuan itu pergi tak tentu arah, dia hanya berkeliling saja tanpa tunjuan, dia terus menggrutu kepada dirinya sendiri, mengapa dia harus merasa kecewa, harusnya permasalahan seperti ini tidak bisa menumbangkan Fero, karena sebelumnnya Fero sudah bersiap dengan segala konsekuensinya, namun apalah daya ternyata Fero masih lemah dan hanyalah manusia biasa. Dia masih belum sanggup menerima kenyataan bahwa harus menjauhi orang yang baru saja dekat dengannya, bagi Fero hanya bisa di hitung dengan jari orang-orang yang dekat dengannya, namun baru beberapa hari saja sudah harus lenyap lagi dari kehidupannya. Karena Fero pusing jika harus terus memikirkan hal ini sia meutuskan untuk pulang kerumah dan mengistirahatkan badan dan pikirannya. Beberapa menit kemudian Fero sampai kerumah, lalu saat dia ingin membuka pintu dia mendengar suara tangisan di dalam yang begitu kencang. Hikss...hiksss..hiksss.. Fero langsung masuk kedalam dan ternyata yang menangis adalah Yuni, Dia menangis sambil memegangi hp nya. Fero yang terkejut dan panik langsung menghampiri Yuni. "Yuni kamu kenapa menangis?" Tanya Fero dengan ketakutan. "Kak aku kesal, aku tak bisa berkata apa-apa lagi!" Ucap Yuni dengan penuh emosi. Fero semakin panik dan sudah pasrah apabila Yuni memang mengetahuinya, Fero tak bisa memberikan pembelaan apapun kepada Yuni, "Maapkan aku Yun!" Ucap Fero menundukan kepalanya dengan pasrah. "Aku gak butuh maap dari kakak!" Ucap Yuni dengan kesal. Fero semakin sesak dadanya karena baru saja dia terjatuh namun harus tertimpa tangga pula, dia hanya bisa diam dan menunduk di hadapan Yuni. "Pokonya kakak harus beliin aku kuota!, aku sedang chat dengan banyak pelangganku dan hampir deal tapi kuotanya malah habis!, akuuu kesal!" Ucap Yuni kepada Fero. Fero langsung mengangkat kembali wajahnya dan senang karena ternyata Yuni menangis bukan karena mengetahui pekerjaannya, namun karena hal lain. Fero langsung mengambil uang disakunya dan memberikan Yuni uang 500rb tanpa pikir panjang, "Nih jatah kuota buat 5 bulan!, kamu jangan nangis lagi kakak kaget!" Ucap Fero dengan wajah yang lega. Yuni pun berhenti menangis lalu mengambil uangnya dan pergi untuk membeli kuota. "Makasihhh kakak ku yang baik hati!" Teriak Yuni sambil keluar rumah. Karena Fero sudah merasa dirinya sudah lumayan baikan dia pun langsung pergi ke kamarnya untuk tidur. 5 jam dia tidur lalu terbangun karena merasa lapar dan ingin ke kamar mandi pukul 8 malam, Fero berjalan menuju kamar mandi dan membuang air kecil yang disalurkan oleh barang jumbo. Setelah selesai membuang air kecil Fero berniat menengok Yuni, namun saat di tengok dikamarnya dia tidak ada. "Masa belum balik sih!" Tanya Fero dalam hatinya. "Yunnnnn!" Teriak Fero mencari Yuni. Namun Fero tidak menemukan jawaban. "Yunnn..Yunnn...Yunnn!" Fero terus teriak dan mulai merasa panik lagi. "Ada apa lagii ini, ahhhh!" Fero kesal menonjok Tembok. Fero tahu bahwa Yuni tidak pernah sengaja keluar malam, dia selalu ada di kamarnya setiap malam, dan baru kali ini Fero menemukan bahwa Yuni tidak ada di kamarnya. Fero langsung teringat dengan Doni dan merasa was-was, bagi Fero bukan hal yang tidak mungkin jika Doni berbuat macam-macam kepada Yuni. Namun Fero bingung harus berbuat apa, dia tidak memiliki nomor Yuni belum sempat memintanya. Fero lalu pergi keluar dan berniat mencari Yuni, dia sudah tidak bisa berpikir panjang lagi, padahal jika mencari-cari tanpa petunjuk hanya akan membuatnya lelah tanpa hasil. "Ciiihhhhh!" Fero Menggrutu karena kesal dengan semua yang terjadi. Keringat bercucuran dengan deras, Fero hanya berharap bahwa Yuni hanya sedanng bermain keluar atau sekedar ingin jalan-jalan. Namun Fero mengelilingi daerah rumahnya tidak dia temukan juga. Fero mencari-cari ke daerah kota namun itu hanya membuang waktunya saja, ibarat mencari sebutir pasir di tumpukan sampah. "Aaahhhhh!" Teriak Fero sambil menghadapkan wajahnya keatas. Namun Fero belum mau menyerah, dia pergi ke pom bensin untuk mengisi bensinnya dengan full. Setelah selesai dia kembali mengelilingi kota, matanya berkedip dengan lambat, dia fokus melirik kesana-kemari. Fero mencari-cari berkeliling kota selama 1 jam lebih tanpa henti, harapannya belum putus dia terus berpikir kemana Yuni akan pergi atau dibawa pergi. "Ahh rumah itu!" Pikir Fero dalam hatinya. pada akhirnya Fero pergi kesana berharap Yuni ada disana, Fero menancap gas sampai tidak bisa di bedol lagi, kencang sekali dia membawa motornya, memang sudah mulai sepi jalanan pada saat itu. Sesampainya Fero disana dia langsung berlari menghapiri rumah itu, namun tidak ada satupun orang bahkan lampunya saja tidak menyala. Melihat itu Fero hanya bisa duduk dan memegangi kepalanya dengan kencang, sesekali rambutnya dia jenggut sendiri. "Kenapa harus menjadi seperti ini hidupku!, apa yang aku perjuangkan selama ini kenapa harus di renggut!" Maksud Fero adalah adiknya. Bagi Fero adiknyalah semangat hidup untuk terus hidup dan bekerja mencari uang, wajar saja Fero sangat terpukul dan merasa kacau. Fero mulai mengucurkan air matanya, pertanda sudah tidak ada lagi hal yang bisa dia gantungi, biasanya lelaki jika menangis pertanda bahwa dia sedang dalam kondisi terendahnya, berada dalam kondisi paling menyedihkan. Fero lalu pergi ke warung dan membeli roko, wajahnya benar-benar seperi yang tidak lagi semangat hidup. "Bu roko sebungkus!" Ucap Fero dengan pelan sekali. Lalu ibu penjualnya tidak mendengarkannya dan mendekatkan telinganya ke Fero. "Hahhh?? Roti kukus!" Ucap Ibu penjualnya. "Rokooo sebungkus bu!" Ucap Fero mengencangkan suaranya agar terdengar. "Oh iya sebentar!" Ucap si ibu penjual sambil mengambil roko. Kebiasaan Fero jika Sedang pusing atau sedang gabut dia merokok, baginya pelampiasannya lebih baik kepada roko yang harganya masih bisa terjangkau daripada harus ke minuman atau hal lain. Namun bukan berarti Fero tidak suka meminum alkhol namun dia tidak mau jika harus membeli dengan uangnya sendiri, rata-rata konsumennya yang membelikannya. Fero duduk dan merokok, wajahnya benar-benar kacau,tatapannya benar-benar kosong, setiap sedotan rokonya begitu pelan. Tretetetet......tretetetettt.... Suara hp Fero berbunyi. Namun Fero tak hiraukan itu. Dia fokus tidak melakukan apapun. Namun beberapa kali hp nya berbunyi dan Fero langsung fokus kembali dengan adiknya, dia berharap ada petunjuk, dan saat Fero melihat hp nya ternyata nomornya baru tidak dikenalnya, Fero pun mengangkat teleponnya. "Halloo ini dengan siapa?" Tanya Fero tergesa-gesa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN