They're Officially Dating

1168 Kata
*** Dadaku terasa sesak, padahal tak terinjak. *** Seluruh siswa-siswi SMA Permata sudah berkumpul di lapangan utama. Mereka akan mengikuti upacara pembukaan class meeting yang paling ditunggu-tunggu. Kalau biasanya para murid malas melaksanakan upacara, kali ini mereka tampak bersemangat. Acara resmi dibuka saat Kepala Sekolah SMA Permata, Pak Johan memukul gong sebanyak tiga kali. Lapangan riuh dengan tepuk tangan. Setelah upacara selesai, para murid dipersilakan mempersiapkan kelas mereka untuk mengikuti lomba futsal putri. "Panggilan untuk seluruh pengurus OSIS agar merapat ke sumber suara, terima kasih." Suara Kevin terdengar melalui speaker sekolah. Setelah semua pengurus terkumpul di tengah lapangan, mereka mendapat wejangan singkat dari pembina OSIS dan Kevin. "Profesionalitas, solidaritas, kerja sama, dan kerja keras! Itu kunci kesuksesan class meeting kita! Mulai hari ini kita akan melakukan yang terbaik untuk SMA Permata. Ini tahun terakhir bagi kita yang kelas sebelas untuk jadi panitia. Tetap laksanakan jadwal yang sudah dirapatkan sebelumnya. SO, ARE YOU READY?!" teriak Kevin agar terdengar oleh anggotanya. "I'M READY!" "Yeah, gue suka semangat kalian! Ayo, untuk memulai class meeting hari ini agar sukses, berdoa menurut kepercayaan masing-masing, dimulai." Semua menunduk. "Selesai." Kevin memimpin sorakan. "SMA PERMATA ...!" "SPEKTAKULER!" "Oke, silakan melaksanakan tugas masing-masing. Semangat!" Lalu ke-enam puluh anggota pengurus OSIS itu membubarkan diri dan menempati posisinya masing-masing. Ada yang bagian perlengkapan, keamanan, ketertiban, mata lomba, dan lain-lain. "Tha, lo ambil semua bola di GOR, ya? Gue dipanggil kepsek sama Kevin. Nanti gantinya lomba futsal putra gue yang handle," kata Cakra membagi tugas. "Oke!" seru Atha. Ia berjalan menuju GOR SMA Permata. "Atha!" Sebuah panggilan nyaring membuat Atha terkejut. Padahal ia baru saja membuka pintu GOR. "Eh, Kay." Atha heran, sedang apa Kay di sini dengan ... Atlan? "Mau ngapain?" tanya Kay. "Ambil bola buat futsal," jawab Atha dengan mengambil beberapa bola, lalu ia taruh di wadah yang sudah disediakan. Duh, Atha kewalahan. Ia pikir bolanya hanya ada tiga atau empat. Lah ini? Ada sepuluh. Mana Cakra bilang suruh dibawa semua, dan sialnya Cakra juga tidak membantunya. Dengan tertatih, Atha membawa jaring yang berisi sepuluh bola itu. Ia berjalan lurus melewati Kay dan Atlan yang tengah berbincang asyik. Tapi tunggu, Atha merasa dirinya diperhatikan. Ia melirik ke arah kanan. Benar, Atlan sedang menatapnya. Atha mempercepat langkah saat Atlan berdiri. "Butuh bantuan?" tanya Atlan. Atha berhenti. Menimbang, iya atau tidak? Ia tidak ingin Atlan membantunya karena ada Kay. Tapi ia juga repot jika membawa sendirian. Atlan menyeringai kala dilihatnya Atha yang tidak punya pilihan lain. Ia memang ingin membantu Atha, karena bersama Atha, entah kenapa membuatnya .... "Sini gue bantu," kata Atlan sambil merebut jaring Atha. Atha menahannya. "Nggak usah. Gue bisa sendiri," ucapnya tidak yakin. "Pake apa?" tantang Atlan. "Em ...." Mata Atha menyusuri sudut GOR yang luas. Aha! Ia melihat sesuatu. Atha berlari mengambil itu. Sebuah troli dengan ukuran besar, cukup untuk sepuluh bola. Atha tersenyum puas sedangkan Atlan mendengus. Kenapa pula harus ada troli di GOR? Tidak masuk akal. "Bisa pake ini," jawab Atha sambil memasukkan satu persatu bola ke troli. "Kay, duluan," pamit Atha sambil tersenyum ke Kay, yang Kay balas dengan senyuman pula. Sedangkan Atha hanya mengangguk singkat ke arah Atlan. Dulu, ia sangat ingin mendapatkan Kay, gadis paling sempurna versi SMA Permata. Kini, setelah Kay hampir menerimanya, kenapa hatinya bimbang? Ia menyukai jika dirinya tengah bersama Atha, jujur saja. Entah apa itu. Atha yang polos dan sedikit pendiam membuatnya gemas. Sifat Kay memang tak kalah menggemaskan, ia kekanak-kanakan. Atlan suka anak kecil. Tetapi ... ia merasa Kay jadi berlebihan jika sedang bersamanya. Tawa Kay pun tidak lepas, Atlan sadar itu. Atlan menggelengkan kepalanya. Tidak boleh seperti ini! Sejak kapan playboy sepertinya jadi bimbang dan pusing karena cewek? Lagipula ia sudah mendapatkan targetnya—Kay yang sebentar lagi akan menjadi pacarnya. Bukankah itu yang telah lama ia inginkan? "Atlan, sini! Ngapain berdiri di situ?" *** Atha duduk di pinggir lapangan. Baru hari pertama saja rasanya sudah melelahkan. Tetapi ia senang, melihat perlombaan yang sedang berlangsung seru di depannya. "Bengong mulu perasaan," ujar Cakra yang mengambil posisi di sebelah kanan Atha. "Eh Cakra." "Gimana? Capek? Sori ya, tadi dipanggil kepsek sebentar." Cakra merasa bersalah. "Santai." PRIIIT! PRIIIT! PRIIIT! Perlombaan untuk futsal putri kelas sepuluh selesai dengan 10 IPS 4 yang jadi pemenangnya. Semua penonton bersorak, membuat Atha mengernyit. Ada apa? Bukankah sedang break sebentar? "ANJIR ATLAN BENERAN JADIAN SAMA KAY!" "DEMI APAAA?" "GUE NGGAK RELA WOY!" "SIAL, GUE PATAH HATI!" "TAPI COCOK SIH, GILA!" "RELATIONSHIP GOAL BANGET SIH MEREKA!" "GEMES!" "DUH, MAU DEH DIGANDENG ATLAN JUGA!" Pekikan-pekikan itu membuat telinga Atha panas. Bukan apa-apa, karena memang mereka teriak tepat di sebelah Atha. Atha melihat ke arah pandang cewek-cewek di sampingnya. Benar. Atlan sedang berjalan sambil menggandeng Kay. Serasi sekali. Mereka berdua tersenyum cerah. Mata Atha bertemu dengan manik Atlan. Atha sadar, perlahan senyum Atlan memudar. Namun Atha justru tersenyum manis. Lalu, tak ingin lebih lama menarik bibir, Atha berbalik, pergi dari lapangan. "Eh, Tha! Tunggu!" teriak Cakra. Ia menyusul Atha. Atlan diam. Lalu ia melirik ke arah Kay yang terlihat sangat bahagia. Apa keputusannya ini benar? "Kay, gue ke toilet dulu, ya?" Kay mengangguk, lalu melepaskan gandengannya. "Jangan lama-lama. Aku tunggu di kantin." Atlan melengang tanpa mengangguk kearah Kay. Ia harus menemuinya. *** Sialan. Atha berulah lagi. Agra tahu, ini semua bukan salah Atha, tetapi .... Agra menggeram. Ia berjalan menyusul Atlan. Ia melihat semuanya. Termasuk kejadian di GOR tadi. *** "Woy, Lan!" panggil Agra. Atlan menoleh. "Kenapa?" "Mau ke mana lo?" "Mau ke—" "Ayolah kantin," paksa Agra. "Tapi gue—" "PJ! Lo udah janji ke gue kalo lo beneran jadian sama Kay, lo bakal traktir gue sampe gue puas!" "Oke nanti, tapi jangan seka—" "Udah buruan! Udah gue bantuin juga kan? Berterima kasih lo harusnya," kata Agra sambil menyeret Atlan. Atlan menghela napas. "Iya, iya! Heru mana?" "Biasa, lagi ngegodain adek kelas." "Oh." Agra lega. Sebenarnya ia sedang tidak nafsu makan. Tapi ini pengalihan agar Atlan tidak menemui Atha. Bukan apa-apa, karena ia tak ingin dadanya bertambah nyeri. *** "Lo abis ngapain di toilet lama amat, poop?" tanya Cakra. "Sembarangan," sewot Atha. "Halah, ngaku aja!" "Enggak ish!" Atha merengut. Bisa-bisanya ia dituduh seperti itu, mana sedang banyak siswi kelas sepuluh! Ah, hilang sudah harga diri Atha! Atha tertegun kala Cakra justru mengusap punggungnya beberapa kali. "Gue tau apa yang lo rasain. Karena gue juga ngerasain hal itu," lirih Cakra. Atha seperti terhipnotis. Ia diam menatap mata Cakra. "Zina mata!" teriak Kevin sambil menjentikkan jarinya di hadapan Atha. Atha mendengus. Pasalnya, ia jadi terkejut karena teriakan ketua OSIS itu. "Kayaknya lo suka banget ngerusak momen orang!" desis Cakra. "Lagian, ngapain coba tatap-tatapan di depan toilet? Nggak malu diliatin adek kelas?" ucap Kevin sambil menunjuk kerumunan adik kelas. "Kevin bawel!" dengus Atha. "Yee, bawel-bawel, noh tugas dikerjain, malah mojok mulu!" tukas Kevin. "Hm," gumam Atha sambil melengang pergi. Cakra menatap diam kepergian Atha. "Kenapa, woy?" tanya Kevin. "Kayaknya bakal susah, Vin," lirih Cakra. "Hah? Apanya?" "Ah udahlah, curhat sama lo nggak ada pencerahannya!" Cakra meninggalkan Kevin yang melongo. "Lah, emang gue lampu, cerah?" ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN