Sudah lima hari sejak aku sadar dari koma. Dokter bilang, kemajuanku cukup pesat. Aku sekarang sudah dipindah ke ruang rawat biasa. Namun tak sekalipun Lucy menunjukkan batang hidungnya padaku. "Angel," panggilku. Angel menoleh ke arahku. "Apa sudah ada kabar soal Lucy? Bagaimana kata Bi Ningsih?" "Semua makanan yang disiapkan Bi Ningsih masih selalu utuh. Sepertinya hantu itu sudah benar-benar pergi untuk selamanya, Arthur," terang Angel. "Tapi bagaimana bisa?" bingungku. Aku belum membantu Lucy mengungkap hal-hal yang membuat arwahnya gentayangan. Bukankah seharusnya ia masih menjadi arwah penasaran? Kenapa aku begitu tidak rela dia pergi begitu saja? "Kami baik-baik saja sebelumnya. Tidak bertengkar ataupun-" "Oh iya, Arthur. Bukankah tempo hari kamu pernah bertanya soal detai