Bertemu Clea Setelah 7 Tahun

1099 Kata
Argya keluar dari perpustakan bersamaan dengan Clea yang baru keluar dari ruang jurusan. Keduanya bertemu setelah 7 tahun berpisah. Clea tak bisa mengalihkan pandangannya sama sekali dari Argya. Penampilan Argya sangat berubah dari 7 tahun lalu. Laki-laki itu dulu memiliki tubuh dan wajah yang kurang terawat tetapi masih bisa menonjolkan ketampanannya, sedangkan sekarang wajahnya lebih terawat dan proporsi tubuhnya lebih kekar dari dulu. Clea terpaku di tempat karena terpesona akan ketampanan Argya. Ketampanannya membuat jantung Clea berdetak keras seperti dulu. Perasaannya yang dikira telah hilang bersamaan dengan kelahiran Dion, ternyata masih tersisa. Argya sama terkejutnya dengan Clea ketika bertemu satu sama lain. Namun, lelaki itu segera memalingkan kepalanya dan berjalan melewati Clea begitu saja. Sebenarnya Argya sama terpesonanya dengan Clea, tetapi ketika mengingat keberadaan Dion dan mungkin keberadaan suami Clea membuat Argya harus memupuskan rasa rindunya. “Argya,” panggil Clea sebelum Argya benar-benar berjalan lebih jauh lagi. Argya menghentikan langkahnya tanpa membalikkan tubuhnya, menunggu ucapan Clea selanjutnya. Tetapi wanita itu hanya bisa terdiam tanpa mengatakan apapun, lidahnya kelu untuk mengucapkan kata rindu untuk lelaki itu. “Maaf,” akhirnya kata maaf lah yang keluar dari mulut Clea. Wanita itu benar-benar merasa bersalah telah membohonginya selama 7 tahun ini. Setelah dirasa tidak ada ucapan lanjutan dari Clea, Argya langsung melanjutkan langkahnya untuk kembali ke kediamannya. Rencana Argya ke kampus adalah untuk mengurusi pembelian saham kampus swasta ini, tanpa disengaja malah bertemu mantan dosen yang sangat dicintainya itu. “Mama,” ucapan Dion membuyarkan pandangan Clea terhadap Argya. Dion mengikuti arah pandang Clea terhadap Argya, dan seketika hal itu membuat Dion mulai curiga dengan identitas Argya. “Iya sayang? Udah selesai mainnya ya,” ucap Clea yang langsung berjongkok menyamai tinggi badan Dion. “Mama habis lihat siapa?” “Enggak. Tadi ada mantan mahasiswa mama. Yaudah yuk kita pulang, besok mama sudah harus bekerja. Bagaimana kalau kita belanja kebutuhan sekolah Dion aja?” ajak Clea untuk mencari kebutuhan sekolah Dion. Besok adalah hari pertama Dion memasuki Sekolah Dasar, umurnya sudah 7 tahun dan sudah cukup umur untuk naik ke kelas 1. “Terserah mama,” ucap Dion dengan lembut sambil memegang rahang Clea dengan kedua tangan kecilnya. Clea merasa bangga memiliki anak seperti Dion yang sangat perhatian padanya. Diusianya yang masih kecil sudah mengerti bagaimana memperlakukan seorang wanita seperti ibunya. Sementara itu di tempat lain tepatnya di parkiran fakultas, terlihat Argya yang baru memasuki mobilnya dan menyandarkan punggungnya pada kursi mobilnya. Matanya terpejam berusaha meredam detak jantungnya yang bertalu dengan cepat ketika bertemu Clea. ‘Kenapa kamu tega menghilangkan anak kita, Cle?’ gumam Argya dengan suara parau menahan sesak di dadanya. Lelaki itu sudah menantikan sangat lama kehadiran anaknya, tetapi Clea malah tidak bisa menjaganya dengan baik. “b******k!” seketika emosi Argya meluap dan langsung meninju bantalan kepala kursi pengemudi yang ada di hadapannya. Seketika tindakan Argya tersebut membuat sopir pribadinya sedikit terkejut, beruntungnya kepala sopirnya itu tidak disandarkan pada bantalan kursi. Napas Argya terengah-engah karena meluapnya emosi yang tak terbendung lagi. Kemudian Argya kembali menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi dan menyuruh sopirnya membawanya ke sebuah bar. Dia ingin meluapkan semua kekesalannya hari ini. Suara dering ponsel membuat Argya mengalihkan perhatiannya dari sopirnya dan mengangkat telponnya yang ternyata dari sekretarisnya. “Hallo pak. Hari ini bapak ada jadwal meeting dengan devisi pemasaran,” ucap sekretaris Argya melaporkan jadwal Argya hari ini. Argya memijat pangkal hidungnya. Padahal dia sedang ingin melampiaskan rasa sakit hatinya dengan minuman berakohol, malah ada jadwal meeting. Argya mematikan panggilan telpon dan memerintahkan sopirnya menuju kantor. *** Malam harinya di bar yang dulu pernah menjadi tempat Argya bekerja, terlihat Argya yang sudah duduk di meja bar meminum wine nya sambil memutar kembali kejadian yang sudah terjadi seharian ini. Mulai dari pertemuannya dengan Clea, hingga meetingnya yang berujung Argya marah besar akibat bawahannya bekerja tidak becus, “Udah jadi orang sukses, nggak pernah mampir sini lagi lo,” tegur temannya dulu ketika bekerja di bar ini. Temannya itu masih betah bekerja disini karena pemilik bar sudah menyerahkan sepenuhnya kepada dirinya. “Sibuk banget gue. Tiap stress pelampiasnya ke kerjaan,” jelas Argya sambil meminum segelas winenya “Terus sekarang ngelampiasin ke sini, stress karena apa? Cewek ya,” tebak temannya yang langsung tepat sasaran dan membuat Argya terdiam seketika. “Bener ternyata,” teman Argya langsung paham bahwa tebakannya benar. Dia langsung keluar dari dalam meja bar untuk duduk di samping Argya, “tenang aja bre, masih banyak cewek lain di sini. Mau gue cariin ga?” tawar teman Argya sambil merangkul bahu Argya dan sesekali menepuk-nepuk kecil. “Lo lihat cewek di ujung sana? Cakep banget tuh, daritadi ngeliatin lo daritadi. Mending lo samperin,” teman Argya mendorong pelan punggung Argya agar turun dari kursinya dan menghampiri wanita itu. Tetapi Argya malah kembali duduk dan menghiraukan tawaran temannya itu. “Gue lagi nggak pengen kenalan sama cewek, mending lo lanjut kerja,” usir Argya sambil memberikan tatapan tajamnya agar temannya itu takut. “Ok, ok,” akhirnya teman Argya tersebut menyerah untuk memaksa Argya mencari wanita baru, dan memilih kembali ke biliknya. Argya kembali fokus dengan minumannya. Sesekali lelaki itu mengedarkan pandangannya ke penjuru bar. Namun tiba-tiba, Argya menangkap seseorang yang amat dikenalnya. Kesakitan Argya saat ini adalah sosok itu, sosok yang baru saja memasuki bar. Clea terlihat sangat lelah dari penampilannya, sepertinya wanita itu sama dengan dirinya, datang kesini untuk melampiaskan pikirannya terhadap Argya. Argya tidak menyangka akan bertemu Clea di bar yang sama seperti 7 tahun dimana Argya pertama kali merebut kesucian wanita itu. ‘Ngapain dia ke sini,’ meskipun masih ada rasa sakit karena Clea menghilangkan anaknya, tetapi Argya masih menaruh perhatian padanya. Rasa cinta yang dikiranya telah tiada kini malah semakin menguat ketika bertemu Clea di bar. Tatapan Argya mengikuti gerak-gerik Clea yang mulai memesan minuman yang tidak jauh darinya kini. Sampai akhirnya Clea merasa diperhatikan dan mulai memalingkan wajahnya ke arah Argya. Tatapan mereka bertemu sepersekian detik sampai Argya yang mengalihkan wajahnya terlebih dahulu. Lelaki itu berusaha untuk tidak mengharapkan wanita itu lagi. Melihat Argya yang mengalihkan pandangan membuat Clea merasa sakit hati, hingga membuat matanya memanas. Ketika Clea tengah asik memandang Argya yang tidak memperhatikannya, tiba-tiba seorang pria paruh baya mendekati Clea dan mulai memeluk dan merangkul wanita itu. Clea merasa dejavu dengan kejadian ini. Kejadian ini sama dengan 7 tahun lalu ketika kesuciannya direnggut pria tak di kenal. “Tolong,” teriak Clea, tapi karena dentuman musik bar yang sangat keras sehingga meredam suaranya. “Tenang manis, abang Cuma ingin menikmati tubuhmu sedikit saja. Ayo ikut abang,” pegangan kuat pria paruh terhadap tubuh Clea membuat wanita itu tidak dapat bergerak. “Tolong.” “Argya Tolong!”

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN