Semuanya bermula dari tahun yang telah lampau, saat dia masih muda dan tinggal di panti asuhan.
Tinggal di panti asuhan bukan hal yang menyenangkan, meski semua pengurus panti berusaha sebaik mungkin memperhatikan dan menyayangi semua anak di sana, tapi tetap saja, Lily merasa kurang merasakan kasih sayang. Akan tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Garis hidupnya mungkin telah ditetapkan, dia tidak pernah mengetahui keberadaan ayahnya, bahkan rupa dan namanya seperti apa dia tidak tahu. Dia hanya memiliki ibu sejak lahir dan ibunya meninggal saat usianya tiga tahun, tidak ada keluarga lain yang bisa merawatnya, sehingga Lily harus tinggal di panti asuhan.
Setiap tahun, ada satu hari paling menyenangkan bagi Lily, mungkin juga bagi seluruh anak-anak penghuni panti asuhan. Satu hari itu datang di bulan November, hari kedua puluh tujuh.
Dua puluh tujuh November adalah hari ulang tahun Archandra Gouw, cucu pertama Connie Gouw, pengusaha sukses yang selalu memberikan sumbangan pada Panti Asuhan Rindang Kasih di mana Lily tinggal.
Hari itu, Lily berlari secepat yang dia bisa menuju ke ruang tamu panti asuhan. Di tempat itu biasanya pesta ulang tahun Chandra yang meriah diselenggarakan. Lily hampir terlambat datang ke acara ulang tahun itu, di mana mereka akan mendapatkan makanan enak, camilan beraneka ragam dan juga hadiah berisi peralatan sekolah ataupun mainan dan buku cerita.
Di tengah gerimis, Lily berusaha secepat mungkin untuk sampai di tempat acara berlangsung. Dia benar-benar tidak bisa melewatkan acara ulang tahun ini. Meski kadang, dia merasa iri melihat keharmonisan keluarga Gouw dan berpikir apakah dunia ini adil? Bagaimana bisa, Chandra, memiliki orangtua yang lengkap, kekayaan yang melimpah dan kebahagiaan yang terlihat selalu menyertai kehidupannya. Meski kadang merasa iri, tapi Lily tetap menyukai acara ulang tahun Chandra karena di sana dia mendapatkan hal-hal yang jarang bisa dia rasakan dan dapatkan.
Tanah yang becek dan titik air yang semakin rapat menyertai langkah kecil Lily yang terburu-buru mengejar waktu. Dengan tergesa, Lily berusaha secepat mungkin mencapai tempat pesta ulang tahun diadakan, sayangnya, dia kurang hati-hati dan tanah yang licin membuatnya jatuh terpeleset.
Tubuhnya berdebam menghantam tanah becek dan terasa sakit. Lily merasa seketika sedih dan putus asa. Dia hanya menangis di bawah guyuran air hujan yang semakin deras, hingga seseorang datang dengan payung, membuatnya terlindung dari hujan. Waktu Lily mengangkat wajahnya, dia menemukan Archandra Gouw, anak yang seharusnya berada di ruang utama panti asuhan dan merayakan hari ulang tahunnya. Anak lelaki itu menatapnya dan bertanya.
"Lo ngapain? Jatuh?"
Lily merasa malu, jadi dia cepat-cepat menghapus air matanya dan mencoba berdiri, sayang, lututnya sangat sakit, ada luka menganga di sana, membuat Lily kesulitan berjalan.
"Dasar ngrepotin!" Chandra merangkul Lily begitu saja dan memapahnya, membuat Lily tercengang dengan apa yang Chandra lakukan.
"Ka-kamu ngapain?"
"Bantuin lo. Emangnya, lo mau terus hujan-hujanan di sini?"
Lily menggeleng. "Tapi bukannya kamu hari ini ulang tahun?"
"Ya terus?"
"Kamu nggak di ruang utama ngerayain ulang tahun?"
"Nggak."
"Kenapa?"
"Suka-suka gue lah!"
Lily menatap heran. Bagaimana bisa anak ini meninggalkan pesta ulang tahunnya yang meriah dan dikelilingi banyak orang yang mencintainya? Lily merasa Chandra adalah orang yang tidak bersyukur dan menyia-nyiakan suatu anugrah dari Tuhan.
"Lo tetep mau di sini? Kalau gitu gue cabut." Chandra hampir saja berlalu dari hadapan Lily.
"Eh, iya, aku mau ke ruang utama."
"Ck, jangan deh. Gue anter lo kemanapun, tapi nggak ke ruang utama."
"Emangnya kenapa?" tanya Lily heran karena Chandra nampak menghindari pesta ulang tahunnya.
"Lo nggak usah tanya-tanya deh. Lo nggak sedeket itu buat tanya-tanya ke gue." Chandra menjawab ketus.
"Oh, maaf...."
"Ya udah, lo mau kemana?"
"Ke...kamar aja kalau gitu." Lily berkata pelan sarat dengan kesedihan.
"Kenapa deh muka lo kayak gitu?"
"Nggak apa-apa."
"Jangan bohong, muka lo kayak nggak seneng gitu."
Lily menghela napas, berusaha iklas jika kali ini dia tidak mendapatkan makanan enak dan juga hadiah karena terjebak bersama si birthday boy yang justru menolak datang ke acara ulang tahunnya.
"Kalau aku nggak datang ke acara ulang tahun kamu, aku nggak dapat mainan."
Alis Chandra terangkat, dia tidak bisa memahami apa istimewanya mainan dan makanan yang ada di acara ulang tahunnya. "Cuma mainan kayak gitu aja."
"Itu bukan cuma!" Lily membalas sengit. "Kamu nggak pernah tahu rasanya dapatin mainan kayak gitu karna kamu orang kaya!"
"Lho lo kok jadi marah sama gue?" Chandra menanggapi dengan tidak kalah sengit.
Lily membuang napas, seharusnya dia tidak berdebat soal ini dengan Chandra karena pasti tidak ada ujung pangkalnya. Chandra yang kaya tidak akan memahami betapa berharganya momen makan enak dan mendapatkan mainan. Lagipula, daripada bersama Chandra, bukankah lebih baik dia ke ruang utama dan mendapatkan makanan dan barang-barang yang diinginkannya?
"Ya udahlah."
"Ya udah gimana maksudnya?"
"Ya udah nggak usah dibahas lagi." Lily hendak berjalan meninggalkan Chandra, berpikir sebaiknya dia ke ruang utama tanpa Chandra, sayangnya kakinya tidak bisa diajak berkompromi. Tubuhnya oleng begitu saja saat dia menjauh dari rangkulan Chandra, untung saja, Chandra segera menangkapnya hingga Lily tidak terjatuh lagi.
"Ngrepotin aja sih!"
"Nggak ada yang minta kamu di sini. Aku bisa ke ruang utama sendiri kalau kamu nggak mau kesana."
"Lo mau ke ruang utama? Ngapain?"
"Makan enak dan ngambil hadiah." Lily berusaha melepaskan cekalan Chandra.
"Nggak usah sok kuat deh. Kaki lo luka dan lo bisa jatuh lagi! Lo mending istirahat di kamar. Gue antar lo ke kamar lo."
"Aku nggak mau ke kamar."
"Lo ngeyel banget sih!"
"Ya emang kenapa?" Lily menatap Chandra kesal.
"Oke, gini aja deh. Lo mau apa? Makanan enak, alat tulis sama mainan? Gue bakalan kirim itu semua kesini besok, tapi lo nggak usah ke ruang utama. Lo temenin gue aja di sini, gue males ke ruang utama."
Mata Lily menyipit tidak percaya. "Serius?"
"Serius. Lo kira gue bohong?"
"Oke, kalau gitu, kita sepakat." Lily mengangsurkan tangannya pada Chandra.
"Apaan?"
"Salaman dulu, orang-orang kalau sepakat tuh salaman."
"Konyol," komentar Chandra tapi anak lelaki itu menyalami Lily.
"Sekarang, lo balik ke kamar!" Chandra berkata begitu lalu dia berjongkok.
"Ngapain?"
"Naik! Kaki lo kan sakit."
"Naik?"
"Iya, gue gendong. Kaki lo masih sakit, nggak bisa jalan, dan kalau lo jatuh, gue bakalan repot lagi."
"Ngh...."
"Buruan!"
"Enggak apa-apa?"
"Naik aja buruan! Kenapa sih banyak tanya?!" Chandra berkata dengan galak dan membuat Lily menutup mulutnya, naik ke punggung Chandra.
Mendung masih menggelayut, tapi perlahan tersibak dan semburat sinar matahari menyentuh bumi, menciptakan suasana yang terasa asing karena matahari yang muncul saat hari hujan. Sebuah fenomena alam yang jarang bisa ditemukan dan membuat Lily merasa siang itu adalah waktu teraneh dalam hidupnya.
Selama ini, dia selalu sendirian, tidak pernah punya teman, dan sekarang dia bersama dengan Archandra Gouw. Anak lelaki kaya yang sudah sering dilihatnya, paling tidak setahun sekali saat ulang tahun anak itu. Lily tidak pernah menyangka, akan ada suatu hari di mana dia akan bicara dan menghabiskan waktu bersama Chandra.