Kembali Bertemu

1263 Kata
Ada lainnya?" tanya Chandra setelah dia usai menandatangani seluruh dokumen yang diberikan Benaya, tapi Ben tidak bergeming di hadapannya. "Anu, Bos...." "Ck, ona anu!" Chandra menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi. "Begini, Bos, soal Lily." "Kenapa?" "Dia nggak mau terima uang yang aku kirim." "Nggak mau?" tanya Chandra dengan alis berkerut. "Kenapa? Jumlahnya kurang? Well, gue nggak nyangka dia selicik itu. Gue pikir dia cuma cewek polos yang miskin, taunya dia suhu. Gue tahu kemana arah tujuan cewek ini, dia bakalan meres gue." Ben sebenarnya tidak setuju pendapat Chandra, dia menilai bahwa Lily adalah gadis baik yang polos dan lugu. Lily tidak mungkin memiliki maksud licik atau apapun itu, tapi jelas dia tidak punya hak apapun untuk membela Lily. "Suruh dia nemuin gue." "Ya?" "Suruh dia ke ruangan gue. Dia harus tahu dengan siapa dia main-main. Dia pikir, dia cukup pintar untuk menjebak gue, tapi dia salah besar. Dia akan menyesal sudah terlibat sama gue." Benaya agak takut mendengar ucapan Chandra, dia tidak bisa menebak, rencana apa yang sedang disusun Chandra untuk Lily. Benaya benar-benar merasa prihatin terhadap nasib Lily. "Oke, Bos." Ben berkata pasrah, Lily sudah memilih jalannya sendiri sekalipun Ben sudah berusaha menghindarkan gadis itu dari masalah. "...." "Kenapa masih di sini?" Chandra gusar karena Ben masih berada di hadapannya. "Ng...apa yang bakal Bos lakuin ke Lily?" "Bukan urusan lo." "Iya sih tapi...." "Kalau lo masih di sini, gue bisa telfon Thalita dan minta gaji lo dipotong dua puluh lima persen karena lo bikin gue kesel." "Kalau gitu aku pamit." Benaya segera beranjak dari tempatnya duduk. Dia tidak ingin dua puluh lima persen gajinya melayang sia-sia. Dia hanya berdoa dalam hati semoga Lily tidak mendapatkan masalah. Lily meletakkan gagang telpon dengan galau. Baru saja, Benaya, sekretaris Chandra menelponnya dan memintanya bertemu Chandra secara langsung. Jujur saja, nyalinya mendadak menciut. Dia agak menyesal kemarin bersikeras tidak menerima uang tiga ratus juta yang diberikan Ben. Setidaknya dengan uang itu dia bisa hidup lebih baik, dan jika dia masih bersikeras mencintai Archandra Gouw, dia masih bisa memuja lelaki itu dari sisi gelapnya. Akan tetapi segala ketenangan hidupnya selama ini akan segera berakhir sejak dia memutuskan untuk menolak uang tiga ratus juta dan lebih memilih bertemu lagi dengan Chandra. Keluarga Gouw adalah keluarga kaya dan berkuasa, keputusan Lily untuk menolak uang yang diberikan Chandra bisa menjadi awal mula dari petaka yang tidak pernah dia perhitungan sebelumnya. Lily merutuki dirinya sendiri. Sebenarnya, apa yang dipikirkannya hingga mengatakan tidak akan menerima uang itu di hadapan Benaya? Sekarang, Ben benar-benar melapor pada Chandra dan dia dipanggil untuk bertemu Chandra, dan sialnya, Lily tidak memiliki cukup nyali untuk bertemu Chandra kembali. Dia benar-benar tidak tahu, apa yang akan Chandra lakukan padanya, apakah hari ini, akan menyeret dirinya dalam sebuah petaka? Seumur hidup, Lily belum pernah merasa setegang ini. Bahkan saat ujian nasional sekolah, dia tidak merasa sekhawatir hari ini. Tubuhnya terasa lemas, berkeringat dingin dan benar-benar gugup. Jantungnya berdebar tidak karuan sejak Ben memberitahunya agar pergi ke ruangan Direktur dan menemui Chandra. "Masuk aja, Pak Chandra udah nunggu," ucap Ben saat Lily berjalan menuju ruangan Chandra. Gadis itu tersenyum, tapi Ben bisa melihat ada gelepar kegundahan di wajahnya. Ben merasa kasihan, dia juga khawatir apa yang akan dilakukan Chandra pada Lily, mungkin, Chandra akan memecat Lily? Itu masih lebih baik, daripada Chandra membuat Lily sengsara, misalnya menyekap dan menjadikan Lily b***k karena sudah membuat Chandra kesal. Benaya bergidik, Chandra adalah sosok arogan yang kejam dan Ben tidak tahu apa yang direncanakan Chandra untuk "menghukum" Lily. Tapi, Ben tidak bisa melakukan apa-apa untuk menyelamatkan Lily. Kemarin, dia sudah memperingatkan Lily agar menerima saja uang pemberian Chandra dan melupakan segalanya, sekalipun hal itu sangat pahit. Bukannya membela segala bentuk penindasan yang dilakukan oleh kalangan the have, tapi realistis saja, orang kalangan bawah tidak akan pernah menang melawan orang berkuasa macam keluarga Gouw. Jadi, menurut Ben, akan lebih baik jika Lily menerima saja uang yang diberikan Chandra sebagai ganti rugi ketimbang mempertahankan idealismenya yang jelas akan menarik Lily dalam masalah pelik. Lily berjalan ke pintu ruangan Chandra dan mengetuk pelan, Ben mengamati punggung gadis itu dengan keprihatinan, Lily seolah sedang masuk ke kandang macan yang kelaparan. "Masuk!" Suara husky yang menjadi khas Chandra terdengar, sama sekali tidak terdengar ramah, membuat Lily menahan napas begitu saja. Langkahnya terasa berat saat dia membuka pintu dan menemukan Chandra duduk di kursinya seperti seorang raja di singgasananya. Chandra menatapnya dan membuat Lily merasa menciut, jantungnya kembali berdebar tidak beraturan dan kakinya lemas seperti jelly. Seharusnya, dia menuruti nasehat Ben, untuk menerima saja uang dari Chandra dan menghindari masalah dengan lelaki itu, tapi semuanya sudah terlambat, dan dia tidak bisa memutar kembali waktu. "Duduk!" Suara Chandra terdengar mengintimidasi dan tatapan matanya bagai busur panah yang bisa membuat Lily hengkang dari dunia. Lily menurut, melangkah pelan dan duduk di hadapan Chandra. Kursi yang didudukinya terasa amat sangat tidak nyaman, dan hal yang ingin dia lakukan sekarang adalah lari dan bersembunyi dari hadapan Chandra. "Lo tahu kenapa lo harus kesini?" Lily tidak tahu harus menanggapi apa pertanyaan Chandra. Sikap keras kepala dan sok idealis-nya yang menyebabkan Chandra memintanya untuk bertemu dan sekarang, Lily hanya bisa terdiam di hadapan Chandra yang nampak seperti singa menyeramkan baginya, meski, Lily tetap saja masih memuja Chandra yang terlihat mempesona dalam situasi apapun. "Lo nggak mau jawab?" tanya Chandra lagi, sangat kentara lelaki itu merasa jengkel dan dipermainkan. Baru kali ini, dia bertemu seorang gadis yang bukan siapa-siapa, bukan artis, selebgram, atau keluarga pejabat, tapi membuatnya terusik. Chandra tidak mengerti bagaimana bisa seorang gadis yang nampak biasa saja ini, ternyata punya nyali cukup besar untuk menjebaknya dengan insiden cinta satu malam. "Kalau lo tetap mau tutup mulut terserah!" Chandra berkata jemu dengan kejengkelan yang berusaha dia tahan sekuat tenaga. "Gue hanya ingin tahu kenapa lo menolak uang yang dikirim Ben? Apa uang itu kurang? Apa lo bakalan speak up kemana-mana dan mengaku bahwa lo dilecehkan? Kalau itu memang tujuan lo, gue peringatkan lo untuk berhenti. Gue nggak akan pernah ngasih kesempatan kedua buat lo kalau lo nggak bisa diajak diskusi dan menyelesaikan semua dengan baik. Dan gue rasa, lo nggak akan pernah kepikiran apa yang bisa gue lakukan buat lo kan? So, mendingan lo pergi, pakai aja uang yang dikirim Ben. Jangan usik gue, dan keluarga gue, gue akan membiarkan lo tetap hidup dengan tenang." Lily menunduk. Berada di hadapan Chandra membuatnya sulit bernapas sekaligus sulit bicara. Chandra adalah laki-laki yang dipujanya, menyebabkan debaran halus di jantungnya dan membuat semesta seolah berpindah hanya pada sosok lelaki di hadapannya. Baginya, Chandra adalah seseorang yang sempurna tanpa cela. Wajah tampan dengan lesung yang tercetak di pipi kiri saat dia tersenyum, meski Chandra sangat jarang tersenyum. Tubuhnya yang tinggi nampak selalu modis dengan fashion yang dia kenakan, dan meski banyak yang mengatakan bahwa Chandra punya segudang sikap buruk, tapi tidak pernah menyurutkan perasaan cinta yang tumbuh dalam hati Lily. "Gue nggak manggil lo kesini cuma buat diem kayak patung. Gue pengen tahu deh, alasan apa yang ngebuat lo dengan sombongnya nolak duit tiga ratus juta. Gini ya, gue sama lo malam itu, adalah sebuah kesalahan, gue tahu. Tapi, gue nggak pernah bermaksud melecehkan lo, dan kalau lo berpikir bisa mengancam gue, lo salah besar. Gue pastikan lo lebih dulu nggak bisa melihat matahari lagi kalau sampai lo macem-macem." Chandra menatap Lily dengan sengit. "Sekarang, ambil uang yang gue kasih dan silahkan mengundurkan diri dari perusahaan ini. Gue nggak mau lihat lo lagi." Mendengar ucapan Chandra, Lily mengangkat wajahnya dan menemukan sorot mata Chandra yang nampak membencinya. Lily tahu, dia sudah membuat Chandra marah dan jengkel, tapi dia tidak menyangka Chandra akan memecatnya, meski, hal ini sudah bisa diprediksi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN