Rasa Curiga Vic

1005 Kata
Dokter kandungan yang menangani Viyone keluar dari ruangan dengan wajah murung dan langkah berat. Jeff yang sudah menunggu di luar segera mendekatinya, wajahnya pucat dan penuh kecemasan. "Dokter, bagaimana dengan bayinya?" tanya Jeff dengan suara gemetar. Hatinya hanya peduli dengan anak yang seharusnya menjadi darah dagingnya. "Maaf, bayinya tidak berhasil diselamatkan," kata dokter itu dengan nada sedih. "Sementara istri Anda sangat lemah karena kehilangan banyak darah. Kami hampir gagal menyelamatkannya." Mendengar kabar itu, Jeff merasa seolah dunia runtuh di hadapannya. "Anakku meninggal? Kenapa bisa gagal? Kalau kamu bisa selamatkan ibunya, kenapa tidak bisa selamatkan anakku?" tanya Jeff dengan nada tinggi, emosi yang tak terbendung. Dokter itu menatap Jeff dengan simpati, namun tetap menjelaskan situasinya. "Kami telah berusaha semaksimal mungkin, Pak. Namun, saat dibawa ke rumah sakit bayi dalam kandungan sudah meninggal. Dia menerima hentakan yang kuat sehingga kepala bayi mengalami keretakan dan meninggal. Saat ini ibunya butuh dukungan dari Anda sebagai suaminya," jawab Dokter. Jeff merasa seolah jantungnya tercabik-cabik mendengar penjelasan dokter itu. Dia tak mampu menahan kesedihan dan amarah yang bercampur. Air matanya mengalir deras, namun tatapannya tetap tajam menatap dokter yang berdiri di hadapannya. Dia tak bisa menerima kenyataan bahwa anaknya telah tiada. Chris yang berdiri di sana sejak tadi, telah mendengar semuanya. Air mata anak itu langsung mengalir deras hingga membasahi pipinya. "Andaikan kalau anakku saja tidak bisa dipertahankan, Untuk apa lagi menyelamatkan ibunya," ucap Jeff yang berjongkok sambil meremas rambutnya. Chris hampir tidak menyangka mendengar ucapan yang keluar dari mulut ayahnya, hatinya semakin sakit karena pria itu sama sekali tidak peduli dengan keselamatan ibunya. "Papa, kenapa tega bicara seperti itu, bukan salah mama kalau adik meninggal," ucap Chris yang mengeluarkan air mata. Jeff menatap tajam pada anak itu dan berkata," Kalau bukan karena wanita itu kelalaian, mana mungkin anakku bisa meninggal. Seharusnya dia tinggal di rumah dan bukan mengikutiku ke hotel." "Apakah Papa sama sekali tidak merasa bersalah walau telah berselingkuh dengan bibi Meliza? Mama sedang hamil anak kandung Papa. Kenapa Papa bisa begitu kejam pada mama?" tanya Chris. Dokter dan suster yang menangani Viyone telah mendengar pembicaraan Jeff dan Chris. Mereka merasa simpati terhadap Viyone yang menjadi korban perselingkuhan dan dalam waktu yang sama harus kehilangan anak dalam kandungannya. Jeff menarik krah baju Chris dengan tangan gemetar, wajahnya memerah karena marah. "Kenapa kau memberitahu mamamu mengenai hal ini? Kau sengaja ingin menghancurkan keluargaku?" tanyanya dengan suara serak. Chris, menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Papa yang menghancurkan keluarga ini dan menyakiti perasaan mama. Kalau saat itu Papa tidak bersama bibi Meliza, maka semua ini tidak akan terjadi!" jawabnya tegas. Jeff terkejut dengan jawaban Chris, tangannya mulai bergetar. "Anak tidak tahu diri, masih kecil sudah berani melawan. Kalau aku tahu kau tidak berguna, saat itu aku tidak seharusnya membawamu pulang ke rumah," bentaknya dengan suara meninggi. Air mata Chris tak bisa ditahan lagi, menetes membasahi pipinya yang merah. "Kenapa Papa selalu tidak berani mengakui kesalahan? Mama sudah menderita cukup lama, tapi Papa masih saja terus bersama bibi Meliza dan menyakiti kami. Apakah kami, keluargamu, tidak pernah berarti bagi Papa?" ucap Chris dengan suara lirih namun penuh amarah. Wajah Jeff memucat, ia sadar betapa dalam luka yang telah ia berikan pada keluarganya. Namun ego dan marahnya masih belum bisa dikendalikan. Tangannya masih memegang krah baju Chris erat-erat, seolah mencari pegangan untuk menghadapi kenyataan pahit ini. "Apakah aku bukan anakmu? Kalau tidak, kenapa Papa sangat membenciku dan juga mama?" tanya Chris dengan air mata yang mengalir begitu deras. "Mulai hari ini, Kamu rawat saja mamamu itu, Jangan sampai aku melihat muka kalian lagi. Karena anakku sudah meninggal. Maka, aku tidak perlu merasa bersalah. Anggap saja kesalahanku telah terbayar!" ketus Jeff yang melepaskan tangannya dan beranjak dari sana. Chris hanya bisa menatap kepergian ayahnya dengan perasaan sakit bagaikan teriris, Pria itu sangat menyesal kehilangan darah dagingnya yang selama ini ia tunggu-tunggu. "Bagaimana nasib mama kalau papa tidak peduli lagi padanya? Aku harus mempertahankan hubungan mereka. Walau apa pun yang terjadi," batin Chris. Viyone terbaring lemah di atas ranjang dengan wajah pucat pasi. Chris duduk di samping tempat tidur, menatap sedih pada ibunya yang masih belum sadarkan diri. Ia memandang perut ibunya yang sudah kempis, rasa sedih dan penyesalan semakin menyelimuti hatinya. "Adik, Kakak gagal melindungimu dan mama. Sehingga kami tidak bisa datang ke dunia ini," ucap Chris terbata, menahan isak tangis yang mulai menggumpal di kerongkongannya. Chris kemudian mengeluarkan tasnya dan membuka laptop. Ia bersumpah dalam hati untuk mengubah nasib keluarganya. "Aku harus mencari uang untuk mama, kalau papa tidak membiayai mama lagi. Setidaknya aku masih ada uang," gumam Chris sambil mengutak-atik laptopnya dengan penuh semangat. Tetesan air mata Chris jatuh ke layar laptop, namun ia tak peduli. Fokusnya hanya satu, yaitu mengumpulkan uang agar dapat menghidupi ibunya. Tidak tahu dengan cara apa anak 5 tahun itu menghasilkan uang dari laptop yang dia miliki. Ia duduk di lantai dan menyandarkan diri ke tembok. Sepanjang malam matanya hanya fokus pada layar laptop tanpa istirahat. Terlihat jari-jari mungilnya menari-nari di atas tombol laptop tersebut. Di sisi lain Wilson sedang berada di kamar pasien 505. Ia duduk berdiri di ujung ranjang dan menatap pasien yang dirawat di sana. "Bos, Maafkan saya karena ini adalah kelalaian saya. Andaikan saya lebih berhati-hati mungkin saja tidak akan terjadi perkelahian antara saudara kita dan anggota Richard Calvot!" ucap pria itu yang adalah salah satu anggota kepercayaan Wilson, Steve. "Jangan pikirkan masalah itu, Obati lukamu dulu! Kejadian ini aku akan mengirim Nick untuk menghadapi mereka," jawab Wilson. "Bos, bukankah Nick sendiri ada urusan yang harus dikerjakan?" tanya Steve. "Tenang saja! Nick sudah dalam perjalanan pulang. Dia telah menyelesaikan tugasnya. Mengenai wilayah itu kita akan mendapatkan kembali. Richard Calvot tidak akan bisa memilikinya!" jawab Wilson. Steve menghela nafas lega dan mengangguk," Kalau begitu saya bisa tenang!" ucapnya. Malam itu, Vic masih terbayang-bayang pertemuannya dengan Chris. Setelah kembali ke mansion, ia duduk termenung di kursi empuk di ruang tamu. Rasa penasaran tak bisa ditutupi dari wajahnya. Vic pun memutuskan untuk menemui ayahnya yang sedang berada di ruang kerja pribadi bersama Elvis. "Aku harus bertanya pada papa, apakah papa masih memiliki anak lain selain aku," batin Vic
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN