Viyone Baru Sadar

1076 Kata
Elvis berdiri di hadapan bosnya itu," Richard Calvot dan kelompoknya berhasil menguasai wilayah A dan B saat anggota kita lengah. Mereka menyerang dengan ganas sehingga banyak anggota kita yang terluka. Mereka mengambil kesempatan saat wilayah kita hanya dijaga oleh beberapa orang saja," katanya. "Lalu bagaimana kabar situasi di luar sana?" tanya Wilson. "Kekalahan anggota kita telah tersebar ke mana-mana. Banyak ketua mafia mulai mengkritik dan meragukan kemampuan kita." Wajah Elvis semakin tegang, "Jadi, ini semua karena kelalaian kita? Kita harus lebih waspada dan kuatkan pertahanan kita. Jangan sampai kejadian ini terulang lagi!" ujar Wilson. "Baik, Bos," jawab Elvis. "Atur pertemuan dengan para ketua mafia, Untuk menutupi mulut para rubah tua yang suka mencari kesalahan kita!" perintah Wilson. "Iya, Bos," jawab Elvis. Suara ketukan di pintu ruangan pribadi Wilson menggema, "Tuk! Tuk!" Vic menunggu dengan rasa penasaran yang memuncak. "Masuk!" sahut Wilson, tanpa mengalihkan perhatiannya dari tumpukan dokumen yang sedang dikerjakannya. Kretek! Pintu terbuka dan Vic melangkah masuk dengan langkah ragu. Wilson menatap anaknya, mencoba membaca raut wajah yang mencerminkan kebingungan. "Vic, ada apa kamu masuk ke sini?" tanya Wilson, masih fokus pada dokumena yang menumpuk di atas meja. "Papa, apakah Papa memiliki anak lain selain aku?" tanya Vic dengan nada suara penuh penasaran, matanya berbinar ingin tahu. Wilson terkejut mendengar pertanyaan itu. Dia meletakkan pena dan menatap Vic, mencari tahu apa yang ada di benak anaknya. "Kenapa kamu bertanya seperti itu?" balas Wilson. "Aku bertemu dengan seorang anak laki-laki yang seumuran denganku, wajahnya sangat mirip dengan Papa. Apakah Papa bermain dengan perasaan Mama dan memiliki anak dari wanita lain?" tanya Vic. "Pertanyaan yang aneh," ucap Wilson kembali fokus pada tugasnya. "Dia mirip dengan Papa, kenapa aku tidak mirip dengan Papa? Apakah aku bukan anak kandungmu? Atau kami berdua tertukar saat di rumah sakit?" tanya Vic yang penasarannya. "Elvis, kamu keluar dulu!" titah Wilson. "Iya, Tuan," jawab Elvis dengan patuh dan meninggalkan ruangan itu. Vic masih sedang menunggu jawaban dari ayahnya itu," Aku sedang menunggu penjelasan Papa. Papa berhutang satu jawaban denganku!" Wilson tersenyum dan menjawab," Papa tidak bermain dengan wanita lain. Kamu jangan mulai bicara yang tidak masuk akal. Kembali ke kamarmu dan belajar menulis dan membaca!" "Aku tidak mau belajar, Aku sudah pintar. Belajar hanya membuang waktuku saja. Setelah dewasa aku akan menjadi mafia tampan dan hebat?" jawab Vic dengan membanggakan dirinya. "Jangan membantah perintah, Papa! Pergi kembali ke kamarmu!" kata Wilson dengan nada tegas. Vic melirik tajam pada ayahnya," Papa, Lalu kapan kita bertemu dengan mama?" tanyanya. "Papa sedang meminta paman Elvis menyelidiki tempat tinggalnya. Mamamu sudah pinda dan kita butuh sedikit waktu," jawab Wilson yang beralih fokus pada layar laptopnya setelah melihat banyak foto-foto unik yang tampil di sana. "Iya, Iya, Papa lebih sibuk dengan pekerjaan dari pada mencari mama," gerutu Vic yang kemudian beranjak dari sana. Wilson duduk di kursi kerjanya sambil memegang secangkir kopi. Matanya terpaku pada layar laptop yang menampilkan galeri foto-foto unik dan menarik. Setiap foto terlihat profesional dan memiliki sentuhan artistik yang membuat Wilson sangat terkesan. Dari latar belakang yang memukau hingga penggunaan warna yang indah, tak heran jika foto-foto tersebut laku keras di pasar online. Sambil menyeruput kopinya, Wilson melirik ke pojok kanan atas layar laptop dan melihat nama pemilik akun yang memiliki simbol "V" di sebelahnya. "V? Siapa penjual ini? Fotonya luar biasa dan banyak yang telah terjual. Pasti dia fotografer profesional," gumam Wilson penasaran. Namun, sebelum Wilson sempat kembali fokus pada pekerjaannya, sebuah pesan muncul di layar laptopnya, bersamaan dengan foto terbaru yang diunggah oleh pemilik akun bernama V tersebut. Wilson mengeklik pesan itu dan mulai membacanya. "Hallo, saya adalah V. Saya ingin menginformasikan bahwa tujuan saya menjual foto-foto ini adalah untuk mengumpulkan dana guna membantu biaya pengobatan mama saya. Saya berharap karya-karya saya dapat membantu meringankan bebannya," tulis V dalam pesan tersebut. Membaca pesan itu, Wilson merasa terpanggil untuk membantu. Emosi yang dirasakannya saat melihat foto-foto tadi kini bercampur dengan simpati kepada V yang ternyata memiliki tujuan mulia di balik penjualannya. Dengan tekad bulat, Wilson mulai menjelajahi galeri foto V lebih jauh, berniat untuk membeli beberapa karya terbaiknya dan mendukung tujuan mulia sang fotografer. Seorang Mafia yang dikenal kejam dan arogan menjadi luluh setelah melihat karya-karya serta pesan dari "V" "Kenapa aku harus peduli padanya, Ini bukan urusanku!" gumam Wilson. Wilson menekan tombol 'like' tanpa ragu, dan tak lama kemudian ia menerima pesan dari sang Penjual. "Terima kasih, Tuan. Karena telah memberi like kepada postingan saya. Apakah Anda berminat untuk membelinya?" tulis sang Penjual. Wilson merasa penasaran dan membalas chat tersebut. "Siapa namamu dan berapa usiamu?" tanya Wilson. "Saya butuh dana yang banyak dan usia saya 5 tahun. Apakah Tuan, akan membeli salah satu foto saya?" jawab penjual fotoshop itu dengan nada memelas. Wilson merasa terkejut dengan usia sang Penjual yang masih sangat muda. Ia mulai mencurigai ada sesuatu yang tidak beres. "Apakah mamamu sedang sakit?" tanya Wilson, mencoba menggali informasi lebih lanjut. "Mama saya keguguran, Adik saya sudah 8 bulan usianya. Saya butuh banyak uang untuk menyembuhkan kondisi mama saya," tulis sang Penjual dengan kesedihan yang terasa dalam kata-katanya. Wilson merasa prihatin dengan kondisi yang dialami oleh sang Penjual. Namun, ia juga sadar bahwa situasi ini bisa saja merupakan tipuan. Wilson mengetik pesan untuk penjual itu, "Di mana ayahmu?" Penjual berinisial V membalas," Papa saya sudah tidak peduli dengan kondisi mama. Karena adik saya yang masih dalam kandungan meninggal akibat mama kecelakaan. Bagaimana kalau tuan membeli satu foto saya dan saya akan memberi free sebagai tanda terima kasih?" Wilson merasa simpati pada penjual yang masih terlalu muda sehingga berusaha membujuk dirinya untuk membeli karyanya. "Anak ini seumuran dengan Vic, harga satu foto tidak seberapa. dan dia rela memberi free asalkan saya membeli salah satu hasil karyanya. Anak ini sungguh malang," gumam Wilson." Kenapa anak ini membuatku merindukan dia?" tanyanya dalam hati. "Baiklah, aku akan membeli semua karyamu, dan aku berharap bisa membantu kebutuhanmu!" Wilson membalas pesan tersebut dengan tanpa ragu. Chris duduk di sofa rumah sakit, ia tersenyum lebar melihat pesan yang baru saja ia terima. "Akhirnya, ada juga orang yang menghargai karya fotoshop yang kubuat," gumamnya senang. Dengan penjualan ini, ia bisa membantu membayar biaya rumah sakit untuk Viyone, ibu tercinta yang terbaring lemah di atas ranjang Tangan Chris bergetar saat ia mengetik pesan ucapan terima kasih pada pembeli yang telah membantunya. Setelah mengirim pesan tersebut, ia meletakkan laptop ke atas meja dan mengalihkan perhatiannya pada Viyone yang mulai menunjukkan tanda-tanda kesadaran. Viyone membuka matanya perlahan, Ia merasa bingung sejenak, mencoba mengingat apa yang terjadi. Kemudian, tangannya perlahan menyentuh perutnya yang kempis.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN