Brrrr....
Isara melompat ke aliran sungai yang lumayan dalam, ia berusaha berenang mengejar seorang pria tampan berjas berlumuran darah yang dia lihat hanyut terbawa aliran sungai deras itu, pria itu sudah timbul tenggelam namun masih terlihat bernyawa sebab tangannya bergerak ke atas seperti meminta pertolongan.
Dengan susah payah dan kemampuan berenang yang cukup baik Isara berhasil meraih jas laki-laki itu kemudian menarik tubuhnya, Isara sesaat menepi ke sebuah bebatuan sungai masih memeluk tubuh pria itu, sampai kemudian dia berenang kembali ketepian membawa pria itu dalam pelukannya.
Tubuh pria itu cukup berat untuk Isara angkat naik ke daratan, namun yang terpenting pria itu sudah berhasil mencapai daratan. Isara membaringkan pria tampan itu di tepian sungai yang masih sedikit ada airnya, lalu ia mencoba memeriksa keadaanya. Isara nyaris tidak merasakan nafasnya, ia lalu memeriksa nadinya, Isara yang panik bahkan tidak merasakan apakah nadinya masih ada atau tidak.
Isara kemudian menekan d**a pria itu namun tidak ada reaksi entah mungkin dia salah melakukan cara pertolongan itu, sampai kemudian dia membuka mulut pria yang pingsan itu dan menimbang-nimbang untuk mendekatkan bibirnya sebab dia orang asing yang tidak tahu bagaimana jika akan membawa masalah.
Namun karena melihat pria itu sangat menyedihkan dengan seluruh luka-lukanya di pundaknya dan area tubuh lainnya, Isara pun menberanikan diri meniupkan udara kedalam mulutnya.
Beberapa tiupan ia berikan hingga tiba-tiba pria itu tersedak kemudian membangkitkan tubuhnya kemudian memuntahkan air yang banyak dari dalam tubuhnya.
Isara akhirnya bisa bernafas lega, akhirnya dia tidak harus melihat orang meninggal lagi setelah neneknya. Isara tidak langsung diam dia masih berusaha memukul-mukul kecil pundak pria itu agar dia bisa mengeluarkan semua muntahannya, sampai kemudian pria itu membaringkan tubuhnya lagi di tepi sungai yang masih berair itu.
“Ayo naik ke daratan! Saya tidak bisa mengangkat tubuh anda tuan.” Pria itu tidak menjawab apapun namun dia pasrah saat Isara menarik tangannya lalu memapahnya naik ke daratan.
Isara membaringkan pria itu di rerumputan lalu berlari pergi meninggalkan pria itu, Isara akan kembali kerumah untuk mengambil barang-barang pertolongan untuk luka pria itu dan juga sebuah kain guna menghangatkan tubuhnya.
Hanya beberapa menit Isara yang masih basah kuyup dan pakaiannya di penuhi bercak darah lelaki itu kembali, ia membuka pakai lelaki yang lemah tidak berdaya itu lalu menutupi tubuhnya dengan kain, tidak lupa mengobati lukanya dengan sisa-sisa obat luka peninggalan sang nenek.
“Kau bidadari atau seorang penyihir yang melarikan diri ketempat ini?” ucap pria itu lemah saat Isara tengah membersihkan luka dipundaknya.
Sungguh pria itu masih tidak percaya, di tengah hutan dia menemukan seorang wanita cantik dan menjadi sosok penolongnya. Tidak bisa di ungkapan lagi bagaimana sakitnya seluruh tubuh pria di jatuhan di bebatuan sebuah aliran sungai, pandangannya tidak lagi bisa melihat dengan jelas apapun yang ada di hadapannya.
Namun pria itu terus berusaha berenang mengangkat tangannya tinggi-tinggi, dia bermonolog pada dirinya sendiri, dia tidak boleh mati, dia tidak ingin mati sebab impiannya untuk membuktikan pada sang kakek bahwa dia tidak bersalah.
Apakah Ronan sengaja membuangnya kesini sebab dia tahu ada penghuni cantik ditengah hutan ini.
Isara berhenti lalu melepaskan kapas luka di dahinya. “Anda sudah baik-baik saja tuan? Baiklah, saya harus pergi!” Isara meninggalkan pria yang masih terbaring itu.
“Kenapa menyelamatkanku di air jika harus meninggalkanku yang kesulitan berjalan di daratan, bagaimana jika ada seekor Harimau atau buaya lalu mereka menerkam tubuhku.”
Isara menoleh kembali ke belakang ia melihat kedua kaki pria itu memang terluka parah. “Setidaknya anda sudah bisa bernafas di daratan dan berfikir bagaimana menyelamatkan diri anda sendiri, saya tidak tahu dari mana anda berasal, entah seorang penjahat, pembunuh atau buronan yang melarikan diri.”
Pria itu tidak lagi bersuara, ia tampak menggegam lemas lemas sendiri tangannya membuat Isara tidak tega lalu mendekatinya.
“Hem saya tinggal di sana, dirumah tua itu, jika anda mau saya bisa memberi tumpangan untuk malam ini.”
Suara jangkrik dan gemercik air mengisi kekosongan hutan di malam itu, pria itu tidak menjawab apapun, sampai Isara sadar pria itu tidak bisa bangkit tanpa bantuannya. Isara kemudian mendekati pria itu dan membantunya untuk berjalan ke tempat tinggalnya.
Sebuah rumah kayu yang cukup tua, penerangan itu hanya sebuah lampu berbahan bakar minyak seadanya, namun suasana rumah itu terasa hangat terlihat ada api di pembakaran yang masih menyala.
Dua buah ranjang terlihat disana, lalu sebuah meja makan dengan empat kursi di area yang sepertinya dapur yang tersekat dengan sebuah dinding kayu. Rumah itu tidak terlalu besar namun terlihat sangat rapi di dalam penerangan yang tamaram.
Ada foto keluarga tergantung disana lalu buku-buku tua yang usang di antara lemari-lemari yang nyaris reot.
Isara lalu membaringkan pria itu di ranjang, kemudian mencarikan dia pakaian.
Sementara pria itu masih mengedarkan pandangannya dirumah itu dan menerka-nerka bagaimana bisa wanita ini ada disana dan bersama siapa dia tinggal.
Isara lalu membawakan pria itu pakaian sang nenek namun masih bisa dipakai seorang laki-laki.
“Tempat yang anda tiduri adalah ranjang nenek, nenek baru saja meninggal tadi pagi di tempat itu.”
Sontak saja pria itu meremang, jantung pria itu berdegup sangat kencang, dia yang lemas mendadak segar rasanya siap berlari dari tempat itu.
Baru saja ada yang meninggal ditempat yang dia tiduri, lalu dimana mayatnya?
Apakah wanita ini adalah bagian dari sekte rahasia yang memakan manusia.
Ronand sialan! Aku tidak minta mati di makan kanibal cantik.
“Petugas pemakaman sudah membawa nenek, pesan nenek ingin segera di kremasi setelah meninggal, besok aku akan mengambil abunya.”
Dia tidak sedang berbohong?
“Ini bukan ditengah hutan? Ada yang bisa masuk kesini selain orang tersesat?”
Pemilik mata coklat itu menggelengkan kepalanya. “Saya membawa jasad nenek dengan grobak tua itu ke sebuah desa, jaraknya 20km lalu harus menyebrangi sungai lagi untuk sampai ke desa terdekat.” Tunjuk Isara sebuah gerobak tua.
“Lalu jika aku tadi mati artinya?”
“Saya tidak mengenal anda, saya tidak akan melakukan apapun selain membiarkan anda dimakan binatang buas atau anjing-anjing peninggalan nenek.”
Shit
Pria itu bergidik ngeri, ini benar-benar wanita yang mengerikan, pria itu tidak jadi bersyukur dipertemukan dengan sosok bidadari atau penyihir cantik itu.
Ronand jemput aku sialan!