TJCPP 25

1126 Kata
“Gaylia Zinsastra, sudah waktunya kamu berlatih memanah. Jangan diam saja di sana,” ucap seorang gadis berambut pirang pendek. Refleks orang yang paling Alvaerelle benci pun menoleh. Gadis itu  segera menyiapkan busurnya ke langit-langit. Beberapa burung sedang terbang di atas sana. Bukankah para burung pun memiliki kebebasan mereka? Berapa makhluk lagi yang harus Gaylia rengut paksa kebebasannya. Alvaerelle lalu mengedarkan pandangannya. Dia berniat untuk segera bertemu dengan putra mahkota, Pangeran Myrin. Sayangnya, laki-laki itu tidak dapat dia temukan di sekitar para gadis. Padahal terakhir kali, laki-laki itu sibuk memamerkan gadis-gadis yang berada di sisinya. Menyebalkan sekali. Memangnya hanya laki-laki itu saja yang dapat berbuat seenaknya? Lalu Alvaerelle pun berjalan ke sisi lain, di mana para pengguna pedang tengah berlatih dengan pedang kayu. Sepertinya mereka hanya ingin memastikan salah satu dari lawannya tidak akan terluka fatal, sehingga dibuat kebijakan untuk memakai pedang kayu ketika berlatih. Tangan mereka memang terampil dan sangat cepat. Sayang sekali Alvaerelle tidak dapat menggunakan senjata tempur. Di ujung sana, Myrin tengah berhadapan dengan seorang gadis yang dikuncir. Gerakan tangan mereka sama gesitnya. Dia tidak menyangka jika seorang gadis pun mampu setara kekuatannya dengan Myrin. Oh, atau mungkin pangeran mahkota tengah mempermainkan gadis itu atau malah sengaja menyetarakan kekuatan mereka. Dia tidak tahu kalau Pangeran Myrin pun memiliki sisi baik. Ya, dia memang baru mengenalnya sehari kemarin. “Baiklah, mari kita tunggu dia selesai berlatih,” ucap Alvaerelle yang menyemangati dirinya sendiri. Latihan itu berlangsung sangat lama. Meski gadis yang tengah berhadapan dengan Myrin sudah kelelahan, gadis itu tidak pernah menyerah sedikit pun. Jujur Alvaerelle mengagumi sifat gadis itu. Tidak mudah menyerah, sama sepertinya dulu ketika berusaha masuk ke universitas negeri. Namun, di tempat ini, dia justru melawan takdir. Terus melarikan diri. Sesuatu yang sangat salah dan tidak seharusnya dia melakukan itu. Meski memang Alvaerelle sadar, salah satu cara menyelesaikan masalah adalah melarikan diri. Hanya saja, itu berarti dirinya seorang pengecut. Lalu Leia pun mendekati Alvaerelle. Menjaga nonanya agar tetap aman dari orang-orang yang sudah menatap beringas. Tentu saja putra mahkota, Pangeran Myrin memiliki banyak penggemar. Tidak ada yang salah dengan itu, meskipun itu berarti nonanya akan memiliki musuh. Belum lagi ultimatum yang Pangeran Myrin katakan adalah mutlak. Leia pun mengembuskan napasnya berat. Dia segera menyamakan posisinya dengan Alvaerelle. Melihat wajah sang nona yang sendi seolah memikirkan sesuatu yang rumit. Dia sebenarnya tahu. Bukan Nona Alvaerelle Zinsastra yang bersalah. Gadis yang bermasalah justru sedang menghibur diri dengan menembak beberapa ekor burung di sana. Menyedihkan sekali. “Meski Nona Alvaerelle terpaksa menjadi tunangan Pangeran Myrin, tidak ada cara lain untuk hidup damai. Keluarga Zinsastra akan terus membayang-bayangi Nona jika tidak berhasil merebut hati Pangeran Myrin,” jelas Leia pelan dan selembut mungkin agar tidak menimbulkan salah paham pada Alvaerelle. Gadis dengan mata berbeda itu pun berkaca-kaca. Dia sibuk memandang elf menyebalkan yang sedang berlatih pedang. “Bagaimana bisa aku merebut hati Pangeran Myrin? Aku tidak akan pernah masuk ke dalam hatinya, Leia. Lagi pula, dia bukanlah tipeku. Jika dia memutuskan pertunangan ini. Aku akan sangat bersyukur padanya.” Leia pun mengembuskan napasnya. “Nona Alvaerelle, sejujurnya aku punya cerita cinta dari Kekaisaran Bumi. Semua di akademi selalu membahas ini, terutama rumor tentang Raja Kyle dan istrinya yang merupakan seorang Dewi Langit. Aku pun selalu mengingatnya. Entah kenapa kisah cinta ini manis.” Alvaerelle mendengus sebal. Sejujurnya dia tidak begitu ingin mendengar cerita cinta orang lain. Namun, mendengarkan nama Dewi Langit, dia jadi cukup tertarik. Ya! Jika dia tidak salah ingat, Ellena mengucapkan sesuatu padanya. Bersabarlah. Apakah seorang Dewi Langit tahu tentang takdirnya yang seharusnya tidak berada di sini? Atau apa? Andai ada satu cara agar dia bisa bertemu kembali dengan Dewi langit. Lalu dia akan mencari tahu apa yang dikatakan olehnya. "Kisah cinta Kaisar dan Permaisuri Bumi tidak dapat dilupakan. Ketulusan seorang penyihir yang mencintai manusia. Dulu Permaisuri Olive perlu perjuangan untuk melarikan diri dari negara yang mengincarnya untuk mati. Terlihat kejam bukan? Lalu orang yang kini menjadi Raja para manusia, Raja Kyle, membawa permaisuri pergi. Sampai akhirnya Kaisar dan Permaisuri bertemu," jelas Leia. "Untuk apa Permaisuri Olive jatuh hati pada Kaisar Atha jika orang yang selalu bersama dengannya adalah Raja Kyle? Lagi pula mereka sesama manusia. Pertama kali aku melihat, Raja Kyle dan Permaisuri Olive sangat cocok jika disandingkan," balas Alvaerelle tanpa memikirkan dampak apa yang akan terjadi ke depannya. Namun, Leia malah tersenyum. Dia lalu melihat ke arah nonanya. "Permaisuri Olive sudah terikat takdir oleh peri bunga bokor. Peri itu menautkan Permaisuri dengan Kaisar Atha. Secara tidak langsung mereka akan terus terhubung, Nona Alvaerelle." "Begitu," balas Alvaerelle malas. Matanya tetap mengikuti arah gerakan Pangeran Myrin di depan sana. Laki-laki itu memiliki  postur tubuh yang bagus, gerakannya juga sangat tepat. Siapa pun yang menjadi lawannya, pasti sangat kewalahan. "Lalu, rumor soal Dewi Langit yang turun dipaksa menikah dengan seseorang, tetapi Beliau menolak. Sampai akhirnya dikabarkan Raja Kyle mengorbankan dirinya untuk menikah dengan Dewi Langit. Terlihat sangat menyedihkan karena tidak bisa dengan orang yang dicinta. "Namun, Nona Alvaerelle. Sejujurnya Dewi Langit mencintai Raja Kyle. Mereka memang saling mencintai, tetapi takdir tidak dapat mempersatukan mereka. Sampai Dewi Langit selalu bersabar di atas sana. Mereka saling mempercayai satu sama lain," lanjut Leia yang lalu membuat Alvaerelle tertegun. Dia agak tidak percaya jika Ellena mengalami perjalanan sepanjang itu. Pantas saja Raja Kyle datang tanpa pasangan awalnya. Lalu ketika melihat Ellena, laki-laki itu tersipu. Penantian yang panjang. Alvaerelle jadi ingat tentang dunianya. Banyak orang yang tidak percaya kalau hubungan jarak jauh tidak akan berhasil. Namun, di tempat ini dia bahkan melihat jarak yang lebih jauh. Antara bumi dan langit. Bersabar. Bukanlah kata yang tepat untuk dirinya. Ellena benar, dia perlu menunggu sampai Pangeran Myrin menjatuhkan hatinya pada Alvaerelle. Namun, dia terlalu pesimis dan sudah membenci laki-laki itu sejak awal mereka bertemu. Myrin tidak menyukainya. Begitu pula dengan dirinya. Tidak ada kecocokan di antara mereka. Bagaimana mungkin Alvaerelle bisa mempertahankan cinta yang tidak benar ini? Bersamaan dengan itu, latihan dengan gadis yang dihadapi oleh Pangeran Myrin pun selesai. Dia tidak melihat keringat yang cukup banyak dari laki-laki itu. Apa jangan-jangan Myrin memang menganggapnya sebagai hiburan semata? Laki-laki itu terlalu baik untuknya. "Inikah Nona Alvaerelle Zinsastra yang sudah berani-beraninya membunuh seorang tunangan dari Pangeran Myrin?" ucap seorang gadis di belakang mereka. Buru-buru Leia pun berdiri dan menjadi tameng bagi Alvaerelle. Gadis itu sama sekali tidak menginginkan tuannya terluka. "Pergilah dari tempat ini. Nona Alvaerelle tidak meiliki urusan penting denganmu!" "Jika kamu berani menolongnya, bukankah kamu tahu kalau Pangeran Myrin akan turut menghukum dirimu, pelayan! Jadi segeralah menyingkir. Kami tidak memiliki urusan dengan elf rendah sepertimu!" bentak gadis lainnya. Tiba-tiba seseorang menjambak rambut Alvaerelle. Memaksa agar dirinya berdiri. Mata mereka bertatapan dan dia melihat Leia berusaha untuk membantu. Namun, yang didapatkan adalah dorongan kuat. - - - - - - - - - - - - - - - "HENTIKAN!" 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN