TJCPP 33

1054 Kata
Alvaerelle masih setia memeluk kelinci dengan ekor merah. Mendekapnya dengan penuh kasih, layaknya sedang mengasuh seorang anak. Siapa pun yang melihat ini mungkin akan berpikir jika Alvaerelle sedang mengasuh seorang anak. Dan itu memuakkan bagi Myrin. Dia bosan melihat gadis itu berjalan sambil mendekap kelinci. Myrin berulang kali memerhatikan tunangannya yang sibuk sendiri. Sekaligus berjaga-jaga jika kelinci itu berubah menjadi monster buas lagi. Bukan peduli karena Alvaerelle yang mendekapnya. Dia tidak ingin di cap buruk, lagi pula kematian seperti itu tidak pantas bagi seorang pembunuh. Alvaerelle harus mati perlahan-lahan. Terluka dan tersiksa dalam tiap harinya. Bahkan jika harus, dia memilih untuk memberikan racun sedikit demi sedikit. “Pangeran, Anda pasti sangat mengkhawatirkan Nona Alvaerelle. Sedari tadi, Anda sibuk memperhatikannya, terutama pada kelinci dengan ekor merah,” bisik Kesatria Filan pada Myrin. Tentunya itu membuat sang pangeran berkilat tajam pada orang yang baru saja bicara. “Coba katakan lagi jika kamu berani, Kesatria Filan,” jelas Myrin sambil menyilangkan tangan di depan d**a. Dia sama sekali tidak setuju dengan pemikiran Kesatria itu, kecuali dalam satu hal. Kelici ekor merah. “Pangeran sangat mengkhawatirkan Nona Alvaerelle. Itu dapat terlihat jelas dari wajah Anda, Pangeran. Apakah ucapanku ini menyinggung perasaan Anda?” ucap Kesatria Filan agak menggoda. “Kamu tahu kalau aku hanya ingin Alvaerelle tersiksa. Ini tidak berarti aku mengkhawatirkan keadaan gadis itu. Malah aku sangat membencinya. Sangat membencinya. Ingin rasanya aku mengubah dia menjadi butiran debu. Sayangnya sihir yang aku miliki mempunyai batasan,” lanjut Myrin sambil menggerakkan tangannya. Memainkan sihir yang digunakannya untuk menyapu jalan. Kesatria Filan hanya membalas dengan senyum. Dia lalu mencoba menyamakan langkahnya dengan Alvaerelle. Takut dekat-dekat dengan Myrin yang memiliki hawa menyeramkan. Belum lagi mereka terpaksa berjalan karena suara berlebih akan mengundang lebih banyak kelinci dengan ekor merah yang lebih buas. Bagaimana pun mereka harus selamat dan kelaur dari hutan sesegera mungkin. Myrin sudah sangat kesal. “Apakah Pangeran Myrin selalu menyebalkan seperti itu, Kesatria Filan? Rasanya cukup menyebalkan ketika mata kami berpapasan secara terus-menerus,” jelas Alvaerelle sambil mengelus bagian kepala kelinci seakan tengan memberikan kenyamanan pada makhluk kecin nan menggemaskan tersebut. Kesatria Filan tidak berani menjawab. Dia lalu refleks mengambil kelinci dari tangan Alvaerelle. “Saya rasa ini sudah cukup dekat dengan hutan. Sekarang kita bisa mulai berkuda. Jadi biarkan kelincinya saya yang membawa dan Nona Alvaerelle menunggangi kuda bersama dengan Pangeran.” “Eh, tapi kelinci itu akan dipegang bagaimana? Kesatria Filan akan kerepotan jika harus menggunakan satu tangan membawanya. Tidak apa. Biar aku yang memegangnya, lagi pula Pangeran Myrin pun tidak akan mempermasalahkan hal ini bukan?” ucap Alvaerelle yang sebenarnya menyindir laki-laki itu. Dia geram melihat Myrin yang berjalan di depan sana sibuk melirik ke arahnya. Dia tahu kalau laki-laki itu tidak mungkin khawatir padanya. “Apakah kamu mengucapkan sesuatu, Alvaerelle? Aku rasa kamu menyinggung sedikit tentang ku. Jadi jika kamu ingin pergi denganku, percepat langkahku atau kamu akan kutinggal,” jelas Myrinagak mengancam. Alvaerelle melihat ke arah Kesatria Filan, lalu mereka berdua sama-sama tersenyum canggung. Memang benar, mereka tidak seharusnya menyinggung perasaan dari Pangeran. Terutama Alvaerelle. Entah kenapa firasatnya berkata bahwa perjalanan ke rumah tidak akan semudah yang dia bayangkan. Segera saja Alvaerelle mengambil kelinci dengan ekor merah dari dekapan Kesatria Filan tanpa permisi. Setelah itu, dia pun segera berlari dengan cepat. Buru-buru dirinya menghampiri seorang tunangan yang menyebalkan dan terlalu menyebalkan ketika tahu apa saja yang diperlukan di sana. Dia lalu mengembuskan napasnya. Menguatkan hatinya untuk berhadapan dengan Myrin. Sudah pasti itu akan menguras banyak tenaga dan perasan pada hatinya. Dia tidak mau tahu dan tidak ingin tahu. Benar-benar menyebalkan. Entahlah kenapa sekarang dia malah berharap bisa menunggangi kuda bersama Kesatria Filan saja. Setidaknya itu akan lebih baik untuk pikiran dan hatinya. Hanya saja, dia sudah tidak tahan dengan tatapan tajam dari laki-laki itu. “Aku tidak tahu bagaimana caranya menaiki kuda, Pangeran,” ucap Alvaerelle yang lalu menelan ludah. Myrin kembali menatapnya tajam. “Padahal seorang elf memiliki bakat alami untuk melakukan hal-hal seperti ini. Aku tidak tahu apakah kamu berbohong atau tidak, tapi baiklah.” Alvaerelle cukup terkejut ketika laki-laki itu tiba-tiba menaikkan tubuhnya. Untungnya mereka tidak bersentuhan lebih lama. Ini cukup asing dan dia tidak terlalu menyukainya. Dia tidak ingin memiliki perasaan pada laki-laki ini. Satu-satunya yang dia inginkan hanyalah kedamaian. Dan hanya satu caranya, memutuskan pertunaian mereka. Namun bagaiamana caranya? Ah! Bukan waktunya untuk memikirkan ini. Dalam lamunannya, dia tidak sadar jika Myrin sudah duduk di belakangnya. Sedangkan kedua tangan digunakan laki-laki itu untuk memegang tali, juga berjaga-jaga jika Alvaerelle pingsan. Posisi ini selalu dia ketahui melalui n****+-n****+ yang pernah dibacanya. Namun, sekarang dia bagai tokoh utama dalam cerita yang dibacanya. Roemary menelan ludah. Dia lalu mengembuksan napas. “Pangeran Myrin, aku sama sekali tidak berharap jika kamu akan memberikanku penghargaan, karena sepertinya ada elf lain yang sudah berhasil lebih dulu dalam melakukan perburuan kelinci ini. Namun, aku hanya berharap jika kamu mengabulkan satu permintaanku. Terlepas kelinci ini ada karenaku atau karenamu,” ucap Alvaerelle tiba-tiba. “Tidak ada yang mendapatkan kelinci itu selain kita, Alvaerelle. Untuk pengumuman, aku sudah menundanya dan jelas itu bukan kamu. Jadi apa pun itu, tidak akan aku kabulkan,” jelas Myrin. “Baiklah. Aku tahu kamu akan menindasku terus-menerus. Aku hanya minta kepadamu untuk tetap adil dan tolong tolak semua orang yang ingin menyiksa pelanku. Dia benar-benar gadis baik dan dia hanya ingin melindungiku, Pangeran,” bisik Alvaerelle. Myrin tertegun. Dia tidak menyangka dengan apa yang diinginkan oleh tunangannya. “Kenapa aku harus mengiyakannya? Mereka bebas berpendapat dan aku tidak akan menolaknya. Sudahlah, hal-hal Kerajaan kita bahas setelah pulang. Apa kamu tidak tahu, hari ini kamu sangat merepotka!” “Aku tahu. Tidak perlu menyelamatkanku, silakan turunkan aku, Yang Mulia Pangeran Myrin,” balas Alvaerelle tanpa segan. Dia tidak banyak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Myrin. Ya, dia hanya ingin mendengar apa yang baik untuknya. Sementara Myrin kembali fokus melihat ke depan. Meski hatinya tetap terusik dengan kelinci yang ada pada Alvaerelle. Memang benar, dia bisa memutuskan apa pun. Termasuk mengubah peraturan. Walau sebenarnya Alvaerelle tidak menyalahi aturan tentang berburu. Hanya saja ada ushanya yang membantu gadis itu untuk membantunya. Dan lagi, dia tidak ingin kalau Alvaerelle membatalkan pertunangan mereka dengan mudahnya. Tidak. Penyiksaan gadis ini tidak boleh berakhir semudah itu. Saat ini dia butuh banyak berpikir. - - - - - - - - - - - - - - -
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN