Pagi yang begiu cerah kembali menyapa, dan Lylia baru saja membuka mata. Salah satu tangannya memastikan, apakah Ravendra masih ada di sampingnya? Namun, baru saja tangannya terulur, pandangan matanya pun turut mengikuti arah tangannya berada. Benar saja, Ravendra tidak ada di sana. Lylia pun berusaha untuk tetap tenang dan tidak berkomentar. “Pasti dia memiliki pekerjaan yang begitu penting, sampai-sampai lupa jika sudah punya istri,” gerutu Lylia sembari merapikan tempat tidurnya. Lylia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia tahu, dan dia pun sadar, bahwa di tempat itu masih ada sosok mertuanya yang kini menunggu di lantai bawah. Di hari pertamanya di rumah Ravendra, Lylia tidak ingin terlihat seperti wanita malas yang tidak tahu waktu. Bukankah kesan pertama harus