Ella mengernyitkan keningnya bingung, melihat seorang wanita berusia 40-an tahun berdiri di belakang suaminya Serkan dengan tas lumayan besar di tenteng oleh wanita itu di tangan kanannya.
Siapa wanita itu? Bahkan wanita itu ikut masuk ke dalam kamarnya, dan kamar suaminya. Sebelumnya, walaupun itu seorang pembantu yang datang sesekali ke sini, pembantu harian apabila Ella sakit. Tidak ada yang boleh masuk ke dalam kamar mereka. Tapi, suaminya, membawa perempun itu masuk ke dalam kamar mereka saat ini.
Mau tidak mau, Ella menyapa suaminya yang baru pulang bekerja terlebih dahulu. Nggak mungkin ia langsung mencercah suaminya dengan beragam pertanyaan walau ia sedang penasaran akut saat ini.
"Mas sudah pulang,"Ucap Ella lembut, wanita itu dengan hati-hati ingin bangkit dari baringannya di atas ranjang, tapi instruksi dari tangan suaminya yang terangkat membuat gerakan ingin bangun dari Ella terhenti.
"Kata Dokter kamu nggak boleh banyak gerak. Biar suamimu ini yang menghampirimu."Ucap Serkan dengan nada yang tak kalah lembut dari Ella.
Kedua kakinya perlahan melangkah menuju Ella yang terlihat bahagia, dan tersenyum dengan sangat lebar saat ini. Mendengar ucapan penuh perhatian dengan nada lembut suaminya barusan.
Ah, semenjak kejadian beberapa bulan yang lalu. Di saat suaminya dengan gila mengatakan keinginannya yang ingin menyewa rahim perempuan lain untuk mendapat anak laki-laki. Perlakuan dari suaminya berubah total, baik kepadanya maupun kepada anaknya Hanin. Berubah total ke hal-hal yang lebih baik, dan lembut.
Jelas, Ella menolak keras keinginan suaminya. Walau Ella gadis kampung, Ella nggak akan bodoh, dan senaif itu memberi ijin begitu saja pada suaminya. Hei, 100 anakpun Ella bisa melahirkannya sendiri. Suaminya saja yang tak sabar. Intinya Ella menolak keinginan gila suaminya. Bahkan melayangkan tamparan bertubi pada kedua pipi suaminya dengan air mata berlinang dulu.
Suaminya masih diam, tapi setelah ia mengancam meminta cerai pada saat itu juga, Suaminya langsung beraksi, mengatakan pada dirinya, ia tidak akan melakukan hal itu apabila tidak di ijikan oleh dirinya. Serkan bersumpah padanya, kalau ia tidak akan berkhinat, pantang untuk Serkan melanggar prinsip yang sudah melekat kuat dari dalam diri, dan jiwanya.
Cup
Ella menutup kedua matanya lembut, di saat ciuman di layangkan dengan lembut, hangat, dan lama oleh suaminya Serkan di atas keningnya. Membuat hati Ella semakin melambung bahagia di dalam sana.
"Kamu... Aku nggak mau kamu banyak gerak. Nanti kamu pendarahan. Itu menyeramkan, Sayang."Bisik Serkan pelan, dengan kedua bibir yang masih menempel lembut di kening Ella.
Tak peduli walau ada orang lain yang melihat, dan memperhatikan mereka saat ini.
"Jangan cemburu, dia hanya seorang pembantu yang aku kerjakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah, dan memasak makanan sehat untuk kita. "Bisik Serkan lagi masih dengan nada lembutnya, dan kedua bibirnya sudah terlepas dari kening hangat isterinya.
Kini, kedua manik hitam pekat laki-laki itu sedang menatap kearah seorang bayi mungil yang di lahirkan oleh isterinya dengan susah payah dua minggu yang lalu.
Seorang bayi perempuan lagi, apa yang serkan harapkan, seperti Dokter salah, dan Usg yang rusak menampilkan jenis kemanin anak mereka salah. Tertampil di Usg kalau anak mereka perempuan padahal setelah lahir adalah seorang anak laki-laki, tapi harapannya lagi-lagi tak di kabulkan oleh Tuhannya di atas sana.
"Mawar baru tidur, Mas. Jangan di cium dulu, ya. Agak rewel dia tadi."Ella menahan kepala suaminya yang ingin menunduk untuk mengecup kening anaknya, dan Serkan terlihat menurut.
Anak kedua mereka Mawar sangat rewel. Berbeda dengan anak mereka Hanin dulu.
Perubahan semenjak Ella mengancam cerai pada suaminya banyak. Termasuk hal yang ingin di lakukan suaminya tadi. Hanin maupun Mawar selalu mendapat perlakuan lembut, dan penuh kasih sayang dari papa mereka, dan Ella sangat bahagia akan hal itu.
"Maafkan aku. Kamu pasti capek. Nggak salah dong aku langgar perintah kamu yang nggak ingin ada pembantu di rumah ini, Sayang?"
Ella yang sedang menghapus lembut keringat anaknya di keningnya, menoleh kearah suaminya. Ah, jadi wanita yang sampai saat ini masih berdiri di tempat yang sama hingga saat ini adalah seorang pembantu yang akan membantu dirinya?
Begitu?
Ella terlihat menelan ludahnya kasar.
"Kamu tau Mas, alasan aku nggak mau ada pembantu di rumah ini. Aku nggak mau anak atau suamiku di urus oleh orang lain."Ucap Ella pelan.
"Nggak selamanya, sebenarnya Mas nggak suka lihat kamu capek, nggak ada gunanya Mas kerja keras, kalau isteri Mas harus capek. Dia hanya akan membereskan pekerjaan rumah. Aku yang akan memasakan untuk makanan kita sampai kamu benar-benar kuat. Mau, ya?"Ucap Serkan dengan nada lembutnya.
Serkan menoleh kearah seorang wanita yang lebih tua darinya itu, menyuruh wanita itu agar keluar dari kamar mereka. Untuk mulai bekerja. Ruang keluarga yang di lewatinya tadi sangat berantakan oleh banyak mainan anaknya Hanin.
Karena sudah tidak ada orang dalam kamar mereka, ah ada anaknya yang masih bayi berbaring nyaman di atas ranjang mereka. Tapi, dia masih kecilkan? Belum bisa melihat juga?.
Serkan dengan cepat menyosor dengan semangat bibir Ella yang di balas Ella dengan tak kalah menggebu, itu hanya berlangsung hanya beberapa menit saja, takut kecolongan mengingat Ella masih berada dalam masa nifas.
"Harum kamu enak. Harum bedak bayi, dan minyak telon. Buat gairah Mas naik berkali-kali lipat. Mas butuh merendam diri saat ini."Ucap Serkan sambil menyeka lembut kedua bibir Ella yang basah, dan belepotan ludah mereka berdua yang telah campur.
Ella terengah, tak menjawab ucapan suaminya. Serkan, setelah meletakkan ponselnya di atas nakas. Segera melangkah menuju kamar mandi, sembari membuka kancing-demi kancing bajunya dengan tak sabar. Miliknya sangat tegang, dan berdenyut sakit saat ini di bawah sana.
Ia butuh sabun, dan air yang akan mengobati rasa sakitnya.
*****
Ella yang berniat ingin membaringkan dirinya lagi setelah pernafasannya yang tersengal karena ciuman singkat suaminya tadi sudah normal, urung di lakukan wanita itu, di saat ponsel suaminya yang ada di atas nakas berdering dengan nada yang lumayan berisik.
Ella tak mau anaknya terbangun dari tidurnya. Membuat Ella dengan cepat meraih ponsel suaminya. Tapi sayang, belum sempat Ella melihat siapa yang menelpon, dan ingin mengangkatnya, panggilan seseorang di seberang sana sudah berakhir.
Tapi, dalam waktu seperkian detik. Ponsel suaminya yang masih berada dalam genggamannya kembali bergetar. Kali ini bukan panggilan tapi sebuah pesan. Ah, bukan semua pesan. Tiga pesan bertubi-tubi masuk ke dalam ponsel suaminya.
Ella penasaran. Semua sandi ponsel, dan laptop suaminya Ella tau. Suaminya sendiri yang memberi tau. Tanpa Ella minta.
Sharon
Serkan, aku butuh uang. Kasih bayaranku 50% dulu, ya. Tenang, kamu nggak akan rugi. Menggunakan jasa aku, kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan selama ini.
Sms dari Sharon sekertaris suaminya.
"Apa maksudnya ini? Bayaran apa?"Gumam Ella dengan raut wajah bingung, dan bertanya-tanyanya.
Dan dengan sialannya, entah kenapa, jantungnya di dalam sana, perlahan tapi pasti mulai berdebar dengan laju tak normal diringi dengan rasa sesak, dan sakit yang sangat menyiksa. Ada apa dengan dirinya?
tbc