kita pisah, Mas!

1091 Kata
Ella menyisir rambutnya dengan gerakan pelan, dan lembut. Kedua matanya menatap kosong kearah pantulan dirinya yang ada di dalam cermin di depannya. Suaminya masih mandi di dalam kamar mandi sana. Terdengar dari suara gemercik air yang mengisi keheningan, dan kesunyian dalam kamar mereka yang lumayan luas saat ini. Pikiran, dan perasaan Ella kacau saat ini. Sms dari Sharon tadi sangat ambigu. Dan... dengan piciknya pikiran Ella entah kenapa mengarah pada hal itu. Jasa? Jasa menyewa rahimkah maksud Sharon? "Nggak! Nggak mungkin! Mas Serkan nggak mungkin setaga, dan sebejat itu sama aku." "Nggak mungkin! Pasti karena pekerjaan yang lainnya "Gumam Ella pelan dengan kepala yang terlihat menggeleng keras saat ini. Menolak pikiran buruk, dan picik yang menghampiri pikiran, dan hati kecilnya saat ini. Membuat hatinya di dalam sana sakit sendiri karena pikiran bodoh, dan kecurigaannya yang luar bisa hebat. Hebat, dan bodoh. "Kamu bodoh, dan terlalu curigaan."Ella bahkan terlihat memukul-mukul kepalanya berkali-kali dengan frekuensi yang lumayan keras. Bahkan Ella terlihat ingin menjambak rambunya yang sudah di sisir rapi, tapi urung di lakukan wanita itu. Karena ada tangan besar, dan lebar seseorang yang terasa dingin, dan basah menahan kuat pergelangan tangannya saat ini. "Kamu kenapa?"Tanya suara itu dengan nada cemasnya. Membuat tubuh Ella dalam sekejap menegang kaku. Mulutnya hampir saja menyemburkan pertanyaan, dan pernyataan tentang SMS Sharon yang masuk ke dalam ponsel suaminya sepuluh menit yang lalu. "Kamu sakit kepala?"Serkan membalikkan lembut tubuh Ella agar Ella menghadapnya. Kening Serkan terlihat berlipat bingung saat ini, melihat wajah bingung, dan kusut isterinya. "Kamu kenapa? Apa ada yang sakit?"Tanya Serkan dengan nada cemas yang berkali-kali lipat cemas kali ini. Tapak tangannya yang dingin, segera menyentuh kening Ella. Hangat, suhu badannya normal. "Kamu nggak sedang membohongiku kan, Mas. Kamu... Kamu nggak sedang menyembunyikan sesuatu dariku, kan, Mas?"Tanya Ella pelan akhirnya. Menatap kedua manik hitam pekat suaminya dengan tatapan yang sangat dalam, membuat Serkan semakin menatap dengan tatapan bingung, dan bertanya-tanya pada Ella. "Bohong? Menyembunyikan sesuatu dari kamu? Nggak ada!" "Kamu tau gimana aku, Sayang. Selama menikah, setiap hal kecil yang terjadi, dan aku lakukan di luar rumah, dan tanpa kamu selalu aku ceritakan sama kamu, kan? Sebelum kita tidur? Aku nggak punya rahasia apa-apa."Serkan berucap dengan nada sungguh-sungguh, dan terlihat menggelengkan kepalanya kuat. Menolak tuduhan isterinya barusan. "Kamu bohong, Mas. "Ucap Ella pelan dengan raut wajah kecewanya. Serkan menjambak rambutnya yang masih basah kasar. Melihat kedua mata isterinya yang hampir mengeluarka airnya saat ini. "Aku akan minta maaf, dan mohon ampun sama kamu. Tapi katakan dulu, apa kebohongan Mas yang akhirnya di ketahui oleh kamu saat ini. Katakan, jangan menangis seperti ini."Ucap Serkan pelan, menahan amarah yang ingin meledak. Melihat air mata isterinya yang akhirnya luruh dengan mulus di kedua mata indahnya, dan membasahi telak kedua pipi lembut kemerahannya. "Mas, aku butuh uang. Kasih bayaranku 50% dulu ya, Mas. Untuk bayar jasa aku. Tenang, pasti Mas akan mendapatkan apa yang Mas ingin selama ini."Ucap Ella dengan suara tertahannya. Mengingat ada anaknya Mawar yang masih tertidur dengan lelap di atas ranjang sana. "Itu SMS dari Sharon ke ponsel, Mas. Bayar jasa apa? Bayar jasa untuk sewa rahim dia? Tega kamu, Mas!" Tubuh Serkan terlihat menegang kaku, dengan kedua mata yang menatap tak percaya pada Ella saat ini. "Kalau benar itu maksud SMS Sharon. Aku mau kita pisah! Kita cerai saat ini juga!" Mendengar ucapa dengan nada lantang, dan yakin Ella barusan. Membuat tubuh Serkan seribu kali lebih menegang kaku menatap Ella dengan tatapan takutnya. Sharon sialan! ***** Sharon menelan ludahnya kasar, dan memegangi pipinya yang terasa berdenyut sakit saat ini. Sakit, dan perih sekali, bahkan rasa panas, dan perih karena sebuah tamparan keras yang mendarat di pipinya barusan bahkan merambat hingga ke kepala, dan tengkuk sakitnya. Senyum menggoda, dan menawan yang wanita itu pasang beberapa saat yang lalu, lenyap. Kini di gantikan dengan wajah takut, dan shocknya. Tak menyangka ia akan mendapat sebuah tamparan kuat dari Serkan. Yang selama ini Sharon kenal tak pernah main tangan sama perempuan, walau laki-laki itu terkesan dingin, dan tak tersentuh. Semarah , dan semuak apapun Serkan padanya dulu karena selalu ia recoki, dan ganggu untuk menarik perhatiannya. Tidak pernah laki-laki itu main tangan padanya. Rasa bahagia yang melambung tinggi dalam diri, dan hati kecilnya karena Serkan, mengirim pesan padanya sepuluh menit yang lalu, berkata akan datang ke rumahnya membuat ia senang bukan main. Tapi, rasa senang itu di gantikan dengan rasa was-was, dan takut saat ini. Setelah ia melihat raut wajah marah Serkan, setelah ia mendapat sebuah tamparan kuat dari Serkan, dan mendapat tatapan seakan ingin membunuh dirinya dari Serkan detik ini. Sharon... Sharon mengira, Serkan datang kemarin ingin tidur dengannya, agar ia segera hamil anak laki-laki untuk laki-laki itu. Tapi, semua pikiran, dan khayalan enaknya meleset sangat jauh. Tidak ada raut wajah nafsu di wajah laki-laki yang ia gilai selama ini. hahaha ada raut nafsu di wajah Serkan. Tapi, raut nafsu seperti ingin membunuhnya saat ini. Membuat kedua kaki Sharon di bawah sana bergetar pelan menahan rasa takut yang tak terkira dalamnya saat ini. "Dasar jalang!"Desis Serkan dengan geraman tertahannya. Ingin sekali tangan besar, dan kekarnya melayang di pipi menjijikkan wanita di depannya ini. Tapi urung Serkan lakukan di saat ada sepasang mata yang mengintip dengan tatapan polos pada dirinya di depan sana, di dalam rumah Sharon sialan yang hampir saja membuat rencana yang ia telah susun dengan rapi hancur, dan di ketahui oleh isterinya. Ya, sepasang mata yang menatap dalam diam kearah Serkan, dan Sharon saat ini adalah seorang bocah laki-laki, anak Sharon. Anak yang selalu wanita itu banggakan, dan menggiurkan Serkan betapa menyenangkannya mempunyai anak laki-laki di kantor. Membuat Kedua tangan, dan mulut Serkan di tahan sebisa mungkin agar tidak, ah sial! "Jangan pernah mengirimi pesan atau menelponku di luar jam urusan kantor, Jalang! Atau kau akan tau akibatnya"Desis Serkan lagi, masih dengan nada pelan, dan geraman tertahannya. Dan tangannya yang tersembunyi di balik punggungnya setelah melayangkan tamparan pada Sharon tadi, merogoh sesuatu dalam saku celana belakangnya. Sebuah amplop cokelat, jelas isinya uang, dan melempar bagai sampah amplop itu tepat di depan wajah Sharon. Tak peduli kalau lemparannya barusan di lihat oleh anak laki-laki itu. Dan tanpa kata-kata atau pamit pada Sharon, Serkan segera membalikkan badannya pergi dengan langkah seribu, melihat bocah laki-laki di dalam rumah itu yang berlari kecil untuk mendekat pada mereka, setelah kedua mata polosnya melihat ia yang melempar sesuatu tepat di depan wajah mamanya. "Sialan kau Serkan! Aku pastikan, kau akan bertekuk lutut padaku nanti. Anak kamu yang aku kandung nanti, adalah senjata ampuh untukku mengendalikan dirimu, lihat saja, dan tunggu tanggal mainnya." Bisik Sharon dengan sungguh-sungguh, bagai sumpah hidup, dan mati wanita itu. tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN