Bab 6. Doa-doa Caca

1145 Kata
Tiga Tahun Kemudian Leo berlari ke kamar mandi sesaat baru saja menyelesaikan doa bersama saat shalat subuh berjamaah di Musholah rumah Orangtua nya. Lita melihat bingung. "Coba Kamu susul, Sayang. Ada apa dengan Suami Mu..." Pinta Lisa, Mama Leo. Lita mengangguk dan segera menyusul Suaminya. Huek.. huek... huek... Terdengar Leo memuntahkan sesuatu. "Honey, Are You Okay?" Tanya Lita sambil memijat leher Leo. "Aku gak tahu, Sayang... Tiba-tiba perutku bergolak rasa diremas-remas." Kata Leo yang segera mencuci mulutnya dan berkumur. "Semalam Kamu makan bekal Kamu, kan? Tanya Lita. "Always, Honey. Gak mungkin Aku tak memakan masakan Kamu yang paling enak." Puji Leo walau kini badannya terasa lemas. "Daddy...! Daddy kenapa?" Caca sudah berada di sana. Dia melihat Lita kewalahan membopong tubuh Leo yang tinggi semampai. Caca membantu Mommy nya. "Daddy gak apa-apa, My beauty. Cuma masuk angin saja." Kata Leo menghibur Caca. "Daddy ikut sarapan sama Kita, atau mau Caca antar ke kamar makanannya?" Tanya Caca lagi. Leo dan Lita tersenyum. Caca memang yang terbaik. Anak sulung Mereka selalu gerak cepat menolong kesusahan Orangtua. "Daddy baik-baik saja. Nanti Kita sarapan sama-sama. Habis sarapan Daddy akan istirahat." Leo mengelus kepala Caca. "Kenapa sih Daddy jadwal kerja nya dini hari terus? Memang gak bisa ya, minta siang. Kan kasihan Daddy kena angin malam terus." Caca mengerucutkan bibirnya. Leo terkekeh. "Itu sudah resiko Daddy, jadi Dokter specialist, Sayaang... Kalau Ada Kakek Marcel, mungkin Daddy bisa agak santai. Di Indonesia ini, Dokter spesialis kanker belum banyak, Sayang. Dokter Marcel adalah Suami Dokter Nindi, Tante nya Lita, Adik kandung Tia. Caca kembali mengerucutkan bibirnya. "Caca kangen sama Nenek Nindi dan Kakek Marcel. Kapan ya, Kita bisa ke Sumatera lagi. Pak Uwo dan Mak Uwo juga, betah banget disana, gak pulang-pulang lagi sejak Grandma dan Grandpa Uyut meninggal dunia." Lambok dan Tia memutuskan pulang kampung, saat ingin mengantar Keluarga dari Sumatera. Lambok memutuskan tinggal disana karena tak mau berjauhan dengan Ibu nya Tia yang juga sudah sepuh. Lambok merasa nyaman dekat dengan Ibu Mertua nya yang selalu dapat menenangkan akan rasa bersalah pada Orangtua nya yang selama ini Mereka tak mau Lambok dan Tia yang merawatnya. "Nanti Kita pasti pulang ke Sumatera sama-sama. Caca kan belum libur sekolah?" Kata Lita yang sudah mendudukan Leo di kursi meja makan. Caca mencium pipi Leo dan Lita. Kemudian mencium pipi Twins dan Lala. "Kamu kenapa, Nak?" Tanya Alex, Papa Leo. "Mungkin masuk angin Pa... Beberapa hari ini stay terus di Rumah Sakit. Pasien yang sedang Aku tangani masih kritis." Kata Leo tak mau membuat kedua orangtua nya khawatir. "Jangan terlalu diporsir, Nak. Mintalah cuti." Kata Alex. Leo tersenyum. "Nyawa pasien Aku lebih utama, Pa. Aku beneran gak apa." Leo menyakinkan kedua Orangtua nya. Tak lama Lita sudah menyediakan nasi goreng dan lauk pauk nya. Caca selalu membantu Mommy nya walau ada asisten rumah tangga di rumah. Leo kembali berlari begitu mencium aroma nasi goreng. Padahal nasi goreng buatan Lita adalah makanan kesukaan Leo. "Ada apa dengan Suamimu, Sayang?" Tanya Alex pada Lita. "Mungkin morning sicknes, Pa." Lita tersipu malu. "Kamu hamil lagi, Sayang?" Tanya Lisa. Lita mengangguk. "Aku baru akan bilang sama Kak Leo, kalau Kita akan kehadiran anggota Keluarga baru. Tapi Dia sudah muntah-muntah duluan." Kata Lita masih tersipu malu. "Alhamdulillaah... Kita akan tambah Cucu lagi, Uti..." Kata Alex. Lisa tak dapat membendung rasa haru nya. Dia langsung memeluk Lita. "Terima kasih, Ya Allah... Terima kasih, Sayang... Kamu memberi Kami Cucu lagi. Rumah Kita akan sangat ramai." Lisa mencium pipi Lita. Sedangkan Caca sudah menyusul Daddy nya sejak tadi. "Aku mau mengurus Kak Leo, dulu, Ma.. Pa... Mama dan Papa duluan saja sarapannya. Gak apa kan?" Tanya Lita. "Gak apa, Sayang. Coba tanya, Dia mau makan apa?" Canda Lisa. "Ya Ma..." Lita tersenyum. "Yang, Aku di kamar saja. Maaf, perutku gak enak mencium aroma makanan di ruang makan." Leo nampak sangat bersalah. "Kamu sarapan saja, Sayang. Biar Mommy yang urus Daddy. Jangan lama ya, nanti Papa Atala mencari Kamu." Pinta Lita. "Ok Mom... Aku sekalian pamit saja kalau gitu. Daddy... Maaf ya, Caca tinggal. Kalau Daddy belum sehat, gak jemput Caca juga gak apa, nanti Caca naik jemputan sekolah saja." Pamit Caca dan langsung mencium pipi Leo dan Lita. "Be carrefull, My beauty..." Kata Leo lemah. Lita membantu Leo, merebahkan dirinya ke tempat tidur. "Aku kenapa? Dokter Lita?" Canda Leo. Lita tersenyum. Dia mengambil tangan Leo dan menempelkan telapak tangan Leo ke perut Lita. "Ada calon Anak Kita disini." Mata Lita berkaca-kaca. "Kapan Kamu tahu? Kenapa Aku tak Kamu kasih tahu?" Tanya Leo kecewa dan bahagia. "Aku baru tahu tadi sebelum shalat subuh. Aku sudah telat datang bulan, tadi Aku mau memberitahu Mu juga Mama dan Papa setelah shalat subuh, tapi ternyata Daddy udah kabur duluan ke kamar mandi." Lita menyelipkan candaan. Leo langsung bangun dari tidur nya dan membenamkan kepalanya di perut Lita yang masih rata. "Alhamdulillaah... Kita akan kedatangan anggota keluarga baru lagi. Daddy rela mengambil rasa ngidam Mommy Kamu." Leo mengangkat baju gamis Lita dan mencium perut Lita. Tapi kecupan itu malah berlanjut. Ditambah lagi dengan desahan Lita yang tak dapat lagi Dia tahan. Mungkin bawaan bayi, Lita dan Leo tak dapat lagi menahannya. Akhirnya pagi itu Mereka melakukan Olahraga di ranjang. __________________ Beberapa Bulan Kemudian. Oek... oek... oek.... "Alhamdulillaah..." Leo mengusap wajahnya. Dia baru saja menemani Lita di ruang persalinan karena akan melahirkan. "Selamat Dokter Leo, Dokter Lita, Bayi Kalian laki-laki, sehat wal afiat tanpa kurang satu apa pun. Dokter Lita juga sehat." Kata Dokter Maria yang membantu proses persalinan Lita. "Alhamdulillaah..." Kata Leo dan Lita bersamaan. Perawat membawa bayi Mereka untuk dibersihkan. Leo masih setia menemani Lita di ruang persalinan. *Alexio Yusuf* Begitu nama yang diberikan Lita dan Leo untuk Putera Mereka. Perpaduan nama dari Alex dan Leo. Lita menambahkan Yusuf agar anaknya kelak tampan dan baik budi pekerti nya seperti Nabi Yusuf AS. Caca sangat senang mendapat Adik lagi. Apalagi dengan Lili yang mendapat teman bermain nanti, karena mendapat Adik laki-laki. Selama ini Lili selalu bermain dengan Tito, anak Vita dan Atala. "Ya Allah... Terima kasih... Engkau memberi Adik lagi buat Caca. Caca bahagia banget. Caca banyak punya Adik sekarang, gak kesepian lagi." Wajah Caca tiba-tiba terlihat sedih. Dia teringat Almarhum Ayah nya, Krisna. Caca langsung mengirimkan Doa untuk Ayah nya. "Ayah... Caca di sini baik-baik saja. Mommy dan Daddy sangat menyayangi Caca. Doa Caca dikabulkan Allah, Caca punya banyak Adik sekarang. Ayah harus bahagia di sisi Allah, ya." Batin Caca. "Ya Allah... Ampunilah Dosa-dosa kedua Orangtua Caca yang sudah menghadap-Mu. Walau Caca tak pernah bertemu Ibu kandung Caca, tapi Caca yakin, Ibu pasti Wanita yang hebat dan baik hati. Terima lah amal perbuatan baik kedua Orangtua Caca Ya Allah... Tempatkan Mereka dalam surga-Mu... Aamiin... Bahagiakan Juga kedua Orangtua Caca sekarang, Daddy Leo dan Mommy Lita juga Papa Atala dan Mama Vita. Mbah Akung dan Mbah Uti. Sehatkanlah Mereka semua. Juga Pak Uwo dan Mak Uwo. Aamiin... Ya Rabbal 'Aalaamiin...." Caca mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN