Bab 5. Berpulang

1069 Kata
Acara Aqiqah sudah selesai dilaksanakan. Para tetangga dan undangan juga sudah pulang. Hanya menyisakan kerabat dekat dan Keluarga. Lita dan Leo terlihat sangat bahagia. Caca pun sangat senang kembali mempunyai Adik perempuan. "Grandma dan Grandpa, ingin pulang." Kata Grandma (Mama Merry Ibu Lambok) "Menginap di sini saja, Ma... Pa..." Kata Tia. Lambok merangkul bahu Tia. "Mama sangat bahagia masih bisa bertemu dengan cicit Mama, diusia Mama yang sudah sepuh ini." Kata Mama Merry tersenyum. Lambok merasakan hatinya tak enak. Dia selalu bersedih manakala bertemu dengan Orangtua nya yang sangat Dia cintai. Tapi sayang, hati Mereka tidak juga terbuka untuk mengikuti agama yang Lambok anut, yaitu Agama Islam. Orangtua Lambok tetap teguh dengan Agama keyakinan Mereka. "Besok saja ya Ma... Sekarang sudah malam... Kasihan Mang Jojo juga, pasti Dia letih menyetir dari kemarin." Pinta Lambok. "Lambok masih kangen sama Mama dan Papa..." "Kamu setiap minggu bertemu dengan Kami, Nak..." Kata Papa. "Grandma Uyut... Grandpa Uyut... mau kemana? Kok gak istirahat di kamar? Caca udah merapihkan kamar untuk Uyut berdua." Tiba-tiba Caca sudah berada di ruang tamu. "Caca... Cicit Uyut.." Papa Lambok menggapaikan tangannya. Caca menghampiri. "Iya Grandpa Uyut?" "Kamu Cicit Uyut yang paling besar. Kamu harus pandai menjaga Adik-adik Mu... Pandai juga menjaga diri Mu. Kelak Adik-adik Mu akan hormat dan sayang sama Kamu. Uyut berdua ingin cepat pulang, sudah rindu dengan rumah Kami... Tapi Pak Uwo Mu malah menahan Kami di sini..." Grandpa Wijaya terkekeh. "Pak Uwo benar, Uyut. Sudah malam... Tidak baik juga buat kesehatan Uyut berdua malam-malam begini melakukan perjalanan jauh. Besok saja ya, please..." Caca memasang wajah memelas. "Kami tidak mau merepotkan Kalian..." Kata Grandma Merry. "Ma... merepotkan apa? Mama menganggap Kami ini siapa? Kami ini Keluarga Mama. Anak, cucu juga cicit Mama..." Tia mengelus bahu Ibu Mertua nya dengan lembut. Akhirnya Grandma dan Grandpa Uyut tak bisa menolak keinginan Anak, Cucu dan Cicitnya. Mereka beristirahat di kamar yang sudah disiapkan oleh Caca. Caca yang akan menemani Mereka tidur. Karena Lambok merasa hati nya tak tenang dari tadi. Sedangkan Uyut Nia (Ibu dari Tia) sudah terlelap di kamar yang sudah disiapkan oleh Tristan. _________________ Hari begitu mendung, menyelimuti daerah perumahan elit itu dan sekitarnya. Terdengar isak tangis di salah satu rumah besar yang digabungkan dengan rumah sebelahnya. Terpasang bendera kuning di depan tiang gerbang rumah Mereka. Tadi saat adzan subuh berkumandang, Caca yang hendak mengambil air wudhu, menyempatkan diri melihat kedua Uyut nya yang tidur di ranjang besar. Sedangkan Caca tidur di bawah dengan kasur busa yang Dia gelar sebagai alasnya. Betapa terkejutnya Caca saat meneliti wajah kedua Uyut nya yang diam tak ada reaksi. Buru-buru Caca menyalakan lampu kamar. Dengan ragu-ragu Caca mendekatkan ujung jari telunjuknya ke hidung Grandpa Uyutnya. Tak ada hembusan nafas. Dan saat Caca ingin membangunkan Grandma Uyut nya ternyata badannya sudah terasa dingin. Caca mundur sambil menggeleng. Pintu kamar terbuka. "Ada apa Sayang?" Tanya Lita yang juga berniat membangunkan Caca karena ingin mengajak shalat subuh berjamaah. "Uyut Caca, dua dua nya sudah gak ada..." Caca nampak shock. "Apa maksud Caca? Mereka ada disini." Lita tak mengerti ucapan Caca. "Mommy... hik.. hik.. hik... Grandma dan grandpa Uyut sudah berpulang." Caca terisak. Lita langsung mendekat dan memeriksa keadaan Opa dan Omanya. Memeriksa urat nadi Mereka, ternyata memang sudah tidak ada. "Sayang... tolong kabarkan pada Pak Uwo ya, pelan-pelan. Atau Caca minta tolong Daddy. Pelan-pelan kalau mau mengabarkan pada Pak Uwo." Pesan Lita. Caca mengangguk dan mengusap kasar mata nya yang sudah bersimbah airmata. Caca bertemu Leo di depan pintu kamar. "Ada apa, honey?" Tanya Leo melihat wajah Caca yang sedih. "Daddy... Kedua Uyut... sudah gak ada... Mommy ada di dalam... menunggu Mereka." Kata Caca terbata-bata. "Astaghfirullaah..." Leo langsung masuk ke kamar, tapi langkahnya tertahan. "Caca... pelan-pelan ya kalau mengabari Pak Uwo." Pinta Leo. "Iya Daddy..." Kata Caca yang bergegas ke kamar Lambok dan Tia. "Hai... hai... hai... Keponakan Uncle yang cantik, mau kemana? Ini sudah subuh, kenapa belum siap-siap?" Tanya Tristan yang hendak menuju Musholah rumah. "Uncle, Grandma dan Grandpa Uyut, udah gak ada. Uncle... temani Caca ya kasih kabar duka ini ke Pak Uwo dan Mak Uwo, please.." Caca memohon. "Innalillaahi... Ayo Uncle antar." Tristan langsung menggandeng tangan Caca ke rumah sebelah, karena memang Lambok dan Tia tinggal bersama Atala. "Assalamu alaikum... Kenapa Kalian lari-lari?" Tanya Lambok dan Tia yang sudah siap hendak ke musholah rumah besan Mereka bersama Atala dan Vita. "Wa alaikumussalaam Pa.. Ma..." Kata Tristan. "Wa alaikumussalaam Pak Uwo... Mak Uwo." Kata Caca berbarengan dengan Tristan. Tristan langsung membawa kedua Orangtua nya duduk dulu di kursi taman. Atala dan Vita bergegas masuk duluan ke dalam rumah, setelah tiba-tiba ponsel nya berdering dan Lita mengabari kabar duka ini. "Tristan.. Ini sudah subuh, ngapain Kamu ajak Mama dan Papa malah duduk disini?" Tia nampak bingung. Tristan berjongkok di depan kedua Orangtua nya. Tristan menghela nafas. Sedang Caca sudah menggigit bibir nya sendiri karena bingung. Tristan mengelus lutut kedua orangtua nya. "Ma... Pa... sabar ya... Mungkin ini sudah takdir..." Tristan kembali menarik nafas. Tia dan Lambok sambil berpandangan. Lambok mengelus bahu Tristan. "Ada apa Nak? Apa yang ingin Kamu sampaikan?" Lambok mencoba tegar. Perasaan tak enaknya dari semalam makin menjadi. "Grandma... dan Grandpa... telah berpulang...." Tristan sangat hati-hati. "Innalillaahi...." Ucap Lambok dan Tia. Seketika bahu Lambok turun. Dia sangat terpukul dengan kabar duka ini. Sedangkan Tia sudah terisak dalam pelukan Caca. Tristan membantu Papa nya berjalan. Caca membantu Mak Uwo nya berjalan. Berulang kali Lambok menghela nafas membuang semua himpitan di d**a nya. Lambok bersedih karena tak bisa membawa kedua Orangtua nya ke surga Allah. Akhirnya shalat subuh dilaksanakan secara bergantian, dibagi menjadi 2 kali jamaah. __________________ Pemakaman berlangsung hikmat. Di sebuah pemakaman Elit, Kedua Orangtua Lambok sudah memesan pusara Mereka. Mas Jojo yang memberitahu pada Lambok kalau Tuan dan Nyonya Wijaya sudah memesan rumah masa depan Mereka jauh-jauh hari. Pastur membacakan doa-doa untuk kedamaian arwah kedua Orangtua Lambok. Lambok menghela nafas. Kedua Orangtua nya adalah contoh cinta sejati, Mereka tak mau terpisahkan walau hanya sesaat. Hingga akhir hayat pun Mereka berpulang bersama. Walaupun begitu. Lambok tetap mendoakan untuk arwah kedua Orangtua nya. Dia sangat berharap Allah mengampuni semua dosa-dosa Papa dan Mama nya. Mereka Orang baik, selalu membantu sesama. Wallahu alaam... Hanya Allah Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Para pelayat yang kebanyakan dari Kolega Orangtua nya, sudah mulai meninggalkan area pemakaman. Tia dengan setia menemani Suami nya. Tak henti-henti Tia meminta Lambok untuk ikhlas. Tia tahu kesedihan Suami nya yang tak akan bisa berkumpul kelak di Akhirat sana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN