bc

Istri Bosku yang Kesepian

book_age18+
3.3K
IKUTI
32.4K
BACA
HE
curse
mafia
sweet
bxg
brilliant
affair
like
intro-logo
Uraian

"Apa ... saya bisa membantu Anda, Nona?""Iya. Tolong, puaskan saya!"_____Evan adalah sopir pribadi Diana sejak beberapa bulan yang lalu. Namun, suatu waktu ia melihat sang nona tengah memuaskan dirinya sendiri. Sialnya, acara mengintip itu malah ketahuan. Lantas, apa yang terjadi? Apakah Diana akan marah atau sebaliknya?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Hasrat Tertahan
"Sialan kamu, Sanders. Tega-teganya membuatku kesepian seperti ini," kata Diana seraya menenggak minuman keras di balkon kamarnya. Wanita itu merasa sangat kesal karena sang suami tidak sedikit pun memberinya waktu untuk sekadar berduaan saja. Diana frustrasi karena ia tak bisa menuntut kesibukan Sanders dan meminta waktunya. Ia masih sangat muda dan membutuhkan banyak kasih sayang dan belaian. Namun, pria itu sama sekali tidak peka dan sibuk dengan urusannya. "Sanders ... aku juga butuh cinta. Kamu ini menikahiku karena apa, sih? Apa aku ini hanya pajangan? Hah?" Diana kembali meracau seolah-olah sang suami ada di depan matanya yang kini hampir tidak sadarkan diri karena alkohol. Minuman itu benar-benar bisa membuatnya hilang kontrol dan kehilangan keanggunan yang selama ini ia tunjukan di depan semua orang. Diana dikenal sebagai pribadi ramah dan elegan. Tidak ada siapa pun yang bisa menyangkal bahwa ia sangat cantik dan baik hati. Sifat itu ia tunjukan kepada siapa pun. Namun, malam ini ia tidak bisa menguasai diri. Hasr*tnya yang sudah di ubun-ubun juga tidak terpuaskan karena Sanders memilih untuk tidak pulang malam ini. Jadilah, Diana jadi makin uring-uringan dibuatnya. Wanita itu lantas bergeser ke depan pintu kamarnya. Ia mengambil ponsel yang tadi terjatuh di lantai, lalu mencari pelampiasan lain. Wanita itu mencari film dewasa dalam ponselnya demi bisa membuatnya terbang. Setidaknya, ia bisa memuaskan dirinya sendiri usai melihat adegan-adegan gila dalam film itu. Diana lantas bangkit. Dengan sempoyongan, ia menuju ke kursi santai yang ada di balkon kamarnya. Wanita itu bersiap dengan jarinya ketika tiba-tiba gelas yang ada di sampingnya terjatuh dan pecah. Saat itu, Evan–sang sopir–yang kebetulan masih terjaga mendengarnya. Alih-Alih mengabaikan suara itu, Evan memilih untuk naik ke balkon melalui tiang yang berada tepat di bawah kamar majikannya. Setibanya di sana, kedua mata pria itu membulat sempurna saat mendapati adegan gila yang dilakukan Diana. Diana yang setengah sadar pun terkesiap saat melihat bayangan seseorang di balkon kamarnya. Wanita itu tak berpikir jika itu adalah orang lain, Diana malah mengira bahwa yang ada di sana Sanders–sang suami. "Sayang, kamu di sini rupanya," kata Diana seraya bangkit. Evan jelas ikut terkejut. Di depannya, sang nona yang cantik tengah memakai baju tidur yang terlihat menggoda dengan kegiatan yang menggoda pula. Harusnya, ia tak naik saat ini. "Ma–maaf, Nona. Saya seharusnya tidak–" "Sssttt, diam kamu! Ternyata kamu memang bukan Sanders." Diana tertawa. "Lagian mana mungkin dia pulang malam ini, dia itu kan lebih mementingkan pekerjaannya daripada aku," kata Diana seraya berjalan terhuyung mendekati Evan. Lampu balkon yang temaram benar-benar membuat Diana tak bisa melihat Evan dengan jelas. Walau begitu, ia tahu itu bukan suaminya dan tak penting siapa pria itu. Jika bukan satpam, pasti sang sopir. Namun, satpam juga tidak mungkin. Tubuh sekuriti rumah ini pendek dan gemuk, sedangkan yang ada di depannya adalah seorang pria gagah dengan tubuh yang bagus. "Iya, Nona. Saya Evan," kata pria itu sedikit ragu-ragu. Evan sudah lancang naik ke balkon kamar ini. Dan sekarang, ia malah melihat Diana sedang mabuk dan menggila. Apakah ia tidak syok? Setelah ini entah apa yang akan terjadi dengan pria itu. Mungkin ia akan kehilangan pekerjaan dan semua misi yang harus ia jalankan gagal. Atau ... ada kemungkinan lain? Evan sendiri tidak menyangka dengan apa yang ia lihat. Wanita yang selama ini ia kenal anggun dan ramah, bahkan tidak pernah memiliki kekurangan di mata Evan, kini terlihat menyedihkan dengan alkohol dan film dewasa. Apakah Diana memang sekesepian ini? Entah apakah ia salah datang di waktu yang tidak tepat. Nyatanya, ia tidak bisa berpaling dari sang majikan yang kini berjalan terhuyung dan hendak mendekatinya. Saat Diana hampir sampai, ia oleng dan Evan dengan sigap menangkap tubuhnya. Mereka bersirobok cukup lama sampai akhirnya Diana menarik pria itu dalam dekapannya. Kali ini, wanita itu telah menggila. Diana sengaja menempelkan tubuhnya pada Evan demi membuat pria itu ikut tidak waras. Mau bagaimana? Otak Diana sudah tidak berfungsi dengan baik. Ia mau melampiaskan semuanya. Ia mau dipuaskan. Jadi, mungkin menggoda sang sopir akan menjadi solusi terbaik saat ini. Sementara itu, Evan yang tidak tahu harus berbuat apa hanya bisa diam. Sang nona begitu liar dan ia akui sangat tergoda dengan apa yang ia lihat. Namun, melakukan itu, apakah Evan benar-benar sudah gila? Tidak-tidak. Ia harus menyadarkan sang nona jika itu bukan solusi yang terbaik. "Nona, Nona Diana, tolong hentikan!" kata Evan coba menyadarkan Diana. Wanita itu pun mulai membuka matanya. Ia kemudian melepas dekapannya pada sang sopir dan terlihat gusar. Wanita itu berpikir sejenak. Apakah ia sama sekali tidak menarik hingga sopirnya saja tidak mau menyentuhnya? "Kenapa, Van? Apakah aku tidak cantik?" tanya wanita itu seraya menurunkan tali yang ada di bahunya. "Bukan itu, Nona. Kita ... kita seharusnya tidak–” Evan menghentikan ucapannya ketika Diana benar-benar meloloskan tubuhnya dari kain penutup itu. Kini, Evan bisa melihat sebagian besar tubuh sang nona yang menawan. "Lalu kita harus apa, Van?" bisik Diana. Kali ini, wanita itu hanya meninggalkan underwear segitiga saja di tubuhnya. Dan, itu makin membuat Evan tidak punya banyak pilihan. Gila saja jika ia lari sekarang. Bukankah ia hanya perlu menikmatinya saja? "Nona ... sebaiknya Nona Diana–" Ucapan Evan kembali tercekat di kerongkongan ketika melihat jari lentik sang nona meloloskan semua penutup tubuhnya. Pria itu menelan ludah dengan gusar. Pemandangan di depan matanya adalah yang terbaik. Ini sangat indah. Mana bisa ia melewatkannya begitu saja. Di hadapannya, Diana terus memancing untuk segera dijamah. Ya, wanita itu telah siap seutuhnya. Hanya tinggal menunggu pria di depannya bergerak saja. "Van, sentuh yang ini!" lirih Diana memberi perintah. Namun, Evan masih ragu-ragu. Napasnya juga memburu hanya karena Diana menunjuk salah satu bagian tubuhnya dengan jari yang lentik. Wanita itu memainkan bibir. Seolah-olah ia benar-benar ingin Evan menyentuhnya. "Sentuh sebentar saja, Van! Aku mohon …." bisik Diana lagi. Ia menggeser tubuhnya lebih mendekat pada sang sopir. Lalu, membuka kakinya lebar-lebar. Evan pun tak bisa berpaling dari pemandangan itu. Sampai akhirnya, pria itu tak bisa menahan diri. Dengan perlahan, tangan Evan terulur hingga menyentuh kulit Diana yang putih. Wanita itu segera memejam. Ia melengkungkan tubuhnya ke belakang karena merasakan sesuatu yang menjalar di dalam dirinya hingga naik ke ubun-ubun. "Van ... bantu aku menikmatinya! Sekali saja," lirih Diana. Mendengar permintaan Diana, d**a Evan yang bidang jadi berdebar kencang. Sang nona telah memohon. Jadi, apa lagi yang ia tunggu? "Ba–baik, Nona. Saya akan membantumu," sahut Evan yang mulai mendekat, mengabulkan permintaan majikannya yang jika ia pikir, itu adalah hal gila untuk dilakukan.

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook