Something wrong

1985 Kata
Reika dengan segera masuk ke dalam kamar mamanya untuk mengambil foto dirinya sewaktu bayi. Foto itu diletakan mamanya di sebuah album foto yang mamanya simpan di dalam lemari yang berada di dalam kamarnya. Giska dan Elea dulu masih mencetak foto-foto bayi Reika dan kini Reika memiliki tugas membawa foto diri sewaktu bayi untuk kegiatan sekolahnya. "Foto bayi kamu itu, ada di album foto di dalam lemari mama, Rei. Kamu buka lemari mama terus liat bagian bawah. Mama taruh disitu," Suara Giska terdengar dari sebrang sana menjelaskan pada Reika. Setelah berkomunikasi dengan Giska, Reika pun membereskan buku-buku yang akan ia bawa besok ke sekolah dan disitu Reika baru ingat kalau ia memiliki tugas sekolah yang harus ia bawa besok. Reika harus membawa foto sewaktu bayi untuk kegiatan artnya di sekolah besok. Tanpa membuang waktu lebih lama, Reika pun kembali menghubungi Giska melalui ponsel Neni. "Ketemu Rei?" Giska bertanya dengan nada memastikan. Reika mengangguk spontan seakan mamanya bisa melihatnya secara langsung ketika mendapatkan apa yang ia cari. "Ketemu fotonya. Thank you, Mom." Reika mengambil sebuah foto album dimana di dalamnya terdapat banyak fotonya sewaktu bayi bersama mamanya, Aunty Elea dan Uncle Jake. Reika pun spontan tersenyum. Ia pun mulai melihat-lihat foto di dalamnya dan memilih salah satunya. "Anytime, sweetie. Tolong jangan lupa dirapihin lagi ya, Rei. Setelah itu kamu langsung tidur supaya besok enggak kesiangan berangkat sama Mbak Neni," Giska memberikan arahan pada Reika. "Siap, captain! I love you, Mom!" "I love you more, Rei." Panggilan antara Reika dan Giska pun berakhir. Reika melakukan apa yang Giska ucapkan ketika selesai memilih foto mana yang akan ia pilih untuk dibawa ke sekolah besok. Reika hendak merapihkan album foto yang ia ambil kembali ke tempatnya namun sebuah kotak hitam membuat Reika penasaran. Reika pun mengambil kotak hitam itu. Kotak yang diletakkan di ujung dan nampak tidak tersentuh sejak lama. Reika mengeluarkan kotak itu dari dalam lemari. Reika membuka kotak hitam itu dan mengerutkan alisnya ketika melihat ada beberapa amplop putih di dalamnya. Reika pun dengan penasaran membuka satu per satu isi dalam kotak itu dan mendapati ada beberapa foto hitam putih dengan nama mamanya diatas sudut kertas itu. Reika melihat ada beberapa lembar foto seperti itu namun Reika terkejut ketika mendapati foto mamanya dengan seorang pria saling merangkul dan tertawa bahagia. Reika jelas tau pria itu, walau dalam foto itu pria itu nampak lebih muda namun Reika masih mengenalinya. Pria itu adalah Om Rei, pria yang belum lama ini berkenalan dengannya. Reika dengan otak pintarnya sedang mencoba menggabungkan apa yang sedang terjadi. Mamanya tiba-tiba berlaku aneh beberapa waktu belakangan ini lalu tiba-tiba seorang pria mendekatinya dan bersikap begitu baik padanya. Reika memang masih berusia sepuluh tahun namun ia sudah diajarkan untuk berpikir kristis untuk segala sesuatu oleh Giska. Kini Reika berpikir, mungkinkah pria bernama Rei yang mendekatinya beberapa waktu belakangan ini adalah papanya? Karena sebelum ini tidak ada pria seumuran mamanya yang mendekatinya kecuali teman mamanya. Reika awalnya berpikir Om Rei hanya seorang pria dewasa yang tidak sengaja berkenalan dengannya karena membantunya. Kini menemukan foto Om Rei bersama dengan mamanya terasa aneh. Reika kini berpikir bahwa pria dewasa itu memang memiliki maksud tertentu mendekatinya. Reika tidak pernah membahas mengenai papanya. Yang Reika tau papanya sudah meninggalkan dunia ini. Begitu yang Reika dengar setiap kali ada orang yang bertanya mengenai keberadaan papanya pada mamanya. Reika melihat wajah Giska yang berubah sendu setiap ada yang menanyakan hal itu sehingga ia memilih tidak membahasnya dengan Giska. Toh papanya sudah tidak ada di dunia ini. Bertanya pada mamanya hanya akan membuat mamanya kembali berwajah sendu sehingga Reika memilih untuk tidak bertanya. Reika pun memutuskan untuk membawa kotak itu keluar dan menunjukannya pada pengasuhnya. Reika mendapati pengasuhnya kini sedang membereskan piring bekas makan mereka. Reika pun memilih duduk di sofa depan TV. "Mbak, coba liat sini. Rei nemuin ini di dalam kamar mama." Neni yang baru selesai dengan kegiatannya pun menghampiri Reika. Neni duduk berhadapan dengan Reika dan terkejut dengan foto yang berada diatas meja. Neni menantap foto yang ada di meja dan Reika secara bergantian, "Rei, ini kan foto..." Reika mengangguk. "Foto mama sama Om yang anterin kita.." Reika melanjutkan ucapan Neni. Neni mengangguk pelan. Neni pun mengambil foto-foto itu dan melihatnya satu persatu. "Mbak tau ini foto apa yang hitam putih?" Reika bertanya dengan nada penasaran. Neni masih dalam mode kaget. Neni mengangguk pelan bersamaan dengan matanya yang menatap lembaran yang dimasud Reika dan Reika secara bergantian. "Ini foto hasil USG pemeriksaan kehamilan, Rei." Reika terdiam. Otak pandainya mulai meyambungkan informasi-informasi yang ada di kepalanya. "Apa ini foto pemeriksaan kehamilan mama waktu ngandung aku, Mbak?" Neni nampak berpikir sambil memeriksa satu per satu lembaran foto hasil USG itu. "Kalau dilihat dari tahun periksanya ini kayaknya cocok dengan umur kamu, Rei. Bisa jadi memang ini foto hasil USG waktu nyonya hamil kamu." Reika terdiam dan Neni menyadarinya. "Lebih baik kamu tanya sama mama kamu, Rei. Bisa jadi kita salah duga." Reika mengangguk. Reika tau ia harus bertanya langsung pada mamanya. Mamanya sendiri yang mengajarkannya untuk mencari kebenarannya terlebih dahulu sebelum menilai namun kini Reika kaget. Ia kaget bukan main mendapati pria yang baru ia kenal ternyata dulunya mengenal mamanya.Bagaimana Reika melihat ada beberapa foto mamanya dengan Om Rei yang nampak bahagia waktu mereka masih muda dulu membuat Reika berpikir pasti ada cerita antara mereka dulu kala. Neni mensejajarkan foto itu dengan wajah Reika. "Rei.. Kok kalo Mbak liat-liat, foto muda bapak tadi ada miripnya sama wajah kamu ya?" Reika terdiam. Ucapan Neni membuat dugaannya semakin mengerucut. Reika benar-benar harus bertanya pada mamanya. *** Reika menyimpan kotak hitam itu menunggu kepulangan mamanya. Selama itu Reika menjalani aktivitasnya seperti biasa. Namun Reika menghindari bermain di taman karena taman menjadi tempatnya dan Om Rei selalu bertemu. Reika merasa ia masih tidak tau harus bersikap seperti apa sampai ia tau mengenai kebenaran hubungan pria dewasa itu dengan mamanya dulu. Reika menunggu kepulangan mamanya dan saat mamanya pulang pun Reika masih menunggu karena ia melihat mamanya masih kelelahan. Reika diajarkan oleh Giska untuk menilai situasi dan tepat saat Reika merasa situasi mamanya dan tentunya mood yang dimiliki mamanya baik, barulah Reika mengeluarkan kotak hitam itu. Giska terdiam melihat kotak yang Reika sodorkan. Giska pun menatap Reika lekat-lekat, "Dari mana kamu nemuin kotak ini, Rei?" Reika menatap mamanya lekat-lekat. "Rei temuin saat Rei cari foto untuk tugas sekolah, Rei." "Kamu.. udah lihat isinya?" Giska bertanya dengan suara sedikit bergetar. Reika mengangguk, "Ma, foto di dalam situ.." Giska menghela nafas panjang. Mungkin memang sudah saatnya Reika tau. "Foto di dalam situ ada foto-foto hasil USG mama. Itu waktu kamu di dalam kandungan mama..." Giska berucap dengan suara pelan sambil tersenyum tipis menyentuh kotak itu dan perlahan membukanya. Kenangan saat ia hamil mengandung Reika pun menyeruak dalam ingatan Giska, "Saat di dalam perut kamu anak yang baik. Kamu tidak pernah membuat kamu kesulitan. Sesekali kamu menginginkan sesuatu tetapi Auntie Lea dan Uncle Jake membantu kita untuk mendapatkan makanan yang kamu inginkan." Reika diam mendengarkan cerita Giska yang memandangi salah satu foto hitam putih hasil USG. Jantung Reika berpacu kencang mendengarkan cerita Giska mengenai dirinya sewaktu masih di dalam perut mamanya. Reika terus memperhatikan mamanya dan Reika melihat perubahan mamanya saat melihat foto lain yang di dalam kotak itu. "Orang yang foto sama mama itu... Siapa Ma?" Reika memberanikan diri bertanya pada Mamanya. Giska menghela nafas panjang lalu menatap Reika. Giska menatap Reika dengan pandangan sendu, "Yang di foto itu, papa kamu, Rei." Tubuh Reika menegang sempurna. Anak perempuan berusia sepuluh tahun itu sungguh kaget bukan main. Yang selama ini Reika tau papanya itu sudah meninggal namun kini ia tau kalau papanya masih hidup. Kepala pintar Reika mulai menyambung-nyambungkan banyak peristiwa dalam hidupnya. "Papa.." Giska menunduk dengan mata yang kini sudah mulai mengeluarkan air mata."Papa kamu.. Dia masih hidup... Maaf selama ini mama berbohong... Mama hanya berpikir jauh lebih baik menganggapnya sudah meninggal. Karena jawaban itu jauh lebih mudah menghadapi pertanyaan orang-orang tentang dimana papa kamu." Reika terdiam. Mata Giska tidak lepas dari Reika untuk mengawasi reaksi putri kecilnya. Giska pun menghela nafas panjang, "Rei, papa dan mama memiliki jalan yang berbeda. Kami tidak bisa bersama karena cara pikir kita yang berbeda. Maka dari itu kami berpisah dan mama tidak mau kamu salah menilai papa kamu." Kini otak kecil Reika mulai mengerti apa yang terjadi. Reika merasa mulai mengerti alasan kenapa keluarga mamanya terang-terangan menunjukan rasa tidak suka dengannya. Mendengar kenyataan mengenai papanya ini membuat Reika seakan mendapatkan jawaban atas semua pertanyaannya selama ini. Sementara itu Giska yang melihat wajah kaget Reika pun menghela nafas panjang. Jelas Reika kaget karena yang gadis kecil itu tau selama ini kalau papanya sudah meninggal. Itu yang ia tau selama ini. Informasi mengenai papanya yang ternyata masih hidup jelas membuat gadis kecilnya itu kaget dan kebingungan. Giska rasa untuk saat ini cukup bagi Reika tau bahwa papanya masih hidup. Giska meletetakan foto yang ia pegang dan merentangkan tangannya pada Reika, Reika dengan cepat menghampiri mamanya. Keduanya berpelukan. "Maafin mama, Rei. Mama merahasiakan semua ini karena mama pikir lebih baik begitu. Mama sayang sama Rei.." Giska berucap sambil menangis. Di sisi lain Reika hanya diam. Di dalam kepalanya kini malah muncul pertanyaan-pertanyaan lain namun ia sendiri merasa bingung bagaimana menanyakannya saat mamanya sudah bercucuran air mata seperti itu. Yang pasti Reika tidak bisa memandang pria yang ia panggil Om itu dengan cara yang sama setelah ia tau semuanya. Pria itu ternyata.. papanya. *** Reiner sudah tiga hari tidak bertemu dengan gadis kecil yang menjadi temannya itu karena kesibukannya yang baru di Algantara benar-benar menyita perhatiannya. Reiner bahkan mengabaikan apapun mengenai Giska sesaat dan fokus pada Algantara dan Reins. Namun Reiner tiba-tiba rindu pada teman kecilnya setelah melihat seorang anak perempuan yang makan bersama dengan orang tuanya. Reiner pun dengan sengaja pulang lebih cepat dan mampir ke taman tempat Rei biasa datang bermain. Reiner melihat Rei sedang bermain di taman seperti biasanya. Reiner mendekati Rei dan hendak menyapa namun anak itu malah pergi meninggalkan tepat itu begitu saja setelah menyadari kehadirannya. Reiner mengerutkan alisnya melihat Rei justru berlari menjauh. Rasanya ia tidak memiliki salah apapun pada gadis kecil itu. Reiner berusaha mengingat-ingat hari terakhir ia bertemu dengan Rei dan Reiner yakin tidak ada yang salah dalam pertemuan terakhir mereka. Reiner pun kembali mencoba kedua kalinya mendatangi Rei keesokkan harinya dan hasilnya masih sama. Gadis kecil itu menjauhinya. Percobaan ketiganya juga hasilnya sama. Rei benar-benar menjauhinya dengan pandangan yang Reiner sendiri bingung mengartikannya. Pandangan Rei sebelum pergi menjauhinya seperti... marah. Reiner merasa ia harus mendapatkan penjelasan mengenai perubahan sikap Rei. Reiner berencana kembali menunggu kedatangan gadis kecil itu lagi namun nanti jika Reiner bertemu dengan Rei, Reiner akan menahan anak itu untuk meminta penjelasan perubahan sikapnya itu. Reiner menunggu kedatangan Rei namun anak itu tidak kunjung muncul. Reiner pun memutuskan kembali ke unit apartemennya. Reiner beranjak dari tempatnya duduk, ia hendak masuk ke dalam gedung tower apartemennya namun langkahnya terhenti. Tubuhnya menengang sempurna melihat Rei berjalan dengan Giska dan keduanya baru saja masuk ke dalam tower apartemen. Keduanya menunggu lift bergandengan tangan dan tertawa bersama. Dari tempat Reiner berdiri, ia bisa melihat wajah Rei jelas berbeda. Rei nampak begitu bahagia. Senyum yang mengembang di wajah Rei belum pernah dilihat Reiner selama ini. Sialnya Reiner tidak suka melihat Rei tersenyum selebar itu pada Giska sedangkan kemarin Rei justru berpaling meninggalkannya. Tunguu.. Tunggu.. Tunggu.. Otak Reiner kini mulai berpikir, kenapa Rei bersama Giska? Kenapa Rei naik ke tower apartemen ini? Bukannya seharusnya tower apartemen tempat Rei tinggal bersebrangan dengan tower apartemen tempatnya dan Giska tinggal? Reiner memilih kembali duduk dan menggunakan otaknya untuk berpikir. Mungkinkah Rei adalah anak Giska? Tapi tempat tinggal anak itu? Mungkin sudah saatnya Reiner kembali menyuruh Reno untuk menyelidiki Giska. Reiner pun menghubungi Reno menggunakan ponselnya. "Sewa detektif terbaik. Cari tau tentang Giska dan anak bernama Rei yang pulang bersama dengan kita waktu itu, Ren. Saya mau laporannya paling lambat lusa sudah kamu kirimkan sama saya." Reiner tidak perlu menunggu jawaban Reno, Reiner sudah memutuskan sambungan telepon sambil memandang lurus ke arah taman tempat Rei biasa bermain.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN