Ratu yang masih lemah memaksakan diri bangun untuk mengunjungi Aurora. Hatinya tak tenteram saat mendengar semua yang Hera katakan. Ia merasa sangat bersalah apalagi saat putra semata wayangnya meninggalkan istananya dengan marah. Andai ia tidak pingsan, mungkin segalanya tidak akan menjadi rumit seperti ini.
"Aku tidak mau tahu. Aku mau ke kediaman putra mahkota sekarang juga," ucap Ratu Selena keras kepala.
"Tapi Yang Mulia, kondisi Anda masih sangat lemah. Anda bisa pergi esok atau lusa," bujuk Aster yang menggantikan Hera.
Hera, mendapatkan hukuman langsung dari ratu. Wanita itu harus membereskan perkara kompetisi dan ka harus diasingkan di istana selatan selama seratus hari lamanya. Istana selatan adalah istana dingin di mana para putri, selir, mau pun keluarga kerajaan yang lainnya menerima hukuman atas kesalahan besar. Istana yang sangat sepi dan harus melakukan semuanya sendirian tanpa ada yang membantu. Jadi, untuk sementara waktu Aster menggantikan tugas Hera.
"Tidak mau! Aku mau pergi sekarang juga. Ibu macam apa yang membiarkan menantunya kesakitan seperti itu?" Ratu memaksa turun dari ranjangnya. Wanita itu segera memakai jubah kebesarannya yang biasa ia kenakan saat keluar dari istananya atau pergi ke istana lain.
Menantu? Jadi Ratu sudah menganggap gadis itu sebagai ratu? Ini sangat tidak adil. Aku sudah puluhan tahun mengabdi pada kerajaan tapi tidak mendapatkan apa-apa. Sedangkan gadis kurang ajar itu? Beruntung sekali mendapatkan kasih sayang dari putra mahkota dan ratu juga, batin Aster kesal.
"Baiklah, kalau Ratu memaksa. Tapi, Ratu hanya akan pergi dengan tandu. Ratu tidak boleh ke istana barat dengan berjalan kaki," ucap Aster.
"Terserah kalian saja. Yang penting aku bisa mengunjungi kediaman putraku," ucap ratu Selena.
"Kamu benar-benar keras kepala! Pantas saja, Kairos memiliki sifat kerasa kepala juga sepertimu. Rupanya bocah itu mendapatkannya darimu," ucap raja yang sedari tadi diam mulai bersuara.
"Tidak masalah, itu bisa menjadi ciri khasnya. yang terpenting adalah kemampuan putraku itu. Kehebatan Kairos juga menurun dariku, kan?" ucap ratu dengan percaya diri.
"Ck! Percaya diri sekali."
"Memang benar, Kairos itu putraku. Segala yang ada pada dirinya ia warisi dariku. Lihatlah ketampanannya, kepandaiannya, bijaksana semua ia dapatkan dariku," ucap ratu Selena dengan bangga.
"Keras kepala dan sulit diatur juga berasal darimu," ejek raja.
"Apa?" Ratu Selena pura-pura marah. "Maka malam ini silakan Tuanku tidur di meja kerja tuanku. Tuanku tidak dibenarkan kembali ke istanaku ini."
Raja tak berkutik mendengar ucapan istrinya. Pria itu merasa menyesal karena sempat membuat wanita itu kesal. Ratu Selena bangkit, lalu ada dua orang yang datang dan mengapitnya. Memapah wanita itu keluar dari kediamannya menuju ke tandu.
***
Ratu yang diiring oleh empat orang pengawal dan enam orang dayang telah sampai di istana barat. Dengan dibantu oleh dua orang dayang, ratu Selena segera turun dari atas tandu.
"Kalian di sini saja! Aku mau masuk sendirian," ucap ratu Selena.
"Tapi Yang Mulia ...." Mereka tidak bisa membiarkan ratu yang kondisinya lemah berjalan sendirian.
"Kenapa? Aku sudah kuat berjalan. Apa yang perlu Kalian khawatirkan saat aku pergi ke kediaman putraku sendiri. Lagipula aku hanya akan menemui calon menantuku, itu saja. Tidak akan ada bahaya apa pun," potong ratu Selena dengan kalimat panjang lebar.
"Ba-baiklah ...." Mereka akhirnya hanya bisa mengiyakan keinginan ratu mereka.
Dengan langkah perlahan, ratu Selena berjalan menuju pintu kamar putranya yang sunyi tanpa penjagaan. Wanita itu sedikit heran, kenapa tidak ada seorang pun yang berjaga di sana.
Apakah tidak ada orang di dalam? Kenapa satu pun tidak ada pengawal yang berjaga? batin sang ratu.
Ratu mengangkat tangannya, ingin mengetuk pintu kamar sang putra. Namun diurungkannya karena merasa tak perlu, wanita itu justru langsung mendorong kedua pintu besar itu hingga terbuka lebar.
Ratu sedikit terkejut melihat Aurora yang hampir tanpa busana. Wanita itu dengan cepat masuk dan menutup kedua daun pintu hingga tertutup rapat.
Ratu Selena segera menghampiri gadis itu, meski langkahnya masih sedikit sempoyongan. Begitu jarak mereka terkikis, ratu sangat terkejut melihat punggung gadis itu penuh luka. Tanpa terasa ratu Selena mengalirkan air mata untuk gadis itu.
"Yang Mulia. Maafkan saya, saya tidak bisa memberikan hormat untuk Yang Mulia," ucap Aurora merasa bersalah dan malu dalam waktu bersamaan.
"Tidak apa-apa, Sayang." Tanpa segan ratu Selena duduk di lantai di mana Kai duduk tadi. Aurora sangat terkejut sekaligus merasa semakin bersalah saat wanita nomor satu di negeri itu duduk di lantai.
"Yang Mulia. Mohon jangan duduk di bawah. Ah!" Aurora ingin bangkit dan mencegah ratu duduk di lantai, tetapi punggungnya terasa sakit kembali seperti ditusuk benda tajam.
"Diamlah di tempatmu. Jangan banyak bergerak dan jangan pedulikan aku," ucap ratu Selena dengan lembut.
"Tapi setidaknya, Yang Mulia duduk di kursi," ucap Aurora seraya meringis kesakitan. "Ke mana para dayang yang tadi bersamaku?"
"Tidak ada seorang pun di sini. Mungkin putra mahkota sedang menyuruh mereka mengerjakan sesuatu," ucap wanita itu dengan senyum yang teduh.
Pasti ini kerjaan Kai hingga semua orang pergi. Entah apa yang ia lakukan hingga para pengawal dan dayang turut tunduk padanya, batin Aurora.
"Yang Mulia, bagaimana keadaan Yang Mulia Ratu? Maafkan saya, Yang Mulia. Gara-gara saya, Yang Mulia Ratu hampir celaka. Kalau Yang Mulia ingin menghukum saya, saya akan menerimanya. Tapi, saya berani bersumpah apa yang terjadi adalah kesalahan saya sendiri. Tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain. Orang tua saya, keluarga saya pun tidak ada yang terlibat jadi hukum saja saya seorang," ucap Aurora dengan panjang lebar.
"Kamu gadis yang begitu unik. Aku bahkan belum mengatakan apa pun. Tapi Kamu sudah berpikir bahwa aku akan memberikan hukuman," ucap wanita itu.
"Maafkan saya, Yang Mulia." Aurora merasa malu karena terlalu banyak bicara.
"Aurora, Kamu tidak perlu merasa bersalah. Justru karena ramuanmu, aku merasa lebih baik. Kamu bahkan bisa membuat obat yang tidak bisa dibuat oleh tabib," ucap ratu Selena.
"Benarkah seperti itu? Yang Mulia tidak perlu menghibur saya. Karena saya sangat mengecewakan," ucap Aurora.
"Aku tidak bercanda, Sayang! Kamu benar-benar bisa menyembuhkan rasa sakit kepalaku. Bahkan indera pengecapku juga sudah normal. Jangan pernah berpikir seperti itu. Kamu benar-benar pintar dan cerdas. Berkat Kamu, aku merasa seratus kali lebih baik."
"Anda terlalu memuji saya, Yang Mulia." Aurora tersipu karena dipuji oleh wanita yang paling dihormati di negeri itu.
"Ah ya, dari tadi hanya Kamu yang terus menanyakan kabarku. Kabarmu sendiri bagaimana? Apa Kamu sudah merasa baikan?"
"Saya sudah baikan, Yang Mulia." Aurora menjawab dengan senyuman.
Ratu Selena meringis saat melirik punggung Aurora yang terbuka. Wanita itu berpikir bahwa pasti luka di tubuh Aurora sangat menyakitkan. "Punggungmu pasti terasa sangat sakit, ya?"
"Tidak apa-apa, Yang Mulia. Yang Mulia Putra Mahkota sudah mengobatinya, jadi saya tidak terlalu merasakan sakit," ucap Aurora dengan wajah tersipu malu.
"Baguslah, aku senang mendengarnya. Sepertinya Kalian memang ditakdirkan untuk bersama," gumam ratu Selena.
"Maaf, Yang Mulia?"
"Ah, bukan apa-apa. Rora, aku kemari ingin mencabut hukuman yang kerajaan berikan padamu. Selain itu aku secara resmi akan mengumumkan kemenanganmu dan Kamu akan menjadi putri mahkota," ucap ratu Selena.
"Pu-tri mahkota? Apa saya tidak salah dengar, Yang Mulia?"
"Tidak, Sayang. Sebulan setelah kompetisi ini, pertunangan kalian akan dilaksanakan. Sebulan kemudian, acara pernikahan secara besar-besaran akan digelar di seluruh negeri," ucap ratu tanpa ragu.
Aurora hanya bisa mengedipkan mata beberapa kali karena terkejut. Semua terasa seperti mimpi baginya. Entah mengapa, apa yang Kai katakan semuanya benar, tak ada yang meleset sedikit pun. Kenyataan bahwa sebentar lagi ia akan menjadi putri mahkota juga akan segera terjadi.
Hal yang lebih mengejutkan lagi, ternyata semua prosesi akan dilakukan dengan cara cepat. Ia bahkan belum melihat wajah putra mahkota, tetapi sudah akan bertunangan dengan pria tersebut. Bukan itu saja, pernikahan juga akan digelar dalam waktu yang tak lama lagi.