“Jadi manusia itu jangan serakah! Kamu hanyalah pesuruh, jangan pernah berani bermimpi untuk menggantikan saudara iparku. Ingat-ingat berkat kebaikan siapa hingga Kamu bisa hidup sampai saat ini,” ucap George lagi.
Lukas mengembuskan napas kasar, pria itu berusaha agar pistolnya tetap bersarang di perutnya. Lukas tak ingin hilang kendali dan membuat keributan di tempat itu.
“Saya tahu diri, Tuan. Saya sangat tahu posisi saya. Karena saya bukanlah anji*g yang tega menggigit orang yang telah menolong saya. Anjing yang bahkan berani membunuh majikannya sendiri,” sindir Lukas.
“Kamu ....” george mengangkat tangan, bersiap memukul Lukas. Akan tetapi ia kembali menarik tangan ketika melihat benda berwarna hitam itu masih tersimpan rapi di perut Lukas. Salah-salah ia menjadi sasaran peluru jika Lukas marah.
“Ehem! Ini adalah urusan keluarga. Kamu hanyalah orang lain yang tidak ada sangkut-pautnya. Keluar! Aku hanya ingin bicara dengan keponakanku juga dengan anggota keluargaku saja,” ucap George.
Raja menggeleng cepat, tubuhnya gemetar, meminta Lukas agar tetap tinggal. Raja tidak ingin ditinggalkan bersama orang-orang kejam itu.
“Saya akan tetap di sini, karena Tuan Raja meminta saya agar tetap tinggal.” Lukas yang paham dengan permintaan Raja memberanikan diri menolak.
“Kamu berani melawanku? Heh?” George memelototkan mata pada Lukas.
“Nak, sebentar saja. Paman akan menunggu di depan. Jangan takut pada apa pun. Yakinlah semua akan baik-baik saja,” ucap pria tua itu.
'Selama Kamu menjadi belum resmi menjadi pewaris ER, Kamu akan aman, Nak. Karena kalau sampai terjadi sesuatu padamu semua kekayaan Tuan akan disedekahkan ke panti asuhan dan yayasan sosial lainnya dan aku yakin, mereka tidak akan membiarkan hal itu terjadi, batin Lukas.
Tangan raja terulur, meminta aagar Lukas tidak meinggalkannya. Akan tetapi, Lukas tidak dapat berbuat apa-apa. Ia takut george dan lainnya akan melakukan hal di luar dugaannya. Pria tua itu akhirnya hanya bisa mengalah.
‘Paman.’ Raja ingin berteriak, tetapi tak ada suara keluar dari bibirnya. Bocah itu ketakutan.
“Kenapa, Nak? Kenapa Kamu seperti ketakutan? Kami adalah paman dan bibimu. Ataukah mungkin Lukas telah mempengaruhimu? Jangan dengarkan apa yang Tua bangka itu katakan,” ucap George seraya menepuk punggung Raja. Tubuh pemuda itu semakin gemetar. Kalimat yang diucapkan oleh George terdengar mengerikan di telinganya.
“Nak, Kamu akan menandatangani surat persetujuan wali ini kan?” Kini Billy maju tanpa basa-basi. Pria itu tampak sangat tidak sabar.
Raja menundukkan kepala, tak sanggup menatap mata keempat orang itu. Pemuda itu diam, diam seribu bahasa dengan tubuh yang bergetar hebat.
***
Sementara itu di luar ruang rawat.
“Louis, siapkan dokumen itu sekarang juga. Cepat Kamu bawa dokumen itu ke rumah sakit dan suruh tuan muda menandatanganinya. Ini sangat mendesak, Louis. Jadi aku mau Kamu bertindak cepat. Jangan sampai kita kalah cepat dengan para penjahat itu. Demi tuan muda, demi balas budi kita pada almarhum tuan besar dan nyonya besar.” Lukas memberi perintah darurat kepada seseorang melalui panggilan telepon.
“Baiklah. Kamu siapkan saja cepat di jalan sambil kemari. Aku yakin setelah ini aku yang akan menjadi sasaran kemarahan mereka. Saat itu Kamu harus bertindak cepat sebelum kita terlambat,” ucap Lukas.
“Ah ya, satu lagi Louis. Aku ingin minta pertolonganmu sekali ini saja. Jika sampai terjadi sesuatu kepadaku, tolong Kamu jaga Leon, putraku satu-satunya,” ucap Lukas dengan sedih.
“Kita tidak pernah tahu bagaimana medan pertempuran, Louis. Bisa saja aku gugur hari ini juga menyusul nyonya dan tuan,” ucap Lukas seraya menitikkan air mata. Pria tua itu merasakan adanya firasat buruk.
“Sudah Louis. Kamu tidak perlu memikirkan aku. Pikirkan saja tuan muda dan ... aku titip anakku Leonard.” Lukas segera mematikan sambungan telepon karena merasa telah selesai bicara.
Ke empat orang itu keluar dari ruang rawat Raja dengan wajah yang kesal. Entah apa yang terjadi di dalam sana. Akan tetapi, sedikit banyak Lukas tahu apa yang mereka dapatkan di dalam sana.
“Itu pasti biang keroknya, Pa. Dia pasti yang sudah menghasut Raja agar menolak kita,” tuduh Kate penuh amarah.
“Sepertinya kita tidak bisa main halus lagi dengan pria tua ini,” ucap George maju menghadapi Lukas.
“Kamu lihat foto ini?” Sebuah pesan multimedia yang tertera di ponsel pria itu menampilkan gambar Leon yang diikat dan disandera.
“Mau apa Kalian?” Amarah Lukas tersulut melihat keadaan putra semata wayangnya.
“Ikut kami kalau Kamu mau dia selamat,” perintah George.
“Jangan berani menyentuhnya. Bahkan seujung kuku pun,” ancam Lukas.
“Baiklah, kami tidak akan menyentuhnya asal Kamu mau ikut dengan kami secara sukarela.”
“Baik, aku bersedia.”
Skak mat untuk Lukas. Ia tahu ini perangkap, akan tetapi ia tidak bisa menolak karena mengkhawatirkan keselamatan putranya. Tak ada yang bisa ia lakukan kecuali ikut mereka dengan suka rela.
“Berikan senjatamu. Aku tidak ingin Kamu membuat ulah.” George mengulurkan tangannya meminta senjata itu dari tangan Lukas. Tanpa pikir panjang, Lukas langsung menyerahkan benda yang selalu bersamanya sepanjang hidup kepada George. George tersenyum penuh kemenangan, tanpa dipaksa, pria tua itu mengikuti langkah kaki mereka.
***
Beberapa menit yang lalu.
“Nak, Kamu akan menandatangani surat persetujuan wali ini kan?” Kini Billy maju tanpa basa- basi.
Raja menundukkan kepala, tak sanggup menatap mata keempat orang itu. Pemuda itu diam, diam seribu bahasa dengan tubuh yang bergetar hebat.
“Kamu hanya perlu menandatangani dokumen ini agar kami bisa menjagamu. Agar kami bisa melindungimu,” bujuk George.
“Tidak! Raja tidak mau melakukannya. Raja mau tinggal sendiri saja. Sebentar lagi Raja akan berusia sembilan belas tahun. Raja sudah bisa menjadi pemimpin ER tanpa bantuan kalian," ucap Raja dengan bibir bergetar dan mata yang memerah.
“Masih ada waktu setahun lagi, Nak. Kamu harus mendapatkan pendampingan,” bujuk Billy.
“Tidak mau! Aku tidak mau Kalian. Aku mau paman Lukas yang mendampingiku sampai aku dewasa nanti,” ucap Raja dengan tegas.
“Nak ... dengarkan kami ... jangan keras kepala. Kamu mau membuat ayah dan ibumu bersedih karena menolak Kami?” Kini Kate maju meremas lengan Raja kuat-kuat sebagai bentuk ancaman. Raja meringis saat merasakan lengannya yang sakit karena ulah Kate.
Seketika tubuh raja bergetar hebat. Sentuhan Kate berhasil membuat ia diserang panik. Napas pemuda itu menjadi tidak beraturan. Ia sangat ketakutan.
“Keluar Kalian! Keluar! Aku tidak mau lagi melihat kaliannn!’ teriak raja histeris. Raja menutup telinganya yang berdengung, pemuda itu semakin kesulitan untuk bernapas. Dalam kondisinya yang tidak stabil, pemuda itu masih sempat menekan tombol emergency. Hingga akhirnya, petugas medis datang dan menyuruh mereka keluar.
"Maaf, Nyonya, Tuan. Silakan keluar sebentar. Sepertinya pasien terkena serangan panik."
“Sialan!’ umpat orang-orang itu karena rencana mereka gagal total. Mereka berempat mulai mencurigai seseorang yang ada di luar sana. Mereka yakin, Lukas yang telah mempengaruhi Raja.
George meraih ponsel miliknya lalu menelepon seseorang. "Laksanakan rencana B. Culik pemuda itu."