Setelah kejadian ciuman didalam mobil kemarin Leo berniat menghindari Catherine. Berada dekat-dekat dengan gadis itu hanya membuatnya menjadi aneh. Benarkah dia menjadi aneh? Ada bagian hati Leo yang menolak.
Anehnya sudah hampir seminggu ini Leo tidak pernah lagi melihat gadis itu. Biasanya saat berangkat ke kampus ia melihat Catherine duduk di teras rumah sambil membaca majalah dan akan menyapanya dengan genit. Saat pulang kerja kadang ia melihat gadis itu makan bakso dengan Stella. Dan dengan baiknya Catherine menawarinya untuk bergabung.
Kemana perginya gadis itu?
Gadis itu benar-benar menghilang seperti di telan bumi. Seharusnya dia senang karena tidak ada yang menggangunya tapi rasanya ada yang aneh.
Hari-hari berlalu, Leo kembali pada kesibukannya seperti biasa yang berjalan semestinya. Tidak ada mama yang merecoki, yang menyuruhnya pulang, segera mencari pasangan dan tidak ada Catherine.
"Ini dia bapak dosen kita, " Kata Zidan saat melihat Leo datang menghampiri mereka.
Malam ini mereka berkumpul di sebuah club. Ada Andre juga disana.
"Darimana kok baru nongol? " Itu Wisnu yang bertanya.
"Dari rumah. "
"Kok lemes gitu? Belum makan? "
"Kenapa kita kumpul disini? Kenapa nggak di cafenya Seto? " Leo mengalihkan pembicaraan. Malas menjawab pertanyaan Zidan.
"Seto hari ini tunangan. Makanya cafenya tutup. " Jelas Wisnu.
"Oh ya? Kok dia nggak ngundang kita? Wah, nggak bener itu anak. "
Zidane berdecak. "Tunangannya di Bandung. Kita cuma disuruh do'ain acaranya lancar. Besok kalau nikah baru kita di undang. Emang nggak baca di grup? "
"Enggak, " Jawab Leo enteng setelah itu memesan minuman.
Ketiga sahabatnya terlihat pembicaraan dan Leo memilih tidak mau tahu. Tidak tahu kenapa pikirannya malah mengingat Catherine. Sesaat kemudian Wisnu mengajaknya turun ke lantai dansa untuk menari. Tentu saja Leo menolak. Zidan tentu saja ikut sedangkan Andre pamit pulang duluan karena sang istri memberi kabar anaknya rewel dan mencari papanya.
Pandangan Leo tertuju pada lantai dansa. Terlihat Wisnu dan Zidan yang menari dengan wanita yang mungkin mereka baru kenal. Leo hanya geleng-geleng kepala melihat itu. Andai saja Tita tahu kelakuan suaminya, Leo yakin Zidan pasti akan kena amukan dan tidak bisa berkutik. Sedangkan Wisnu, Leo tidak perduli karena sahabatnya itu masih bebas. Hanya berstatus sebagai pacar orang.
Pandangan Leo beralih ke meja panjang didepan bartender. Disana ada seorang wanita duduk sendirian. Walaupun di lihat dari belakang sepertinya wanita itu tidak asing bagi Leo.
Wanita itu berulang kali meneguk minuman di short glass yang ia pegang. Ketika minumannya habis dia akan meminta di isi lagi oleh bartender.
"Catherine." Gumam Leo.
Seorang laki-laki menghampiri Catherine di tempatnya. Terlihat Catherine tidak nyaman dengan kedatangan lelaki itu. Apalagi lelaki itu termasuk kurang ajar dengan seenaknya merangkul Catherine. Dari pundak berganti ke pinggang.
Leo yang tidak suka melihat hal itu langsung bangkit dari tempat duduknya dan berjalan kesana.
"Catherine." Panggil Leo.
Catherine mendongak ke sumber suara. Ketara sekali wanita itu sudah mabuk, wajahnya merah dan matanya sayu.
Catherine nyengir kearah Leo.
"Kamu siapa? " Tanya laki-laki yang sedang merangkul Catherine.
"Kamu yang siapa? " Ingin sekali Leo menyingkirkan tangan lelaki itu dari pundak Catherine.
"Aku datang sama dia. " Lelaki itu mengeratkan rangkulannya pada Catherine.
Leo mendengus.
"Lepasin dia. " Perintahnya. "Kamu pikir aku nggak tau kamu baru datengin dia. "
"Baby Leo... " Panggil Catherine yang dikuasai alkohol. "Akhirnya kamu dateng juga... Aku kangen banget sama kamu baby... " Catherine berdiri dari tempat duduknya dan langsung menubruk Leo, memeluknya. "I miss you, baby. " Gadis itu mendongak dengan pandangan sayu lalu membenamkan bibirnya pada bibir Leo.
Leo terkejut tapi anehnya dia merindukan bibir lembut Catherine. Ingin sekali ia memanggutnya. Sebisa mungkin ia masih berpikir waras dan menjauhkan wajahnya agar terlepas dari ciuman memabukkan gadis itu.
Lelaki yang tadinya mendekati Catherine pun pergi.
"Catherine, kamu mabuk. Ayo aku antar pulang. "
Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Aku nggak mabuk, baby... I miss you. " Catherine kemudian mengalungkan tangannya di leher Leo lalu kembali mencium bibir Leo. Rasanya Leo mau gila saat Catherine melumat bibirnya. Tanpa memperdulikan sekitar Leo membalas ciuman Catherine. Mereka berciuman cukup lama.
Tidak jauh dari mereka Wisnu dan Zidan yang baru kembali dari dance floor sampai melongo dibuatnya. Jujur saja mereka syok melihat sahabat mereka berciuman dengan seorang wanita yang tidak mereka kenal. Tanpa di komando Wisnu mengambil ponsel didalam saku celananya dan memotret kejadian langka yang ia lihat.
Leo tidak tahu harus membawa Catherine pulang kemana. Tadinya ia menghubungi Stella tapi ternyata gadis itu sedang berada di luar kota.
Tidak punya pilihan Leo membawa Catherine ke rumahnya. Membawa orang mabuk sungguh merepotkan. Didalam mobil gadis itu merancau tidak jelas. Yang Leo dengar hanya kata-kata 'I hate you, b******k, dan b******n'. Beberapa kali juga Catherine berusaha memeluknya dan menciumnya lagi saat menyetir. Tapi Leo berusaha tetap sabar dan waras agar mereka selamat sampai tujuan.
Dan hal yang paling di benci oleh Leo adalah Catherine muntah saat mereka sudah turun dari mobil. Rasanya ia ingin mengamuk tapi dia harus tetap sabar. Catherine itu sedang mabuk tidak mungkin ia mengomeli orang mabuk.
Leo membawa Catherine ke kamarnya. Untung saja muntahannya tidak mengenai baju wanita itu tapi sedikit mengenai bajunya.
Setelah merebahkan tubuh Catherine di ranjang. Leo berniat untuk mandi dan berganti baju. Sesaat dia memandang Catherine yang tertidur. Dalam tidurpun gadis itu terlihat sangat cantik.
Leo menggelengkan kepala untuk mengusir pikiran anehnya. Dia memutuskan mandi di kamar mandi luar saja tapi sebelum itu dia mengambil baju ganti didalam lemari. Dan malam ini Leo menghabiskan malamnya dengan tidur di sofa ruang tamu.