Bab 6: Ruang Bawah Tanah

438 Kata
Setelah beberapa saat mengumpulkan keberanian, Ardi memutuskan untuk kembali ke ruangan bawah tanah. Ia merasa bahwa jawaban atas semua misteri rumah ini tersembunyi di sana. Dengan langkah hati-hati, ia menuruni tangga yang berderit menuju ruang bawah tanah yang gelap dan dingin. Suara detak jantungnya seolah-olah menggema di sepanjang lorong sempit itu. Sesampainya di bawah, Ardi merasakan hawa dingin yang menusuk tulang. Lampu minyak di tangannya bergoyang, memancarkan cahaya lemah yang hanya sedikit menerangi ruangan yang dipenuhi bayangan. Rak-rak kayu tua yang penuh dengan buku dan artefak kuno berdiri di satu sisi ruangan, sementara di sudut lain terdapat meja dengan beberapa alat aneh dan lilin yang sudah lama padam. Ardi mendekati meja itu dan menemukan sebuah kotak kayu kecil yang tertutup rapat. Saat ia membukanya, ia menemukan seikat kunci tua dan selembar surat yang tampak sangat kuno. Surat itu ditulis dengan tangan yang gemetar, dan tinta hitamnya sudah mulai memudar. Namun, isi surat itu membuat bulu kuduk Ardi merinding: "Untuk siapa pun yang menemukan surat ini, ketahuilah bahwa roh-roh di rumah ini tidak bisa diusir dengan cara biasa. Mereka terikat oleh ritual gelap yang dilakukan oleh leluhur kami. Hanya dengan menemukan dan menghancurkan benda keramat yang disimpan di ruang bawah tanah ini, kutukan dapat dihentikan." Ardi merasakan adrenalin membanjiri tubuhnya. Dia tahu bahwa ini mungkin adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan dirinya dan penduduk desa dari teror yang terus menghantui mereka. Dengan hati-hati, dia mulai mencari di sekitar ruang bawah tanah, berharap menemukan benda keramat yang dimaksud dalam surat itu. Tiba-tiba, suara gemerisik terdengar dari sudut ruangan yang paling gelap. Ardi menoleh dan melihat bayangan bergerak dengan cepat. Jantungnya berdetak kencang saat dia menyadari bahwa dia tidak sendirian. Suara bisikan dan tawa jahat mulai mengisi ruangan, semakin keras dan semakin dekat. Dalam kepanikan, Ardi menemukan sebuah peti besi tua yang tersembunyi di balik rak buku. Dengan kunci yang ditemukan di kotak kayu, dia berhasil membuka peti tersebut. Di dalamnya terdapat sebuah patung kecil yang terbuat dari batu hitam, dikelilingi oleh simbol-simbol aneh yang berkilauan dalam cahaya lampu minyak. Saat Ardi mengangkat patung itu, seluruh ruangan terasa bergetar. Suara jeritan marah dan ketakutan memenuhi ruang bawah tanah, seolah-olah roh-roh jahat itu menyadari bahwa mereka hampir kehilangan kekuatannya. Ardi tahu dia harus menghancurkan patung itu untuk mengakhiri kutukan, tapi bagaimana caranya? Dengan sekuat tenaga, dia melemparkan patung itu ke lantai batu. Patung itu pecah menjadi beberapa bagian, dan tiba-tiba semua suara dan getaran berhenti. Ruangan itu menjadi sunyi, dan Ardi merasakan beban yang berat terangkat dari bahunya. Namun, sebelum dia bisa bernapas lega, lampu minyaknya padam, meninggalkannya dalam kegelapan total. Sebuah suara berbisik di telinganya, "Ini belum berakhir, Ardi. Ini baru permulaan."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN