Bab 7: Pertarungan Terakhir

222 Kata
Malam itu, Ardi mempersiapkan dirinya untuk melakukan ritual penghentian. Dia membawa semua bahan yang diperlukan dan kembali ke rumah tua. Dengan hati yang berdebar, dia memasuki ruang bawah tanah dan menyiapkan altar seperti yang tertulis dalam buku. Saat Ardi mulai melafalkan mantra penghentian, suasana di sekitarnya berubah drastis. Angin kencang berhembus di dalam ruangan, lilin-lilin yang dinyalakannya berkedip-kedip seolah hendak padam. Bayangan-bayangan mulai muncul di sekelilingnya, menatapnya dengan tatapan kosong yang menyeramkan. Ardi tetap fokus, melafalkan setiap kata dengan tegas meski rasa takut menyelimutinya. Bayangan-bayangan itu semakin mendekat, mengulurkan tangan-tangan hitam mereka ke arahnya. Ardi merasakan hawa dingin yang semakin menusuk tulang. Namun, saat Ardi hampir menyelesaikan ritual, suara langkah kaki berat terdengar di atas tangga. Sosok hitam yang dilihatnya sebelumnya muncul lagi, kali ini dengan mata yang semakin merah menyala. Sosok itu bergerak cepat menuju Ardi, berusaha menghentikannya. Ardi tahu ini adalah momen penentuan. Dengan segenap kekuatan yang tersisa, dia mengucapkan mantra terakhir dengan suara lantang. Seketika, cahaya terang muncul dari altar, menyilaukan seisi ruangan. Sosok hitam itu menjerit, kemudian lenyap dalam sekejap, meninggalkan ruang bawah tanah dalam keheningan yang mencekam. Ardi terjatuh ke lantai, kelelahan namun lega. Dia tahu kutukan rumah ini telah berakhir. Dengan langkah tertatih, dia keluar dari rumah tua itu, merasakan beban yang terangkat dari pundaknya. Desa Sukamaju kini bisa kembali tenang, tanpa ancaman dari roh-roh jahat.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN