Recks pun menjelaskan lebih lanjut tentang apa itu Narth Worm yang sebenarnya. Karena memang, tempat seperti itu tidak hanya satu di tempat ini. Melainkan sangat banyak dan sering sekali malang melintang ke tempat yang lain di dunia ini. Salah satu tempat yang mungkin akan menjadi andalan para petualang untuk mencari harta karun ataupun sekedar mencari EXP menaikkan level mereka di sana.
Dungeon seperti Narth Worm adalah dungeon khusus yang berjenis Moving Dungeon. Lokasi sekaligus Spawn mereka tidak jelas dimana atau kapan. Satu-satunya clue yang bisa membuat mereka tahu dimana mereka akan muncul adalah dengan dimana lokasi dari Faksi yang akan mereka datangi. Narth Worm adalah faksi yang hanya tersedia di dalam Faksi Bumi berada.
Moving Dungeon adalah Dungeon yang selalu bergerak-gerak secara random, memunculkan musuh random dengan tingkat kesulitan tinggi sekaligus juga mendapatkan hasil reward yang tinggi. Semua faktor itulah yang membuat seseorang akan sangat beruntung bila bertemu Dungeon jenis itu bersama dengan mereka. Seperti menemui sebuah harta yang tak bisa diraih oleh orang lain.
Dan alasan Recks menghimbau Fanzy untuk pergi ke tempat ini hanyalah sekedar untuk mencoba membuatnya mendapatkan hadiah yang benar-benar pantas untuk didapatkan. Hadiah yang mungkin akan membantu Fanzy dalam pertarungan yang sesungguhnya nanti. Dan Recks sungguh mengetahui bagaimana caranya untuk mengalahkan dungeon itu nantinya.
Alasan Recks memilih Dungeon Narth Worm adalah karena memang Dungeon ini memiliki rate probabilitas paling tinggi untuk ditemui oleh player baru dan juga mendapatkan hadiah tertinggi bagi player baru jika berhasil menemukannya dan menyelesaikan semua tantangannya. Jika Recks sendirian, mungkin Fanzy tidak akan dapat menyelesaikan Dungeonnya dengan baik dan juga benar nantinya.
Selain itu, Recks juga benar-benar hafal kalau senjata-senjata atau hadiah yang turun dari dungeon ini selalu merupakan senjata yang bukan level atau classnya. Melainkan senjata yang diserang menggunakan serangan jarak jauh. Recks mencatat itu semua dalam pikirannya, dia sudah hafal betul kalau kemungkinan busur panah terbaik yang bisa dia dapatkan bagi pemula adalah dengan pergi ke dungeon.
Dan memang, mungkin orang-orang akan kesulitan untuk mengalahkannya sendirian bila mereka tidak mengetahui dengan betul arti dan juga tantangan dari Dungeon ini. Namun karena Fanzy bersama dengan Recks sekarang ini, dia tidak akan merasa benar-benar kesulitan nantinya. Bahkan mungkin, Fanzy benar-benar akan membakar habis semua musuh yang akan dihadapi oleh dirinya.
Berbeda dengan musuh atau monster yang respawn di region lain, kebanyakan musuh atau monster yang spawn di faksi bumi adalah musuh-musuh yang menggunakan serangan jarak jauh sebagai senjata utama mereka. Hal itu tentu saja akan sangat berhubungan dengan Fanzy yang memakai busur panah untuk bisa benar-benar membunuh mereka. Membuatnya benar-benar terbiasa untuk menembaki dan melukai musuh
Tapi sekarang, adalah waktu yang benar-benar tepat bagi Fanzy untuk melakukan aksinya. Melakukan hal yang sudah seharusnya dia lakukan sejak awal, menjadi lebih kuat sekaligus lebih siap untuk bekerja sama dengan timnya dalam melawan tim lawan sekaligus memenangkan pertandingan dan membanggakan negara asalnya sendiri. Walaupun dia tidak benar-benar siap sekarang ini.
***
Dan sekarang, Fanzy sedang menunggu Recks untuk bergerak. Di hadapannya sekarang dia melihat monster dungeon berbentuk cacing itu sedang mengunyah tanah dan juga tumbuh-tumbuhan berupa pepohonan yang berada di dekatnya. Mengindikasikan kalau dia benar-benar sedang lapar dan ingin memakan sesuatu sekarang ini. Dan tiba-tiba, Recks berlari dengan kencang.
Dengan suara bisik-bisik, Fanzy mencoba untuk memanggil nama Recks dan menanyainya akan sesuatu yang terjadi padanya sekarang. “Hey Recks! Apa kau sudah gila! Dia sedang memakan semua benda di sekitarnya sekarang ini! Jika memang kita masuk ke dalamnya, bukankah itu berarti kita akan menjadi santapannya juga nanti!” Dengan sangat yakin, Fanzy percaya kalau itu bisa membuatnya tersadar.
“Tidak apa-apa, sesuatu yang masuk ke dalam mulutnya tidak akan tergerus oleh asam lambungnya. Karena memang makhluk itu tak memiliki asam lambung untuk melunakkan semua yang dia makan. Kita bisa bergerak dan masuk dengan bebas ke dalam sana sekarang ini.” Ucap Recks dengan santainya kepada Fanzy yang masih ketakutan dan mau tidak mau mengikutinya dari belakang sekarang ini.
Fanzy melihat makhluk itu menggerus semua hal yang ada di dalam mulutnya menggunakan gigi taring yang sangat tajam dan juga besar-besar itu. Mereka berdua mungkin bisa selamat tidak terkena asam lambungnya, namun terkena serpihan-serpihan bangunan atau material lain yang dia kunyah bersama-sama dengannya. Dan terkena gigi itu saja akan membuat mereka terkoyak-koyak tak berdaya.
Bukannya memelankan diri, Recks masih malah berlari dengan kencang. Walaupun memang, cacing besar itu terlihat akan sedang mengubur dirinya sendiri ke dalam tanah perlahan-lahan. Menandakan dia akan hilang dari mata orang-orang dalam sekejap nantinya. Jika tidak buru-buru, mereka berdua mungkin akan melewatkan bagian terpentingnya saat itu juga nantinya.
Recks memelankan langkahnya, mencoba untuk membuat Fanzy berjalan dan berada di sampingnya sekarang. Dia memegang bahu pria itu, dan mencoba untuk mengaitkan akarnya ke dalam gigi bagian atas dari makhluk itu. Seketika, akar yang tertarik ke atas itu kemudian tengah mencoba untuk membuat mereka ikut terdorong ke atas dan membuat mereka terbang ke sana. “Katakan! Geronimoo!!”
Angin berhembus, serpihan-serpihan batu dan juga kayu mulai masuk ke dalam mata dua pemain ini saat ini. Namun mereka berdua tak bisa melakukan apa-apa untuk menghindari debu yang masuk ke dalam kedua mata orang itu sekarang. Mereka pun akhirnya jatuh, karena sudah sampai masuk ke dalam mulut Sang Cacing. Jatuh meluncur masuk ke dalam perut Cacing itu yang benar-benar gelap penuh lendir.
Seperti turun dari ayunan anak-anak balita, Fanzy dan Recks bisa merasakan kalau mereka jatuh ke dalam, bersama-sama. Sehingga tidak terpencar satu sama lain berada di posisi yang sama dengan mereka saat itu juga. Walaupun begitu, kondisi gelap itu tidak bisa membuat Fanzy menjadi merasa nyaman atas apa yang dia lalui dalam mulut Sang Cacing itu sekarang ini. Dia benar-benar takut tentang itu semua.
Fanzy dan Recks pun berhenti meluncur, mereka berdua telah berada di daerah yang kering tanpa ada apa pun di sana sekarang ini. Dan mungkin, mereka telah sampai di tempat yang membuat mereka harus berada di dalam monster ini sekarang juga. “Apakah kita sudah sampai? Tolong katakan, kita sudah sampai bukan? Ini bukan dunia lain bukan? Apakah aku akan benar-benar mati saat ini?
“Ya. Kita sudah sampai...” Recks menarik tangan dari Fanzy, menyuruhnya untuk membuka matanya saat ini juga. Dan dia melihat pemandangan ke depan, tentang pemandangan yang seharusnya tidak berada di dalam mulut seekor cacing raksasa. Itu adalah pemandangan sebuah kota yang telah hancur dan berkeping-keping. Namun kota itu, memiliki sebuah tanda-tanda kehidupan di dalam sini.
Di dalam kota ini, ada satu sumber cahaya, yang mirip seperti matahari, berada di bagian paling tengah dimana ini semua berkumpul menjadi satu. Dan mungkin, mereka adalah orang-orang yang pernah menggantungkan hidup mereka di masa lalu. Fanzy merasa kalau kehadiran para player di dalam game ini telah merusak jalannya permainan mereka.
Satu hal yang menarik bagi Recks adalah sebuah menara jam paling tinggi yang berada di sana. Menara yang benar-benar membuatnya tahu kalau itu adalah tujuan setiap orang yang ingin dan masuk ke dalam sini. Menara itu, benar-benar berkilau diselimuti oleh emas dan juga dihiasi oleh batu-batu berlian berwarnna-warni kelap-kelip bisa dilihat dari kejauhan. “Lihatlah menara itu, kita harus menuju ke sana.”
“Memangnya, ada apa di sana?” tanya Fanzy kepada Recks dengan begitu lugunya. Dia memang perlu untuk menanyakan soal itu, bukan hanya mengikutinya saja tanpa arah dan tak tahu kemana dia akan pergi dengan mudah. “Apa lagi, kalau memang harta yang akan kita cari nantinya. Semua orang, akan mengincar satu titik itu dan berniat untuk mengambilnya. Bila mereka berhasil masuk ke dalam sini.”
“Tunggu, apakah itu berarti ada kemungkinan player, atau NPC lain yang datang ke dalam cacing ini dan mencoba untuk menghalangi jalan kita? Bukankah itu berarti kita akan mengalami jalan yang terjal nantinya?” tanya Fanzy kepada Recks. Recks hanya bisa tertawa mendengar itu, pertanyaan yang benar-benar lugu keluar dari Fanzy saat itu juga.
“Fanzy, kau telah berada di dalam dunia game. Memangnya, apa yang kau harapkan selain hambatan dan juga tantangan dari game ini? Bukankah itu hal yang sangat seru bukan? Mencoba untuk masuk sekaligus juga membunuh semua halangan di dalam game ini. Aku mengira, kalau kau masuk ke dalam game ini karena faktor itu.” Jawab Recks dengan segala jawaban yang benar-benar jujur dari dalam lubuk hatinya.
Fanzy lupa, kalau memang ini adalah dunia Game. Di suatu titik, memang mungkin ada seseorang atau sekelompok musuh yang akan mencoba untuk mendatangi dan juga menghalanginya. Lagi pula, seseorang tidak mungkin datang ke tempat ini dengan sebuah persiapan bukan? Seseorang pasti melakukannya karena dia tahu kalau potensi ancaman yang ada di sini benar-benar besar dan mematikan.
Dia pun akhirnya berjalan ke depan, menuju ke arah dimana menara jam itu berada. Dan sepanjang pengamatan dan juga perjalanannya, dia tidak melihat sesuatu apa-apa yang berbahaya bisa mengancam nyawanya saat ini juga. Fanzy mulai berpikir kalau tempat ini begitu aman bagi mereka berdua untuk bisa sampai ke arah menara itu. “Aku mulai mengantuk Recks, bolehkah aku berjalan sambil tidur?”
Setelah berkata seperti itu, ucapan Fanzy seperti benar-benar mengundang sesuatu untuk datang dan menyerang kepadanya. Tiba-tiba suara datang entah darimana dan semakin lama semakin dekat. Fanzy yang merasa mengantuk tiba-tiba berubah menjadi sangat was-was karena ketakutan dengan apa yang terjadi dengan lingkungan di sekitarnya.
“Ah tidak! Aku Cuma bercanda tadi! Tolong jangan masukkan perkataanku dalam hati aku hanya—“ Tiba-tiba, seekor burung raksasa dengan paruh raksasa muncul dari tanah. Bukan dari tanah, lebih tepatnya dari lembah di bawah tempat Fanzy dan juga Recks menginjakkan kakinya sekarang. Burung itu mematuk pijakan Fanzy membuatnya menjadi benar-benar tergoncang karena ulah makhluk itu sekarang.
Mereka pun mencoba untuk berlari sekencang mungkin ke depan, agar tidak terjatuh karena tanah itu mulai tergerus dan juga lama-kelamaan benar-benar membuat mereka sampai ke bawah tanah sekaligus tak bisa memiliki pijakan untuk berdiri lagi sekarang ini. Sampai akhirnya, mereka benar-benar berada di pucuk pijakan itu sekarang, tak bisa kemana-mana untuk berlabuh atau melakukan apa-apa lagi sekarang.
“Bagaimana ini Recks? Bukankah kita seharusnya menyerang makhluk itu sekarang? Bukankah itu tujuan dari burung-burung raksasa itu untuk datang kepada kita?” tanya Fanzy kepada Recks yang ada di sana. Recks benar-benar hanya tersenyum, seperti merasa benar-benar tertantang akan situasi yang menyebabkan diri mereka berada di ambang kematian dan juga kehidupan sekarang ini.
“Tidak, itu adalah ide yang buruk, aku memiliki ide yang lain. Siapkan nyali dan juga busur panahmu sekarang. Dan tembakkan anak panahmu ke arah masing-masing kepala dari burung itu dengan tepat. Biarkan aku mengurus sisanya!” Teriak Recks dengan sangat lantang kepada Fanzy, tidak ingin dirinya salah mendengar atau salah komunikasi dengan pemain baru itu. Fanzy pun hanya menganggukkan kepalanya, ingin agar dia benar-benar paham akan situasi yang sedang dia hadapi itu sekarang.
Dengan busur milik Vira yang diberikan kepadanya, Fanzy membidik satu persatu kepala dari masing-masing makhluk berbulu itu sekarang ini. Dia mencoba untuk membuat mereka mati tak tersisa hanya dengan menggunakan satu tembakan anak panah itu sekarang ini. “Burung-burung tak beradab! Hentikan apa yang kalian lakukan kepada kami! Jangan biarkan kami membunuhmu sekarang juga!”
Anak panah pun dikeluarkan, dan dengan tepat masing-masing mengenai kepala dari burung-burung itu. Sebuah parameter darah pun muncul, berupa angka-angka persenan. Dan sialnya, tembakan anak panah Fanzy barusan hanya mengenai 5% dari total keseluruhan darah atau nyawa yang burung itu miliki. Yang juga berarti kalau Fanzy perlu menembakkan anak panahnya 19 kali dengan sangat presisi.
Fanzy mungkin memang bisa melakukannya, namun itu tentu akan membutuhkan waktu lama. Apalagi mereka sekarang sedang berada di ambang kematian saat ini. Tanah itu mulai tergerus dengan sangat tipis, meninggalkan hanya dua langkah saja sebelum jatuh ke lubang tanpa dasar. “Recks! Aku tidak bisa membunuh mereka dengan kemampuanku yang sekarang! Apakah kau tidak memiliki alternatif lain?”
“Siapa yang menyuruhmu untuk membunuh mereka! Aku hanya menyuruhmu untuk menyerang mereka. Dan sekarang, serahkan semuanya kepadaku!” teriak Recks. Dia pun mencoba untuk memutar akar miliknya, sekaligus mencoba untuk mencekik leher dari burung itu menggunakan akar-akar rantai miliknya. Recks pun menarik bahu dari Fanzy sekali dengan sangat erat lagi sekarang ini.
“Katakan, Geronimo!!” Recks, mengayunkan akarnya dan juga bergerak memutar. Dia pun dengan lincahnya, berada di punggung dari burung itu sekarang ini. Dia pun tiba-tiba memiliki kemampuan untuk mengendalikan burung itu sesuai kehendaknya sekarang. Meskipun pada awalnya dia hanya benar-benar mencoba memberontak dengan apa yang dia lakukan. “Sekarang! Kau jadi milikku!”