CH.72 Kinda Stupid

1935 Kata
Dika mendadak datang dengan tergesa-gesa yang sebenarnya ingin memberitahu jika tempat dia bertemu dengan pengacaranya sama dengan tempat Asmara bertemu dengan seorang pengacara juga. “Gawat Bro, ini tempat juga jadi tempat pertemuan Asmara ssama Yaseer yang katanya pengacara itu,” ucap Dika cepat dengan napas terengah tanpa melihat situasi. Dian yang melihat hal ini jadi bingung dan sempat menyapa kepada asisten Rasyid itu. Dika membalas sapaan itu dan Dian memberikan kode dengan matanya. Dika mengikuti arah pandang Dian dan dia menyadari jika peringatannya terlambat. “Samperin buruan, keburu nambah sainganmu lo,” sindir Dika yang membuat Rasyid menoleh dan menatapnya sengit. Dika meminta Dian untuk meninggalkan tempat ini karena dia pikir urusannya udah beres dan Dian tak keberatan soal itu. Dika duduk di sana dan meminta air mineral kepada pelayan dan langsung menghabiskannya dalam satu teguk. “Ngeledek tuh si pengacara, dia tahu kalo elu lagi ngeliatin Asmara,” kompor Dika karena melihat senyuman jahil di wajah Yaseer. “Aku tahu, berisik banget sih elu,” kata Rasyid ketus. Rasyid berdiri cepat sampai bunyi deritan kursi terdengar keras. Pria itu langsung menghampiri tempat duduk Yaseer dan Asmara. Matanya sudah ternodai dengan pemandangan yang sudah membuatnya kesal dari tadi. “Jadi karena dia kamu jadi menjaga jarak denganku?” seru Rasyid dari balik punggung Asmara. Seketika wanita itu menoleh dan kaget melihatnya yang muncul di sana. Rasyid melirik Yaseer yang mengangkat bibirnya seakan dia memenangkan sesuatu. “Rasyid,” lirih Asmara. Rasyid kembali fokus pada Asmara, entah kenapa kali ini dia merasa kesal karena dia mudah tergoda dengan rayuan Yaseer sama seperti dirinya yang ingin dekat dengannya. “Terkejut, Darling, hemm,” sarkas Rasyid. “Ada apa kamu di sini?” Asmara menanyakan hal itu pelan yang entah kenapa makin membuat Rasyid kesal. “Kenapa kamu sama Dev ga ada bedanya, kalian sama-sama selingkuh dan munafik, tapi kenapa kamu yang meneriaki dirinya selingkuh. Sebenarnya ada apa dengan kalian, aku tak menyangka jika kalian berdua bisa kompak seperti ini,” Rasyid mengeluarkan kalimat penuh sindiran. Asmara terbelak mendengar ucapan itu, emosinya sudah siap dikeluarkan begitu saja. Bagaimana bisa Rasyid menuduhnya sama dengan Dev yang jelas selingkuh sedangkan dia tak selingkuh. Asmara melirik Yaseer yang hanya menampilkan senyum simpul makin membuatnya kesal karena dia merasa terjebak dalam situassi yang tidak menyenangkan. “Jangan nuduh sembarangan kaloo kamu ga tau, lagipula apa hakmu menuduhku seperti itu,” sahut Asmara tak kalah sengit. Deg. Rasyid bungkam, mendadak dia menyadari ada yang salah dengan ucapannya sebelumnya. Apa dia terlalu kasar atau mengucapkan hal tak pantas kepada Asmara? Rasyid membuka mulutnya ingin meluruskan semuanya tapi emosi Asmara sudah meledak. “Apa kamu pacarku? Tunanganku? Atau siapa? You are nobody to me. Remember?” ucap Asmara tegas dan membuat amarah Rasyid menguap begitu saja. Kenapa dia sampai lupa jika mereka bukanlah sepasang suami istri yang terikat dalam pernikahan, minimal Asmara adalah kekasihnya, terikat dalam hubungan. Jika memang demikian maka tindakan Asmara bisa dikategorikan percobaan selingkuh, tapi sekarang dia bakal jadi single yang artinya dia bebas mau  ketemu sapa aja. “Jadi tolong jangan campuri urusanku lagi, sadarlah posisimu disini, Mr. Ar Madin bisa jadi orang terhormat!” ucap Asmara sarkas dan kembali memalingkan wajah ke arah Yaseer yang masih anteng menikmati pertunjukan dadakan ini. Rasyid menghela napas mendengar sindiran itu. Dia kembali lepas kendali, tapi dia rasa kali ini sudah kelewatan. Dia mengusap wajahnya kasar dan sedikit mendekat kepada Asmara yang mulai berdiri siap untuk meninggalkan tempat itu. “Aku tak bermaksud seperti itu,” ucap Rasyid pelan. “Dia sebenarnya siapa?” tanya Rasyid membuat Asmara menoleh dan kembali memasang wajah tak bersahabat. “Kenapa?!?” ketus Asmara membuat Rasyid menciut tanpa sebab. “Aku sudah bilang ini bukan urusanmu kenapa kamu masih ingin tahu, hee,” tukas Asmara makin galak. Rasyid mengerjapkan matanya dan dia mendadak membayangkan bagaimana nantinya jika dia serumah dengan Asmara dan wanita itu dalam mode galak seperti ini. Rasyid fokus pada suara sumbang yang dia dengar, dia melihat Yaseer terkekeh pelan dan tentu saja hal itu membuatnya tak suka. “Aku tidak memintamu tertawa,” seru Rasyid tapi tatapannya sudah siap membunuh pria itu kapan saja. Asmara juga mengucapkan hal yang setipe dengan dirinya tapi bukannya membuat pria itu diam tapi malah tertawa lebih lama. “Kalian berdua sebenarnya saling perhatian, tapi kenapa gengsi untuk mengakui sih,” ucapnya tanpa dosa membuat Asmara dan Rasyid membulatkan matanya tak suka. “Kamu cemburu padaku karena aku dekat dengan Asmara, benar begitu Mr. Rasyid Ar Madin?” kata Yaseer menoleh pada Rasyid. “Dan kamu merasa terganggu tapi sebenarnya kamu seneng kalo Rasyid cemburu sama kamu, iya kan?” kembali Yaseer berucap sambil menatap Asmara. Rasyid yang mendengar itu ikut tersenyum, “Terima kasih mister,” Rasyid menghentikan ucapannya dan tak lama Yaseer menyahut. “Yaseer Al Mahera, panggil aja Yaseer, hubungan kami adalah pengacara dan klien untuk kasus perceraian Asmara,” balas Yaseer dan Rasyid sempat terhenyak tapi tak lama dia kembali mengucapkan terima kasih tapi terdengar semacam candaan. “Maafkan aku sudah salah paham,” ucap Rasyid kemudian membuat Asmara dan Dika yang entah sejak kapan sudah berdiri di dekatnya kaget. Ponsel Yaseer berdering dan dia meminta ijin untuk menerima telpon dulu. Rasyid menatap Asmara lekat dengan pandangan yang tak bisa diartikan. “Kenapa kamu ga bilang kalo mau sewa pengacara, kan aku bisa bantu,” kata Rasyid lembut. Asmara menghela nafas, “Kita ga seakrab itu untuk minta tolong terutama sama kamu,” jawab Asmara santai tapi menyayat hati Rasyid. “Kalo gitu, ayo kita mengakrabkan diri,” ucap Rasyid tak mau kalah. Asmara terbelak mendengarnya dan melempar tatapan tak suka. “Ga ada yang perlu diakrabkan diantara kita, lagipula setelah perceraian ini semua urusan ribet juga bakal kelar,” sahut Asmara kekeuh. “Ayolah, kenapa kamu selalu menghindar dariku Rara, aku salah apa sama kamu,” ucap Rasyid lirih dengan tatapan iba. Asmara menyelami tatapan itu dan muncul prasangka tak percaya dalam dirinya, apa benar jika Rasyid merasakan seperti itu? Tapi kemudian dia kembali menyadarkan dirinya. Asmara kembali duduk dan menyandarkan tubuhnya di kursi. Rasyid mengambil duduk di depannya dan masih berharap jika Asmara menjawab keinginannya. “Apa maumu sebenarnya Ras?” ucap Asmara lirih dengan tatapan yang lelah. Rasyid menegakkan tubuhnya, “Aku ingin dekat denganmu, jadi orang nomer satu yang menolongmu, sama seperti temanmu itu,” ucap Rasyid tanpa sungkan. Asmara terbelak, dia hendak menjawab tapi Yaseer muncul dan dia pamit pergi karena ada urusan. Dengan kepercayaan diri tinggi, Yaseer menitipkan Asmara kepada Rasyid membuat Asmara makin kesal. “Kayanya teman kamu itu baik ya, sampai dia mencarikan kamu pengacara yang keren kaya dia,” ucap Rasyid penuh sindiran. Emosi Asmara rasanya diaduk-aduk kali ini mendengar ucapan Rasyid. Dia langsung berdiri dan bersiap pergi dari sana tapi Rasyid menghalanginya. “Aku akan mengantarmu, ini bukan permintaan tapi perintah dan aku tidak menerima penolakan,” ucap Rasyid cepat sambil mencekal lengan Asmara pelan. Wanita itu melirik cekalan itu membuat Rasyid melepaskannya perlahan. Asmara menghela napas, “Aku bawa mobil sen –“ ucapan Asmara langsung dipotong oleh Rasyid. “Aku ikut di mobilnya dan aku yang nyetir Mobilku biar dibawa Dika,” ucapnya cepat. Dika yang mendengar namanya disebut kaget tapi dia cepat menormalkan ekpresinya. “Tidak ada penolakan Rara!” seru Rasyid dengan pandangan sedikit memaksa. Asmara menyerah dan dia menyerahkan kunci mobilnya kepada Rasyid. Pria itu tersenyum penuh kemenangan, dia melirik Dika dan Dika mengangguk paham. “Om Rasyid ikut sama kita Bunda?” tanya Ario saat tahu Rasyid duduk di kursi pengemudi. Asmara mengiyakan itu dan membantu Ario naik mobil. “Apa Om Rasyid ikut makan juga?” tanya Ario membuat Asmara kaget. “Ario masih laper?” tanya Asmara dan anak lucu itu nyengir sambil mengangguk. Rasyid tak tahan untuk tertawa pelan, “Oke Boy, kita makan dulu, Ario mau makan dimana?” tanya Rasyid ikut gembira. Ario girang dan menyebutkan nama salah satu tempat makan favorit anak-anak. Sampai di restoran itu, Ario langsung pergi bermain dan mereka berdua duduk di dekat area permainan itu. Rasyid berkali-kali mencuri pandang kepada Asmara yang malah membuatnya makin merasa aneh. ‘Kenapa aku kaya ABG labil gini sih,’ batin Rasyid sedikit kesal. “Aku lebih seneng liat kalian berdua bisa tertawa begini, daripada beberapa minggu lalu yang nampak murung,” ucap Rasyid memecah kesunyian keduanya. Asmara mendongak dan menatap Rasyid tak percaya, “Tau dari mana kamu soal apa yang aku rasakan minggu lalu,” ucap Asmara pelan tapi masih ada nada tak suka. “Auranya keliatan beda aja,” jawab Rasyid asal. Asmara malah menatapnya lekat setelah Rasyid mengatakan itu membuat pria itu jadi salah tingkah. Katakanlah dia memang playboy tapi selama ini dialah yang menaklukkan wanita. Tapi kali ini dia merasa aneh dan kikuk ditatap Asmara sedemikian rupa sampai dia merasa salah tingkah. “Apa makanannya ga enak?” tanya Rasyid konyol untuk meredakan salah tingkahnya dan canggungnya. Asmara menatapnya lagi dan menggeleng. “Ngelamun apa hayo?” goda Rasyid berusaha mencairkan suasana. Asmara menghembuskan napas, “Ga ngelamun, tapi emang ada yang dipikirin aja,” ucapnya pelan. “Aku kan di depan kamu ngapain dipikirin,” goda Rasyid makin menjadi membuat Asmara terbelak. “Idih, pede pake banget, sapa juga yang mikirin kamu,” ucapnya dengan wajah dibuat cemberut. Rasyid melihat itu tersenyum pelan, wajah itu begitu menggemaskan membuat dia mencubit pipi Asmara pelan. “Lucu banget sih, bikin kangen aja,” ucap Rasyid tanpa pikir panjang. Wajah Asmara langsung merona mendapatkan pujian itu dan Rasyid makin menggodanya membuat Asmara merengek tak jelas. Ada debar rasa bahagia yang dia rasakan berada dalam situasi ini dan dia berharap apa yang dia alami ini akan terjadi selamanya. “Rara,” panggil Rasyid dengan wajah serius. “Panggilanku Ara bukan Rara, Ras,” ucap Asmara saat dia mendengar Rasyid sering memanggilnya Rara. “Aku tahu, tapi itu panggilan khusus untukmu buatku,” balasnya tapi malah membuat keduanya saling menatap lekat dan merasakan debaran hati masing-masing. Rasyid berdehem sejenak memutus kontak mata mereka. “Aku serius,” ucap Rasyid absurd. Asmara mengerutkan dahinya, “Serius soal apa?” tanya Asmara memang tak mengerti. “Untuk jadi ayahnya Ario, aku tak peduli kamu bakal setuju apa enggak, tapi aku yakin cepat atau lambat kamu bakal nerima dan kita bisa jadi satu keluarga. Ini janjiku bukan rayuan belaka,” kata Rasyid cepat dan yakin. Asmara menatap ke dalam manik mata Rasyid dan pria itu tak menghalanginya. Dia ingin Asmara mengetahui apa yang sudah dia rasakan selama ini. Debaran yang dia rasakan sudah tak bisa diajak kompromi lagi. “Aku yakin kamu sudah gila Ras,” ucap Asmara lirih. Rasyid kaget mendengar balasan Asmara tapi dia tahu wanita itu tidak akan percaya begitu saja. Rasyid menarik sudut bibirnya. “Aku gila karenamu my Rara,” balas Rasyid tanpa melepaskan pandangan kepada Asmara. Asmara ingin pergi dari sana tapi Rasyid menggenggam jemari tangannya dan pandangannya menunjukkan jika dia tak ingin Asmara menghindarinya lagi. “Jangan menghindarinya Ra, kamu punya banyak waktu untuk memikirkannya dan aku akan menunggu saat itu tiba,” kata Rasyid lembut. Ada desir aneh yang Asmara rasakan mendengar Rasyid mengatakan hal itu. Tapi dia tak ingin terbuai dengan perasaan itu. Dia sudah siap memberikan jawaban tapi Ario datang dan minta makan lalu pulang. Pembicaraan itu terhenti dan tidak ada satupun dari mereka membahasnya meskipun mereka tahu Ario sudah tidur dalam perjalanan pulang. Rasyid memarkir mobil Asmara ke garasi dan menggendong Ario sampai ke kamarnya. Dia duduk di sofa dan mengabari Dika jika dia sudah ada di rumah Asmara. “Apa perceraianmu sudah didaftarkan ke pengadilan?” tanya Rasyid tiba-tiba saat melihat Asmara muncul di ruang tengah sambil membawa minuman untuknya.  ****** 

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN