CH.12 More Fact

1643 Kata
Rasyid tertegun dengan umpatan yang dikeluarkan Aldo. Selama ini yang dia tahu sepupunya itu tak pernah berkata kasar meskipun kesal. “Kamu kenal dengan lelaki ini?” tanya Rasyid penasaran. Aldo mengangguk, “Dia yang bikin Sinta ngamuk dan pergi dari rumah beberapa minggu lalu,” kata Aldo. Rasyid kaget mendengarnya, “Devio selingkuhannya Sinta?” selidik Rasyid dan Aldo mengangguk, “Mungkin, karena aku sering banget ngeliat mereka bersama,” kata Aldo. Rasyid yang mendengarnya mengeraskan rahang dan mengepalkan tangannya. Kenapa harus ada lelaki macam bangke kaya Devio hidup di dunia ini dan sialnya dia harus mengenalnya. “Ada yang ga beres berarti, ga bisa didiemin ini,” geram Rasyid. “Sejak kapan kamu ngeliat mereka sering bersama?” tanya Rasyid menyelidik. Aldo nampak berpikir, “Sebenarnya aku ga terlalu menyadari, tapi kemudian Sinta yang sering uring-uringan membuatku penasaran apa yang dia lakukan. Aku mengikutinya dan aku melihat dia bersama Devio,” kata Aldo. “Kamu lihat dimana? Maksudku apa kaya makan bareng atau belanja bareng gitu,” kata Rasyid memperjelas. Aldo menggeleng, “Kalo cuma kaya gitu doank aku ga mikir macem-macem lah. Setidaknya aku lihat dua kali mereka keluar masuk hotel,” kata Aldo dengan helaan napas. Rasyid meletakkan kalengnya keras, Aldo sampe kaget dengan kelakuan Rasyid. Dia memang tak mengenal Asmara dengan baik, dia memang bukan pria baik, tapi baginya yang namanya pengkhianatan itu tak bisa dibiarkan dan dia benci hal itu. “Woi, kenapa lu, baper banget,” celetuk Aldo. “Aku benci dengan yang namanya pengkhianatan, aku jadi paham kenapa Asmara ragu sama Devio mungkin dia merasa kalo pria itu ga baik,” geram Rasyid sambil meremas kaleng di tangannya. “Kalo yang kamu bilang itu benar, kamu harus cari tahu dulu kenapa dia memutuskan menikah. Kalo kamu mau nolong dia, lakukan secepatnya sebelum semuanya terlambat,” pesan Aldo. Rasyid diam. “Sebenarnya apa yang terjadi antara kamu dan Sinta, aku kira kalian akan saling belajar mencintai,” ujar Rasyid sambil membuka kaleng bir. Aldo menghela napas, “Sinta bantuin Mamaku waktu itu dan terkesima dengan sikapnya yang baik dan menurut Mama dia lebih baik dari Laila,” kata Aldo. Rasyid mendengkus mendengarnya, “Tante cuma ga mau pusing sama urusan kamu dan Laila atau ancaman bokapnya Laila,” kata Rasyid dan Aldo mengiyakan hal itu. “Singkat cerita buru-buru lah kita dinikahin, sedangkan aku dan Laila dalam tahap untuk merebut hati Om Radit,” ucapan Aldo seakan menahan sesuatu yang hampir saja keluar. “Laila memutuskan mengalah dan meminta aku menerima semua perjodohan yang diatur oleh kedua orang tuaku. Dan yang kamu lihat sekarang,” kata Aldo pasrah. Hening. “Apa aku ketinggalan sesuatu?” tanya Dika muncul dari samping membuat keduanya menggeleng. “Lalu kenapa wajah kalian serius gitu,” kata Dika sambil meletakkan empat kaleng bir dan duduk di tengah-tengah kedua lelaki itu. “Kamu ga pernah kontak sama Laila lagi?” tanya Rasyid dan Aldo menggeleng. Dika yang mendengar ada pembahasan wanita lain langsung kepo. “Sekarang kammu cemburu soal Laila, kaitannya sama Aldo apa?” tanya Dika sok iye. Rasyid langsung menoyor kepala Dika, “Nyamber aja kaya petir,” komentar Rasyid dan Dika hanya nyengir tanpa mengurangi ketampanannya. “Kamu masih ingin memilikinya?” tanya Rasyid sok bijak, tapi Aldo menggeleng. “Bukan istrimu, eh mantan istri, atau whatever lah sebutannya.” Aldo memicingkan matanya. “Siapa yang kamu maksud?” “Laila, Laila Natasha Derawan,” Dika yang tengah minum langsung tersedak hebat, kedua pria itu memandang jengah. Rasyid santai minum bir di tangannya  sedangkan Aldo bungkam. Dika memandang dua lelaki itu tak percaya dengan apa yang barusan dia dengar. “Ini aku yang kudet apa emang asalnya udah begini?” tanya Dika polos. Selama ini Dika memang tak terlalu mencampuri urusan pribadi Rasyid, dia hanya akan ikut campur saat Rasyid yang membicarakan semuanya. Tapi diam-diam Dika juga paham kondisi seperti apa yang dialami Rasyid secara pribadi. Dika dan Rasyid bersahabat sejak mereka SMA, tapi mereka sudah saling kenal sejak SMP. Dika resmi jadi asisten pribadi Rasyid semenjak Rasyid merintis usahanya dari umur 19 tahun. Dika yang memiliki konflik dengan keluarga memilih hidup bersama Rasyid yang bersedia menolongnya dari jerat narkoba kala itu. “Tetua tak ada yang tahu jika selama ini Aldo dan Laila itu saling mencintai, tepat saat Laila akan mengenalkan Aldo, dia sudah dijodohkan denganku dan Aldo juga sudah dijodohkan dengan istrinya yang sekarang,” jelas Rasyid memberikan gambaran. “Itu juga jadi salah satu alasanku tak pernah menerima lamaran Laila dan lebih memilih dimusuhi oleh Nenek Isna, yang kamu tau sendiri gimana sayangnya Nenek sama aku.” Dika mengangguk paham setelah mendengar penjelasan Rasyid. “Kenapa ga dilurusin aja sekarang, kan kamu tinggal talak istrimu dan kamu juga bebas dari perjodohan ini,” usul Dika cepat. Aldo menggeleng pelan, “Dan semua akan saling bermusuhan karena dianggap kita yang muda melawan kehendak mereka.” “Bisnis kan bisa dibedain Bro dengan pernikahan,” Dika masih ngeyel ingin meluruskan semua ini. Aldo dan Rasyid meletakkan kaleng mereka dan kompak menghela napas. “Tapi sebuah pernikahan ga bakal bisa mendatangkan popularitas seperti pernikahan bisnis kerajaan emas dengan kerajaan minyak,” celetuk Aldo dan diangguki oleh Rasyid dengan mantap. Dika ikut menghela napas mendengar hal itu. “Drama horang kaya,” timpal Dika dan keduanya langsung mengacungkan kaleng untuk bersulang bersama. “Btw kita ga ada agenda keluar malam ini?” tanya Dika membuat Rasyid memicingkan matanya. “Keluar kemana emangnya?” tanya Aldo. “Ya kali pada mau cari cewek di luar,” kekeh Dika. Aldo ikut tertawa sedangkan Rasyid berdecak. “Ga bosen lu,” kata Rasyid dan Dika mengangkat bahunya, “Aku udah terkontaminasi sama kebiasaanmu yang suka ke klub malam di tiap kota yang kita kunjungi,” kata Dika santai. Aldo diam dan tersenyum, “Kita ke Dunken aja kalo gitu,” kata Aldo membuat Rasyid tertawa. “Siap Bos.” Ketiganya bersulang kembali dan melupakan sejenak pembicaraan penuh drama mereka sebelumnya. *** Jam 10 malam ketiga lelaki dewasa yang terpaut usia hanya beberapa bulan itu sudah bersiap untuk pergi ke Dunken. Mereka mengenakan setelan santai kaos oblong, celana jeans, tak lupa jam tangan branded dengan rambut disisir agak berantakan. “Edgar, kamu harus dalam keadaan sadar malam ini, jangan ikutan kita teler,” ucap Aldo dan dijawab anggukan oleh pria kekar itu. Mereka berangkat menggunakan Rover milik Rasyid, karena mobil itu yang masih parkir di luar garasi. Perjalanan sekitar tiga puluh menit, mereka sampai di tempat yang dituju. Dunken memang terkenal dengan klub kelas menengah dan ramai, tapi club ini jadi favorit Aldo dan Rasyid karena di sini ceweknya memang cewek baik-baik bukan dari kalangan kupu-kupu malam yang sering dijadikan profesi. Dika yang pertama kali kemari mengamati keadaan sembari memesan bourbon. Sejenak ketiga lelaki itu anteng menikmati suasana club tak lama pandangan Aldo mengunci pada satu sosok yang sangat dia kenali. Rasyid yang melihat ekspresi Aldo mengikuti arah pandang Aldo dan tak lama Dika juga mengikutinya. Rasyid kembali mengalihkan pandangannya pada Aldo memastikan sepupunya itu dalam kondisi baik-baik saja. “Apa lelaki itu yang membuatnya berpaling darimu?” tanya Rasyid dan Aldo lekas menggeleng, “Aku kenal lelaki itu tapi aku masih ga tau apa hubungannya dengan Sinta karena selama ini bukan lelaki itu yang aku lihat.” “God, keliatannya dia emang bukan cewek yang baik buat elu Bro,” komen Rasyid dan Aldo hanya menarik sudut bibirnya. Dika yang mendengar bisik-bisik kedua temannya ini menimbulkan rasa kepo dalam dirinya. “Dia siapa sih?” tanya Dika tanpa dosa dan Rasyid berdecak, “Sinta geblek,” timpal Rasyid. Dika langsung membulatkan mulutnya membentuk huruf ‘O’. “Kayanya wajah cowoknya familiar deh, perasaanku aja apa emang wajahnya pasaran,” kata Dika membuat Rasyid ikut mengamati pria yang sedang bicara dengan Sinta. Jika Dika familiar dengan wajah seseorang itu artinya mereka pernah ketemu meskipun hanya sekali. Dika tipe orang yang mudah mengingat wajah seseorang hanya dengan sekali ketemu, terutama jika pertemuan itu memberikan kesan, baik atau buruk. “Ingat aku,” kata Dika setelah dia mendapat cahaya yang cukup untuk melihat wajah pria itu. Rasyid langsung menoleh beda dengan Aldo yang paham siapa yang dimaksud Dika. “Priandita Sanjaya,” jawab Aldo dan Dika mengangguk. Rasyid masih diam, dia mengingat pernah mendengar nama itu tapi lupa dimana. Dika yang paham jika Rasyid pelupa langsung komentar, “Pengusaha yang terkenal licik dan penuh trik untuk mendapatkan tender,” kata Dika. Rasyid mengangguk paham sambil meneguk minumannya. Pria itu kembali menatap sepupunya, “Ga penasaran apa yang mereka omongin?” pancing Rasyid. Aldo menggeleng santai. “Kalo sama pria itu paling urusan bisnis,” Rasyid mengerutkan dahi, “Kok kamu bisa seyakin itu.” Aldo melihat sepupunya dan dia berdecak, “Apalagi kalo bukan urusan bisnis kan mereka juga ga saling kenal dalam hal lain dan dari kabar yang beredar Andi bukan tipe pengusaha yang gampang jalan sama cewek kalo bukan orang terdekat dia,” jelas Aldo. Dika yang dasarnya memiliki rasa penasaran tinggi akhirnya memanggil pelayan club dan membisikkan sesuatu sampai dia menyelipkan uang tiga lembar berwarna merah. “Udah mau booking aja, rajin amat,” ledek Rasyid membuat Dika berdecak, “Buat bayar rasa penasaran kalian.” Aldo dan Rasyid mengerutkan dahi tak mengerti sampai pelayan yang tadi dia suruh kembali ke hadapan mereka. “Mereka seperti membicarakan soal uang, rumah dan property lainnya,” kata pelayan itu. Aldo merasa jumawa dan akhirnya dia tersenyum, “Aku bilang juga apa.” Dika tak puas langsung mencecar pelayan itu dengan berbagai macam pertanyaan. “Masa cuma itu aja, dia ga sebut nama atau sesuatu yang penting gitu?” selidik Dika. Pelayan itu terlihat berpikir lalu dia memukul meja yang membuat semuanya kaget. “Ga terlalu paham sih, ini penting apa enggak, tapi dia bilang, yang utama buat hubungan Asmara berakhir dengan kekasihnya dan kamu akan dapatkan semuanya,” ulang pelayan itu. Praaangg… ******
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN