Begitu pintu rumah di tutup oleh Arinii, Andri pun terdiam, lamat-lamat didengarnya suara putrinya itu menangis. Andri pun terduduk di lantai keras di depan pintu rumah Arini. Air mata juga mengalir di wajah pria tua itu. Andri mengetuk pintu rumah Arini dan dengan suara yang tersendat ia berucap, “Maafkan, Ayah. Ayah tahu, sudah membuatmu kecewa dan dan menyakiti perasaanmu. Ayah mohon, maafkanlah Ayah yang terlambat datang untuk meminta maaf kepadamu. Ayah sungguh menyesalinya hanya saja saat itu situasinya serba sulit untuk Ayah.” Kata Andri. Arini yang duduk bersandar pada daun pintu mengusap air matanya dengan kasar. Ia berdiri dari duduknya dan membuka pintu rumahnya dengan dengan mendadak. Andri yang terduduk di depan pintu rumah Arini tersenyum melihat pintu rumah akhirnya kemba