KEKESALAN ARJUNA

1814 Kata
Juan menatap tak percaya ke arah Arjuna. “Astaga, kenapa dengan kamu hari ini cepat sekali marah dan merajuk, seperti wanita yang sedang PMS aja.” Sindir Juan kepada Arjuna. “To do poin aja, kamu mau atau tidak?, kalau kamu mau, silahkan kita lanjutkan, tetapi kalau kamu tidak mau, silahkan ke luar. Jangan buang waktuku lebih banyak lagi.” Tegas Arjuna. “Baiklah, Tuan Arjuna yang super sibuk. Saya bersedia membuatkan surat perjanjian kerjasama untuk anda. Sekarang katakana kepada saya apa yang harus saya tulis.” Sahut Juan dengan nada yang sedikit kesal. Arjuna menampakkan senyuman yang lebih menyerupai seringaian. Membuat Juan yang melihatnya sedikit takut, “Seram amat kamu hari ini, Jun. Apa kamu kerasukan jin jahat, ya?” Sindir Juan. Arjuna menatap ke arah Juan dengan raut wajah tidak suka, “Aku akan menyebutkan bunyi perjanjian yang harus kau tulis, setelahnya kau bacakan kembali dan kalau nanti ada kata atau kalimat yang janggal dapat dilakukan revisi.” Juan pun mencatat apa yang didiktekan oleh Arjuna, sesekali Ia akan menyela Arjuna dan memintanya untuk mengulang, karena Arjuna yang terlalu cepat mengatakan isi kalimat perjanjian. Setelah selesai mencatat, Juan membacakan kembali apa yang sudah dicatatnya, bersama-sama keduanya melakukan revisi beberapa kata dan kalimat yang terasa janggal. “Sekarang isi dari surat perjanjian ini sudah beres, aku mau kamu membuatkannya asli rangkap dua, untukku dan wanita itu. Besok siang, kamu sudah harus mengantarkan surat perjanjian itu ke kantorku.” Terang Arjuna. “Tenang, Jun. Besok, akan kuantarkan surat perjanjian ini ke kantormu. Aku juga akan menuruti permintaanmu, agar isi dari surat perjanjian ini tidak ada orang lain yang mengetahuinya, selain kamu dan juga wanita itu.” Jawab Juan. ‘Baguslah, kalau sudah mengerti dan memahami semua perintahku. Sekarang kamu dapat ke luar dari sini, aku mau kembali bekerja.” Usir Arjuna. Juan menatap tidak percaya ke arah Arjuna yang kembali mengusir dirinya. Benar-benar seperti bukan Arjuna yang dikenalnya selama ini. “Iya, aku mengerti, tidak usah kau usir berulang kali, aku juga akan pergi. Maaf sudah membuang waktu anda yang sangat berharga, Tuan.” Sahut Juan dengan sedikit kesal. Ia lalu berdiri dan beranjak dari ruangan Arjuna, saat berada di depan pintu ruang kerja Arjuna, Juan berbalik dan berkata, “Aku tidak mengerti mengapa kamu hari ini berubah menjadi mengesalkan sekali, tetapi karena kita sudah lama mengenal dan bersahabat lama. Aku dapat memaafkan kekasaran mu hari ini.” Setelah mengatakan kalimat tersebut, Juan membuka pintu ruang kerja Arjuna dan melangkah ke luar. Juan dengan sengaja menutup pintu ruang kerja Arjuna dengan keras untuk meluapkan kekesalannya. Juan berjalan melewati meja Ana begitu saja, Ia tidak menyapa atau mengucapkan salam kepada Ana, karena tidak mau menimbulkan masalah lagi untuk Ana dengan suasana hati bosnya yang sedang tidak baik hari ini. Juan sudah berada di depan lift saat Bagas, asisten sekaligus sahabat Arjuna dan sahabatnya juga berjalan menghampirinya. “Kamu sudah bertemu dengan Arjuna?” Tanya Bagas. “Ya, Aku sudah bertemu dengan Juna dan aku merasa sangat kesal dengan tingkah dan ucapan Juna hari ini. Aku tidak tahu ada apa dengan dirinya, tetapi Ia membuatku sangat kesal dan marah.” Sahut Juan. Bagas tertawa mendengarnya, “Aku merasa ada yang aneh dengan tingkahnya hari ini dan yang pasti kelakuan aneh Juna membuatku merasa kesal. Kurasa Ia hanya merasa sedang tertekan saja dengan semua permintaan kedua orang tuanya yang terus memintanya untuk menikah dan menjodohkan dirinya dengan anak dari sahabatnya. “Hmm, seperti itu, ya. Namun, tidak seharusnya Arjuna meluapkan kemarahan dan kekesalannya kepada orang lain. Hari ini, tingkah Arjuna membuatku marah dan sangat kesal, meski begitu aku masih bisa memaafkannya untuk hari ini. Entah lain hari, kalau Ia masih saja bertingkah menyebalkan.” Sahut Juan. Juan dan Bagas kemudian tertawa berbarengan, mereka menertawakan tingkah menyebalkan dari Arjuna. “Oh, iya. Arjuna memanggilmu ke kantornya untuk apa?, tidak biasanya Ia tidak mengajakku serta saat berbicara denganmu.” “Maaf, aku tidak bisa memberitahukannya kepadamu. Juna meminta kepadaku untuk merahasiakan apa saja isi pertemuan kami hari ini. Sampai jumpa nanti malam di kelab. Aku harus segera kembali ke kantorku, kau tahu tidak?, tadi bos mu yang menyebalkan itu mengusirku untuk ke luar dari ruangannya. Benar-benar mengesalkan sekali.” Juan tidak menunggu jawaban dari Bagas, Ia langsung masuk ke dalam lift yang pintunya sudah terbuka. Dilambaikannya tangannya ke arah Bagas saat Ia sudah berada di dalam lift. Bagas berbalik menuju ruangan Arjuna, Ia masuk setelah mengetuk pintu sebanyak tiga kali. Bagas langsung duduk di hadapan Arjuna, membuat Juna mendongakkan wajahnya dari berkas yang ada di tangannya. “Apakah kau tidak ada pekerjaan, sampai kau datang ke ruanganku?” Tanya Juna, sambil menatap Bagas tajam. Bagas hanya tersenyum saja, “Aku tadi ketemu dengan Juan dan katanya hari ini kamu bertingkah sangat menyebalkan sekali. Kau tahu, aku tadi mencoba untuk mengorek informasi apa yang kalian bicarakan. Namun, Ia teguh dengan pendiriannya tidak bersedia untuk mengatakan apa yang kalian bicarakan.” “Sudah kuperingatkan jangan kepo. Sekarang mau apa, kamu datang ke ruanganku, jangan bilang kamu kangen denganku. Aku akan menendangmu ke luar dari kantorku, sampai kamu bilang kangen.” Tegas Arjuna dengan bergidik. “Mana mungkin aku kangen denganmu. Aku ke sini hanya mau membahas hasil meeting kita tadi. Bagas kemudian meletakkan matcbooknya di atas meja Arjuna. Ia lalu membuka macbooknya dan mereview hasil meeting mereka tadi, “Kurasa kita perlu mengadakan meeting dengan bagian produksi untuk menentukan jenis kain dan berapa banyak yang mereka perlukan untuk produksi.”Terang Bagas. “Kau benar sekali, nanti aku akan meminta kepada Ana untuk menyusun jadwal meeting kita dengan bagian produksi. Kamu juga harus mempelajari lebih detail lagi hasil meeting kita hari ini, barangkali saja ada hal-hal penting yang terlewat oleh kita.” Jawab Arjuna. “Baiklah, kurasa hanya itu saja yang mau kusampaikan kepadamu. Aku akan kembali ke ruanganku, jangan sampai kau berpikir kalau aku tidak bekerja dan hanya jalan-jalan saja,” ucap Bagas. Ia pun lalu berdiri dan berjalan meninggalkan Arjuna. Bagas membalikkan badannya saat sudah berada di depan pintu ruang kerja Arjuna, Ia menolehkan kepalanya ke arah Arjuna, “Betewe, nanti malam Aku dan Juan akan datang ke kelab. Apakah Kau juga akan datang ke sana?” Tanya Bagas. Arjuna menatap ke arah Bagas, “Malam ini aku tidak ke kelab dahulu. Pusingku akibat mabuk tadi malam masih belum hilang sepenuhnya, Aku mau beristirahat saja dulu.” Sahut Arjuna. Bagas terkekeh mendengar jawaban Arjuna, “Biasanya juga setelah mabuk kamu tetap datang ke kelab. Ya, sudah kalau begitu. Selamat bekerja kembali, Bos.” Setelah kepergian Bagas dari ruangannya, Arjuna kembali melanjutkan mempelajari beberapa dokumen yang ada di atas meja kerjanya. Hingga akhirnya, jam menunjukkan pukul 16.00, waktunya para pekerjanya pulang. Hari ini Arjuna memutuskan akan menguntit Arini pulang. Arjuna ingin mengetahui secara langsung di mana Arini tinggal, tidak semata berdasarkan laporan dari orang suruhannya semata. Hal itu dilakukan Arjuna, bukan karena Ia tidak percaya dengan orang kepercayaannya, akan tetapi Ia ingin mengenal sendiri Arini sebelum memastikan Arini adalah wanita yang tepat untuk diajak bekerjasama. Arjuna membereskan meja kerjanya dan setelahnya, Ia langsung berjalan ke luar dari ruangannya. Dilihatnya, Ana masih berada di balik meja kerjanya, “Kenapa kamu belum pulang?” Tanya Arjuna mengerutkan keningnya. “Saya menunggu Bapak ke luar lebih dahulu dari ruangan Bapak.” Sahut Ana dan saat dilihatnya raut wajah Arjuna berubah menjadi tidak suka, Ia langsung menyambung ucapannya, “Saya tidak mau pulang, sebelum Bapak pulang, tetapi bukan berarti saya mau ikut dengan Bapak pulang.” Tambah Ana lagi dengan wajah menunduk. “Hmm, ya sudah, sekarang kamu boleh pulang dan jangan lupa besok kamu buat jadwal meeting dengan bagian produksi.” Tutur Arjuna, lalu berjalan menuju ke lift. “Iya, Pak.” Sahut Ana. Arjuna tiba di lantai satu dan langsung ke luar dengan langkah panjangnya. Matanya mencari-cari keberadaan Arini. Tindakan Arjuna yang terlihat mencari-cari sesuatu membuat petugas keamanan yang berjaga di depan perusahaan mendatangi Arjuna. “Maaf, Bapak sedang mencari sesuatu?” Tanyanya kepada Arjuna. “Apakah semua karyawati di perusahaan Saya sudah pulang bekerja.” Tanya Arjuna. “Maaf, Pak. Tadi Saya lihat ada beberapa karyawati sudah pulang, tetapi Saya tidak tahu apakah semua karyawati sudah pulang atau belum.” Jawab petugas keamanan tersebut. Saat itulah, netra Arjuna melihat Arini yang berjalan menuju ke parkiran dan mengambil sepedanya, Ia langsung tersenyum senang melihatnya. Petugas keamanan yang berdiri di samping Arjuna menjadi bingung melihat Arjuna yang tiba-tiba saja tersenyum sendiri, “Maaf, Pak. Apakah bapak melihat ada yang lucu, Saya melihat bapak tersenyum.” Arjuna menolehkan wajahnya ke arah petugas keamanannya, raut wajahnya berubah menjadi menyeramkan membuat sang petugas keamanan menjadi takut melihatnya. “Maaf, Pak. Saya tidak bermaksud menyinggung Bapak.” Tambahnya lagi. “Ya, sana kembali ke tempatmu.” Kata Arjuna dingin. Petugas keamanan itu pun langsung berbalik dan kembali ke pos nya, sementara Arjuna langsung menuju ke mobilnya yang terparkir. Ia sudah memerintahkan kepada sopir pribadinya untuk pulang saja dengan mobil kantor, Ia akan mengendarai sendiri mobilnya. Arjuna membiarkan saja Arini mengayuh sepedanya terlebih dahulu. Ia sudah mengetahui alamat rumah Arini, sehingga santai saja baginya tidak perlu terburu-buru menjalankan laju mobilnya. Menghitung jarak tempuh dan waktu yang dihabiskan Arini selama berada di jalan membuat Arjuna memikirkan sarana transportasi untuk kenyamanan karyawannya. “Bagaimana kalau cuaca hujan, apakah Arini akan menembus hujan dengan menggunakan sepedanya?” Gumam Arjuna di dalam mobilnya. Arjuna melihat Arini menghentikan kayuhan sepedanya di depan sebuah warung gorengan, lalu Ia masuk ke dalam warung itu dan tak lama kemudian Ia ke luar dari warung tersebut dengan membawa sebuah wadah. Arjuna melihat Arini menuntun sepedanya memasuki halaman sebuah rumah bedakan yang kecil. Arini menaruh sepedanya di teras rumah, di ambilnya kunci rumah dari dalam tas dan setelah ketemu dimasukkannya ke dalam lubang kunci. Tak berapa lama kemudian pintu pun terbuka dengan mudahnya. Arini melepas sepatu kets yang dikenakannya berikut sepasang kaos kaki dan meletakkannya di atas rak sepatu yang terletak di samping pintu. Ia kemudian masuk ke dalam rumahnya dan langsung meletakkan tas yang disandangnya ke atas meja tua yang ada di dalam kamarnya. Arini mencuci kedua tangannya dan merebus air untuk minum, sambil menunggu air yang direbusnya masak, Arini masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terasa lengket karena keringat dan bau. Arini mendesah senang, saat ar dingin mengguyur tubuhnya yang letih. Selesai mandi, Arini langsung mengambil handuk untuk mengeringkan tubuhnya. Arini kemudian memakai daster usang, daster yang sudah berulangkali di cuci dan pakai olehnya. Mendengar suara air yang direbusnya sudah mendidih, Arini langsung mematikan kompor dan memasukkan air panas tersebut ke dalam termos. Sementara itu, Arjuna tetap duduk di dalam mobilnya, Ia akan memberikan waktu kepada Arini untuk beristirahat sebentar, sebelum Ia datang bertamu kepada Arini. Arjuna melihat jam tangannya, ternyata Ia sudah 45 menit menunggu di dalam mobilnya. Arjuna membuka pintu mobilnya dan berjalan ke luar menuju ke arah rumah Arini. Tiba di depan pintu rumah Arini, Arjuna mengetuk pintunya dengan keras dan tak lama berselang pintu pun di buka oleh Arini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN