“Lo apain gue?” Liana menatap tajam. Sangat tajam seperti hendak menghunus pedang pada laki-laki bergelar suami di depannya itu. Elang menggaruk tengkuknya. Mencari-cari alasan yang logis untuk mengelabui Liana yang sudah mengenakan pakaian. “Itu … anu tadi …” “Tadi apa? Lo mau perkosa gue?” Liana berdiri berkacak pinggang. Kemarahannya telah menyelimuti seluruh tubuh sampai wajah dan telinganya merah. “Bukan, itu sama sekali gak benar. Gua cuma mau pakaikan baju buat lu biar gak kedinginan. Tapi tadi kang Beni datang. Jadinya gak sempat.” Elang sedikit lancar ketika berdusta. Alis Liana berkerut, tanda dia tak mudah percaya dengan alasan Elang. Segera dia menatap dirinya di depan cermin, membuka kancing bagian depan untuk memastikan tidak ada jejak Elang dan ternyata polos. Tak ada m