“Apa? Hamil?” Liana memekik. Berlari keluar dari kamar mandi, dia harus mengecek tanggal menstruasi di kalender hpnya. “Masa baru melakukan dua kali langsung hamil sih?” Elang mendekat. “Diam, jangan ngoceh bisa!” hardik Liana. Tak ingin diganggu karena sedang menghitung tanggal terakhir haid. “Ini mustahil bisa hamil. Masa ekspres banget?” Memegang perutnya yang datar. Tiba-tiba bersendawa dan tubuhnya letih. “Kita ke klinik aja, cek benaran gak hamil?” “Ya udah, ayo! Tapi kita shalat subuh dulu.” Mereka setuju untuk menyelesaikan shalat subuh terlebih dahulu. Setelah itu tanpa memberi alasan yang pasti, mereka pamit pergi. Tiba di klinik yang sama dengan tempat dirawat Nabila, Liana masuk setelah namanya dipanggil oleh perawat. Ditemani Elang. “Ini bukan hamil. Hanya masuk angin