Bab 3. (Misteri Jubah Merah)

1037 Kata
Saga pun lalu terdiam kembali memikirkan perkataan dari Dewi Salju. Yang benar-benar membuat dirinya berpikir keras, untuk memecahkan teka-teki dari kilasan-kilasan peristiwa yang dilihat oleh Dewi Salju. Hingga akhirnya Pharo pun menimpali perkataan dari Saga. Yang tak seserius Saga dalam merespons perkataan dari Dewi Salju dengan santainya. Padahal bisa dibilang, kilasan-kilasan peristiwa yang dilihat oleh Dewi Salju adalah sebuah firasat yang akan terjadi di masa depan nanti. Bisa dibilang apa yang dilihat oleh Dewi Salju adalah potongan-potongan kejadian yang akan terjadi di masa depan, melalui alam bawah sadarnya itu. Namun Manusia Sihir Bermata Merah itu menganggap, kilasan-kilasan peristiwa yang dilihat oleh Dewi Salju, tidak akan benar-benar menjadi sebuah kenyataan yang pasti seluruhnya. Mungkin hanya sebagian kecil saja yang akan terjadi di masa depan nanti. Dan tak akan mencari ancaman serius bagi makhluk yang tinggal di dimensi tingkat satu. Terutama makhluk dunia fana, seperti manusia sejati yang menguasai Bumi saat ini. "Kau itu jangan terlalu menganggap serius prediksi Dewi Salju. Mana mungkin Bulan jatuh ke Bumi? Bukannya Bulan itu memiliki gaya gravitasinya sendiri seperti Bumi. Yang menyebabkan terjadinya pasang-surut air laut di Bumi. Sedangkan Bumi menjadi planet batu seperti Bulan? Itu juga aku rasa tidak mungkin. Bukannya 71%, permukaan Bumi adalah lautan, yang notabene adalah air. Tapi kalau soal Dyah, aku harap itu benar, aku ingin ia secepat mungkin kembali ke Bumi. Dan Soal dirimu tersegel di sebuah planet yang dingin dan gelap. Aku harap hal itu tidak akan pernah menjadi sebuah kenyataan yang pasti," ujar Pharo dengan panjang lebarnya. Seakan dirinya itu seorang ahli geografi sekaligus astronomi. "Tapi Aro, ini firasat dari Dewi Salju. Bukannya firasat dari Dewi Salju itu selalu tepat selama ini?" sergah Saga, masih menyakini apa yang sudah dilihat oleh Dewi Salju akan menjadi kenyataan di masa depan nanti. Cepat atau lambat, kilasan-kilasan peristiwa itu akan pasti terjadi di masa depan. "Ya, aku tahu itu. Tapi aku tidak suka dengan firasat buruk dan terlalu mengerikan seperti itu. Aku lebih suka dan mempercayai firasat bagus saja," timpal Pharo. dengan ringannya, lalu tersenyum kepada Saga dan Dewi Salju dengan manisnya. "Tapi, aku yakin firasat dari Dewi Salju itu, akan berjalan dan terjadi. Walaupun ada firasat buruk tentang diriku. Tapi aku yakin, hal itu akan ada mencegahnya. Dan antisipasi itulah yang harus kita rencanakan dan lakukan dikemudian hari. Aku rasa semua firasat dari Dewi salju, yang berupa kilasan-kilasan peristiwa itu. Akan dimulai dengan kemunculan si Jubah Merah. Setelah itu bisa disusul dengan kemunculan Dyah. Atau bisa saja peristiwa Bulan jatuh. Atau peristiwa lainnya, aku tidak bisa memastikan secara pasti," ujar Saga, dengan panjang lebarnya. Lalu berdiri, berjalan menuju ke cermin raksasa yang menempel pada dinding Istana Salju. "Bagaimana kau bisa yakin, kalau si Jubah Merah merupakan awal dari rangkaian peristiwa-peristiwa itu?" tanya Pharo lalu berdiri. Dan berjalan mendekati Saga, yang diikuti oleh Dewi Salju dari belakang. "Ini berdasarkan perhitungan dunia iblis. Di mana angka ganjil yang berada di tengah, itu adalah hitungan awal dari rangkaian peristiwa yang didapat dari sebuah firasat. Bukannya kilasan peristiwa yang dilihat oleh Dewi Salju ada 5 peristiwa. Yaitu Bulan jatuh, Bumi menjadi planet batu seperti Bulan, Jubah Merah bertopeng bidadari yang terbuat dari emas, kemunculan Dyah, dan aku yang tersegel. Peristiwa ketiga yang berada di tengah adalah awal dari rangkaian peristiwa itu. Yaitu si Jubah Merah. Setelah itu bisa berlanjut ke peristiwa 1 lalu 2, 4 dan 5. Atau akan berlanjut ke peristiwa 3, 4, 5, 1dan peristiwa ke 2. Hanya si Jubah Merah yang bisa di antisipasi paling awal. Dan bisa saja, kalau si Jubah Merah itu tidak muncul, maka rangkaian peristiwa itu tidak akan muncul sama sekali. Ini tergantung, bagaimana caranya kita mengetahui siapa si Jubah Merah sebenarnya, sebelum ia muncul dari persembunyiannya itu ...," timpal Saga, dengan panjang lebarnya. Menjelaskan dengan sangat rinci tentang kilasan-kilasan peristiwa yang dilihat oleh Dewi Salju sebelumnya. Pharo nampak terdiam, memikirkan semua perkataan dari Saga. Manusia sihir bermata merah itu mulai serius memikirkan kilasan-kilasan peristiwa yang dilihat oleh Dewi Salju. Sedangkan Dewi Salju tersenyum. Seakan ia telah mengetahui jalan keluarnya. Dari masalah kilasan-kilasan peristiwa yang ia alami. "Aku bisa mentransfer sosok Jubah Merah ke cermin itu. Itu pun kalau kalian mau?" tawar Dewi Salju, dengan penuh semangat. "Kalau kau memang bisa melakukan hal itu. Lakukan saja, aku juga ingin tahu. Seperti apa sosok si Jubah Merah. Si pembuka firasat mu itu, Dewi?" tutur Pharo, tak ingin kalah semangat dari Dewi Salju. Dewi Salju lalu menarikan tangan kirinya, seperti tangan penari Bali. Yang ia sandarkan pada keningnya. Setelah itu ia arahkan tangan kirinya, ke arah cermin itu. Ada sebutir salju, yang keluar dari telapak tangannya. Yang segera meluncur ke arah cermin itu. Lalu menghantam cermin itu dengan kecepatan tinggi. Dan saat hal itu terjadi. Butiran salju itu pun membelah diri menjadi 2 butir, 4 butir dan seterusnya. Hingga seluruh bagian cermin itu tertutupi oleh salju.Yang memudarkan bayangan ketiga manusia sihir itu. Dan sesaat kemudian. Salju yang menutupi seluruh bagian cermin itu pun memudar dan menghilang entah ke mana. Dan samar-samar terlihatlah sosok berjubah merah, yang memakai topeng bidadari yang terbuat dari emas pada cermin itu. Tetapi jati dirinya tidak diketahui oleh mereka bertiga sama sekali. Sosok yang dikenal sebagai Penyihir dari Kegelapan Bulan selama ini. Yang sayangnya tak mereka kenal sama sekali sepak terjangnya. "Siapakah gerangan si Jubah Merah itu? Dari dimensi manakah ia berasal? Perempuan atau lelaki kah, wajah dibalik topeng itu?" tanya Pharo, melontarkan banyak pertanyaan entah kepada siapa. Akan tetapi Saga menjawab pertanyaan tanpa arah dari Pharo itu. "Yang pasti ia bukan berasal dari Bumi. Karena energinya tidak dapat kita rasakan. Mungkin ia berasal dari dimensi tingkat tiga, dimensinya para iblis kelas menengah ke atas. Lelaki atau pun perempuan? Kita tidak dapat mengidentifikasikannya. Karena jubah dan topengnya merupakan penyamarannya, yang sangat sempurna sekali," timpal Saga dengan panjang lebarnya. Menatap sosok Jubah Merah dengan sangat tajam sekali. Seakan dirinya, ingin membuka tabir rahasia dari Si Jubah Merah. Yang belum diketahui oleh siapa pun jati dirinya hingga saat ini. Terlihat sosok Jubah Merah itu tetap terdiam, dengan tatapan mata tajam ke arah ketiga manusia sihir yang saling terdiam satu sama lainnya itu. Menatap dengan penuh keseriusan sosok Jubah Merah di dalam cermin ciptaan Saga itu. Yang seakan ingin menantang mereka bertiga untuk bertarung saat itu juga. Dengan tangan yang bersedekap, sebagai pelambang keangkuhannya itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN