Semuanya berjalan baik-baik saja, sejak berakhirnya game dunia maya ciptaan Ken. Tiga manusia ular sudah mati bersama tiga Piramida Iblis nya, Janus pun tak pernah kembali ke Bumi. Karena tujuannya mendapatkan 1 juta GW listrik sudah ia dapatkan. Tanpa mempedulikan sama sekali nasib Ken sebagai abdi setianya selama ini. Yang ia tinggalkan begitu saja di Gurun Sahara.
Untung saja ada Saga, yang mengantarkannya pulang. Jika tidak, Ken mungkin tak akan bisa kembali ke rumahnya.
Akan tetapi, kejahatan belum berakhir. Kejahatan itu, bahkan jauh lebih besar. Daripada kejahatan yang sudah dilakukan oleh Iblis Samudera bersama Dewi Tali Hitam, dan Iblis Petir aka Janus beserta tiga Manusia Ular, dengan game dunia maya, yang diciptakan oleh Ken. Dengan perpaduan teknologi yang ia kuasai dan sihir dari Janus. Sang Pangeran Jupiter yang tersegel di dalam arca iblis raksasa, selama 5000 tahun. Oleh para penyihir Mesir di masa lalu. Yang menganggap Janus sebagai pembawa bencana kehidupan manusia dunia fana. Untuk masanya, dan masa depan.
Kejahatan itu akan datang dari kegelapan Bulan. Tempat di mana bagian Bulan yang tak pernah terlihat dari Bumi sepanjang masa. Kejahatan yang baru bangkit dari tidur panjangnya. Yang akan dilakukan oleh penjahat dari masa lalu. Yang memiliki hubungan erat dengan Jailan, sebagai Pangeran Bulan Terang. Generasi terakhir dari Kerajaan Bulan Terang, yang berada di dimensi tingkat tiga.
Matahari yang bersinar di atas benua es Antartika, seakan telah kehilangan kekuatannya. Panasnya seakan memudar, tak mampu untuk menghangatkan benua es itu sama sekali. Apalagi untuk mencairkan es yang menyelimuti benua itu, yang menyelimutinya dari pantai hingga puncak gunung tertinggi di benua itu. Bahkan lautan di sekelilingnya pun ikut membeku, sedari dulu.
Di Istana Salju yang terletak beberapa puluh kilometer dari pantai beku, yang menghadap ke arah Samudera Antartika, atau Samudera Selatan. Sebuah samudera yang mengelilingi Benua Antartika dari segala arah, yang berhubungan langsung dengan 3 samudera lainnya. Yaitu Samudera Pasifik, Samudera Hindia dan Samudera Atlantik, pada tiap bagian utara benua itu. Dengan luas 20.327.000 km2, lebih luas dari luas Benua Antartika dengan luas kurang lebih 14 juta km2. Dengan panjang garis pantai 17.968 km Menjadikan samudera baru itu, sebagai samudera terluas ke 4 di Bumi.
Pharo masih nampak terlelap, tertidur di atas sebuah dahan pohon besar. Yang diciptakan oleh Sihir Saga beberapa bulan yang lalu, beriringan dengan penciptaan Istana Salju oleh sihir Pharo. Ia belum menyadari, bila potongan rambutnya sudah berubah. Sama dengan potongan rambut terbaru Phiro.
Daun-daun yang berguguran dari dahan yang lebih tinggi. Dari dahan yang ditiduri oleh Pharo. Telah mengenai wajahnya, hingga membuat dirinya terbangun. Lalu ia pun duduk di atas dahan pohon yang tumbuh rindang di tempat itu. Dikarenakan suhu hutan hujan tropis yang diciptakan oleh sihir Pharo pula. Hingga iklim Kutub Selatan yang membeku itu, tak berpengaruh sama sekali di dalam selubung sihir Istana Salju ciptaan Pharo dan Saga. Yang beriklim tropis. Seperti negeri yang berada di garis khatulistiwa. Selayaknya negara yang bernama Indonesia.
"Kenapa di tempat ini siang terus. Apakah benar penjelasan dari teori, dari Saga. Yang mengatakan tentang 6 bulan siang dan 6 bulan malam, yang terjadi secara bergiliran. Pada kedua kutub Bumi?" tanya Pharo di dalam hatinya, dengan rasa penasaran yang tinggi di dalam dirinya. Dengan tatapan mata ke arah Matahari di langit bersih Benua Antartika. Yang bersinar terang, namun seakan tak memiliki panas sama sekali.
"Tapi peduli apa, aku dengan hal itu. Lebih baik aku ke dalam Istana Salju saja. Aku ingin tahu apakah Saga ada di dalam dan telah pulang dari bepergiannya?" ujar Pharo di dalam kalbunya, lalu melompat dari atas dahan pohon, yang memiliki ketinggian 5 meteran, dengan entengnya. Seakan tubuhnya itu, kapas yang begitu ringan. Hingga tak menimbulkan suara sedikit pun, saat dirinya menginjakan kakinya di lantai Istana Salju.
Setelah tiba di bawah, ia pun lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam Istana Salju. Yang pintunya terbuka sendiri secara otomatis, saat Pharo masuk ke dalam Istana Salju. Ia terus berjalan, hingga tiba di ruang tengah. Di sana ia lihat Saga dan Dewi Salju yang sedang bercengkrama. Duduk pada sebuah batu pualam berwarna putih. Dengan penuh kebahagian di antara dua manusia sihir ciptaan Manusia Sihir Bermata Merah itu.
Melihat kehadiran Pharo di antara mereka berdua. Dewi Salju dan Saga pun tampak terkejut dengan perubahan gaya rambut Pharo. Dan hal itu membuat Pharo, menjadi aneh sendiri. Diperhatikan oleh Saga dan Dewi Salju seperti itu. Pharo merasa dirinya itu seorang badut, yang berpenampilan aneh. Hingga dua manusia sihir terakhir ciptaannya itu, melihat dirinya dengan penuh keanehan.
"Kalian itu kenapa? ada yang aneh dengan diriku ini?" tanya Pharo, lalu duduk di antara mereka berdua, duduk di atas batu pualam berwarna putih itu. Dengan wajah yang penuh dengan selidik kepada Saga dan Dewi Salju.
"Apakah kau belum sadar, Aro? Kalau ada yang berubah dari dirimu?" sahut Saga, menjelaskannya kepada Pharo. Yang nampak bingung dengan ucapan Saga, yang belum ia ketahui maksudnya sama sekali.
"Apanya yang telah berubah dari diriku? Aku merasa biasa-biasa saja, tidak ada yang berubah dengan diriku ini ...," timpal Pharo, dengan nada yang ketus terhadap Manusia Sihir Bermata Biru itu. Pertanda dirinya tak suka dengan perkataan dari Saga.
"Kau belum sadar ya? Baiklah akan aku ciptakan cermin sihir untuk dirimu," ucap Saga, lalu membaca mantera sihirnya dengan penuh keseriusannya.
Manusia Sihir Bermata Biru itu lalu meniupkan udara dari dalam mulutnya, ke arah depan. Pertama hanya berbentuk asap. Tetapi semakin lama, asap itu pun membentuk sebuah cermin raksasa. Yang tepat ada di hadapan mereka bertiga. Pharo nampak terkejut, ketika melihat bayangan dirinya di dalam cermin sihir itu. Rambutnya yang telah berubah dengan model mohawk. Dengan warna merah menyala pada ekor belakangnya, yang panjang hingga sepundak. Hingga Pharo pun merasa heran dengan perubahan pada model rambutnya itu. Yang tak ia ketahui sama sekali, siapa pelakunya itu.
"Sebenarnya apa yang terjadi dengan diriku ini, kenapa rambutku menjadi seperti ini?" tanya Pharo entah kepada siapa. Dengan penuh kebingungannya.
"Pasti Phiro telah mengubah model rambutnya. Jadi kau pun terkena imbasnya. Bukannya dirimu, merupakan bagian dari dirinya?" jelas Saga, berusaha menganalisa dengan apa yang sudah terjadi pada majikannya itu. Menganalisa antara Pharo dan Phiro dengan penuh ketelitiannya.
"Dasar Phiro, tidak pernah berkompromi terlebih dahulu kepada diriku dalam hal ini ...!" ujar Phiro dengan sedikit keras, meluapkan kemarahannya.Yang kesal terhadap Phiro, yang dikira memotong rambut seperti itu, atas keinginannya sendiri.
Padahal bukan Phiro yang menginginkan potongan rambut seperti itu. Akan tetapi Bram lah, yang menginginkan potongan rambut seperti itu. Walaupun sesungguhnya Phiro tak menyukai potongan rambut seperti itu.
"Belum tentu ia tahu, kalau ia memotong rambutnya. Maka hal itu akan berimbas pada rambutmu. Tapi kau dengan model rambut seperti itu, kau terlihat jauh lebih tampan. Jadi Phiro tahu, kalau yang ia lakukan adalah yang terbaik untuk dirinya. Ia tahu kalau model rambut seperti itu. Sangat cocok untuk dirinya," ujar Saga, yang membuat Pharo menjadi tersanjung.Dipuji tampan oleh Saga. Hingga dirinya pun terbang tinggi ke awang-awang khayalnya.
"Benar, aku terlihat menjadi jauh lebih tampan dengan model rambut seperti ini, Dewi?" tanya Pharo kepada Dewi Salju. Yang dari tadi hanya terdiam saja. Hanya mendengarkan Saga dan Pharo berbincang. Seakan tak ingin ikut campur di dalam perbincangan di antara Pharo dan Saga, karena dirinya adalah seorang perempuan.
"Iya, kau jauh lebih tampan dari sebelumnya. Apalagi kalau sifat mu, menjadi lebih manis dari biasanya. Pasti kau akan lebih keren lagi ...," sahut Dewi Salju dengan pujiannya, yang membuat Pharo tersenyum malu-malu mendengar penuturan Dewi Salju itu. Manusia sihir ciptaannya yang terakhir, dan satu-satunya yang berjenis kelamin perempuan.