Pengusaha

1279 Kata
Hari ini, ikrar talak sudah diucapkan oleh Fikri. Pria itu bersama ibunya keluar dari ruang sidang. Sedangkan Sari, hanya melirik keduanya. Dia masih menarik nafas panjang untuk menenangkan hatinya yang patah akibat kecewa. Sari benar-benar kecewa dengan dirinya sendiri yang bodoh. Juga kecewa dengan Fikri yang ia kira mencintainya dengan segala kekurangan yang ia miliki. "Bu Saryka, " panggil Pak Gunawan. Fikri yang melihat manajer HRD perusahaan tempatnya bekerja, ada di pengadilan terkejut. "Lho Pak, kok ada di sini?" "Tentu saja aku menemui Bu Saryka. Sudah lama aku menunggu kesempatan bertemu beliau." "Tapi tidak ada siapapun di sini selain---" Ucapan Fikri terhenti kala suara yang tidak asing memotong ucapannya. "Oh Pak Gunawan. Anda jadi repot-repot menjemput ku di sini." Gunawan pun mengabaikan Fikri dan menjabat tangan Sari. "Senang bertemu dengan anda Bu Saryka. Kami sudah menyiapkan mobil ibu." Fikri segera mengoreksi Gunawan. "Tunggu Pak Gunawan, anda pasti salah. Dia bukan Bu Saryka melainkan Sari, mantan istriku! Wanita miskin ini tidak mungkin CEO perusahaan." " Tutup mulutmu! " bentak Gunawan. "Ta-tapi Pak!" protes Fikri. "Dia adalah Bu Saryka. Selama ini aku mendengar beliau sedang menguji cinta seorang pria. Aku tidak menyangka kalau pria itu adalah kamu!" " A-Apaa?Ja-jadi d-dia benar - benar CEO." Mata Fikri melotot tak percaya jika istrinya selama ini adalah CEO perusahaan tempatnya bekerja. "Ja-jadi dia adalah bos besar mu, Fikri?!" kali ini Surti yang bicara. Tubuh Surti bahkan gemetaran saat mengetahui identitas asli Sari. Pantas saja selama ini dia tidak kekurangan uang. Apalagi tas yang Sari berikan ternyata seharga ratusan juta. "Tapi kenapa kamu tidak bilang! kenapa kamu menyembunyikan semuanya. Andai saja Ibu tahu, aku tidak akan---" Surti tidak meneruskan ucapannya karena malu. Selama ini ia memang terus menghina Sari. Jadi ia tidak mungkin mengatakan di depan semua orang. "Tidak akan menghina aku miskin dan mandul?" Sari melirik dingin ke arah keduanya. "Kemarin, aku berniat jujur karena mengira Mas Fikri benar-benar mencintaiku apa adanya. Aku bahkan menyiapkan posisi tinggi untuk dia. Tapi pengkhianatan nya menyadarkan aku kalau semua itu hanya mimpi semata." Bruk. Tiba-tiba Fikri menjatuhkan diri di depan Sari. Pria itu berlutut pada sang mantan istri. "Sari, maafkan Mas. Aku ingin kita rujuk. Aku mau rujuk!" teriak Fikri. Tangannya berusaha menggapai tangan Sari. Namun segera ditepis Sari. "Kita sudah sah menjadi mantan, memangnya buat apa aku menikah dengan OB perusahaanku? Dari pada memiliki suami gila harta sepertimu, lebih baik aku menyewa gigolo," ucap Sari. "Sari, aku salah. Kumohon, aku masih mencintaimu. " "Mencintaiku? Maksudmu mencintai uangku ya?" cibir Sari. "Setelah menjatuhkan talak tiga saat membawa istri mudamu datang, kamu bilang mencintaiku? bukankah aku tidak pantas untukmu. Kamu kan yang bilang aku mandul dan miskin." "Nak, jangan ambil hati ucapan Fikri dan Ibu. Ibu sangat bodoh dan tidak bisa melihat berlian. Maafkan kami. " Sari menggelengkan kepalanya. "Bu, Mas... Kalian lupa dengan Selvi ya? Kalau dia melihat mas Fikri berlutut seperti ini dan tahu kalau mas hanya OB, dia bisa minta cerai lho." Surti mendengus. Dia lupa jika memiliki harapan agar bisa hidup enak. "Sudahlah Fikri. Jangan perdulikan wanita mandul ini. Kita susul saja Sari. Dia juga pengusaha kuliner pemilik Cafe kan?" Surti menarik anaknya yang tadi berlutut. "Tapi Bu." "Sudah tidak ada gunanya kamu memohon padanya, lagi pula mana ada yang mau wanita mandul seperti dia. Andai saja ia menikah lagi, suaminya pasti akan poligami. Di dunia ini, laki-laki mana yang tidak ingin punya penerus. Percuma uang banyak tapi tidak mampu hamil!" oceh Surti. Fikri pun terpaksa mengikuti langkah ibunya. Walau ia berat melepaskan Sari yang ternyata adalah bos nya sendiri. Dia sungguh menyesal karena tidak menahan diri saat menjadi manajer. Andai saja ia bisa sabar satu hari saja. Pasti saat ini ia hidup enak. Sari pun berlalu menuju mobil Mercedes-Benz yang Gunawan sediakan. Walau wajahnya datar dan dingin, tapi ucapan Surti mengena di hatinya. Wanita mandul! Suami mu yang baru pasti nikah lagi demi memiliki keturunan! Kata-kata Surti tidak bisa lepas dari benak Sari. "Dia benar, pasti semua laki-laki menginginkan anak." Sari mulai tidak percaya dengan sebuah pernikahan dan komitmen. Lihat saja Fikri, laki-laki yang dulu sangat baik dan polos berubah drastis dalam satu hari karena jabatan. 'Lebih baik aku tidak menikah dari pada mengalami hal seperti ini lagi.' Sementara itu, Surti dan Fikri tiba di Cafe milik Selvi. Surti tersenyum lebar melihat betapa besar dan bagus Cafe milik menantu kebanggaannya itu. "Wah, besar sekali Cafe istrimu Fikri." "Makanya aku mau menceraikan Sari, Bu. Ternyata Sari jauh lebih kaya dari pada Selvi," sesal Fikri. Andai dia menyembunyikan pernikahannya dengan Selvi maka ia akan memiliki dia istri yang berprofesi sebagai pengusaha. Sekarang ia harus mempertahankan Selvi agar tidak lepas. "Sudah jangan diingat lagi. Ibu jadi sebal kalau ingat penghinaan dari mantanmu itu." "Soalnya kita tidak dapat apa-apa Bu. Tas dan perhiasan yang bernilai jutaan, ibu buang. Sertifikat rumah juga masih di tangannya. " Surti hanya diam. Memangnya Fikri saja yang menyesal. Ia juga rugi banyak. "Hah, ya sudah, aku mau ke dalam dulu. Selvi biasanya sudah pulang di jam segini." Fikri turun dari mobilnya. Dia mendekati kasir Cafe yang biasanya menunggunya bersama Selvi saat ia menjemput sang istri. Namun kali ini kasirnya dijaga orang yang belum pernah ia lihat. "Apa Selvi ada di ruangannya?" tanya Fikri. "Selvi siapa Pak?" tanya kasir baru itu. "Kamu ini gimana, masa nama bos sendiri tidak tahu. Nanti aku suruh Selvi pecat kamu biar tahu rasa," hardik Fikri. Tanpa di sangka kasir tadi justru semakin galak. "Heh, di sini tidak ada yang namanya Selvi. Pemilik Cafe ini namanya Mega. Dan aku adalah Mega," geram Mega. "Apa!? sekarang kamu malah ngaku- ngaku pemilik Cafe ini. Dasar tidak tahu diri." "Ya ampun, aku bisa gila berdebat dengan orang tidak waras kayak kamu. Pak Broto, usir orang ini dari sini, jangan sampai dia membuat pelanggan lain tidak tenang!" teriak Mega. Pria tinggi, besar segera bergegas ke arah Fikri. Dia menyuruh Fikri pergi dengan sedikit menyeretnya. " Apa- apaan ini! Eh aku ini suami pemilik Cafe ini. Kalian malah tidak sopan." Para pelayan yang biasa ia temui menggelengkan kepalanya. Salah satu dari mereka pun mendekat ke arah Fikri. "Mas, Mbak Selvi biasanya hanya mampir ke sini waktu kamu jemput. Kamu jalan aja ke gang sebelah pasti akan langsung ketemu Selvi. " Fikri melihat pelayan cafe yang mendekat ke arahnya dan memberi informasi. Dia pun menurut dan berjalan menelusuri gang yang dimaksud pelayan. Hingga ia sampai di sebuah warung kecil yang dijaga oleh wanita yang ia kenal. "Selvi," panggil Fikri. Selvi menoleh, lalu ia terkejut melihat suaminya melihat dia sedang melayani pelanggan. "Mas Fikri?" guman Selvi. Ia memucat karena ketahuan. Karena sibuk melayani pelanggan, ia lupa kalau jam segini Fikri akan menjemput. "Ternyata kamu menipuku! Aku kira kamu benar-benar pemilik Cafe. Ternyata kamu pemilik warung kecil seperti ini!" Selvi pun tidak mau kalah. "Mas, meski kecil tetap saja aku tidak kerja. Cafe hanya istilah keren saja padahal sama sama penjual kopi, teh." "Diam kamu! karena kamu aku kehilangan Sari. Asal kamu tahu, dia itu CEO tempatku bekerja. Karena kamu aku diturunkan menjadi OB!" "Apa, mas sekarang menjadi OB!" "Iya ini gara- gara aku menikah dengan mu. Aku tidak mau tahu, sekarang kamu yang harus memenuhi kebutuhan ibuku dan aku!" Fikri benar-benar murka dengan kebohongan Selvi. Semua nya menjadi hancur karena wanita ini. "Astaga, ternyata yang pelayan Cafe tadi katakan benar! Kamu itu ternyata hanya pemilik warung kecil! kurang ajar, padahal aku melayanimu di rumah sampai lelah!" Surti jelas tidak terima. Dia menjambak rambut Selvi karena teringat harus mengerjakan pekerjaan rumah. Terjadilah cakar-cakaran antara Selvi dan Surti. Keributan itu membuat Fikri emosi. Ia benar-benar marah. Karena dua wanita ini, dirinya harus kehilangan berlian. "Sudah! kalian membuatku gila!" Fikri pun meninggalkan Surti dan Selvi. Keduanya pun langsung berhenti dan mengikuti Fikri. Keduanya takut ditinggal Fikri pulang. Tbc.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN