Sari datang tepat di jam yang Jesika katakan. Dia tidak mau datang terlambat. Dan membuat laki-laki yang ia sewa kabur. Sebab tidak banyak laki-laki yang bersedia memberikan benih karena khawatir atau tidak tenang jika memiliki anak. Ya ada beberapa yang merasa tidak nyaman jika tidak melaksanakan tanggung jawabnya pada anak. Mereka merasa berdosa atau apalah dengan mengatas namakan kemanusiaan. Dan Sari tidak membutuhkan sikap sentimental yang tidak perlu itu. Ia hanya butuh anak, bukan ayahnya.
Saat Sari masuk ke kamar hotel, suasana yang ia dapatkan adalah remang-remang. Dia pun menyalakan lampu untuk melihat lebih jelas pria yang ia beli untuk satu malam.
Dan lampu yang menyala memaparkan segala nya. Sari bahkan dibuat terkejut dengan penampilan pria yang tidur di ranjang. Dia berkedip dan mengucek mata untuk melihat apakah ia tidak salah lihat.
'Astaga, Jesika benar-benar memilih laki-laki yang luar biasa,' puji Sari. Matanya dengan rakus menelisik tubuh sang pria. Semakin ia lihat, ia pun semakin kagum, 'Kuharap dia sehat secara jasmani atau rohani.'
Sari berjalan mendekat ke arah laki-laki itu. Perlahan tangannya menggapai ujung selimut. Tarikan lembut yang ia lakukan berhasil membuat tubuh bagian atas laki- laki terungkap.
"Hm, nice body."
Rasa rakus muncul tanpa disangka. Sari sangat menikmati apa yang ia lihat saat ini. Membayangkan tubuh itu bergerak di atasnya pasti menyenangkan.
'Namamu Alex ya? Kamu memang sangat tampan. Aku yakin kalau mas Fikri yang memiliki wajah di atas rata-rata, akan seperti pelayan jika di dekat mu.'
Cukup, Sari tidak bisa lagi terlena dan membuang waktu. Ia menarik nafas sejenak dan membangunkan Alexi.
"Hei, ayo bangun. Kita tidak bisa membuang waktu."
Walau ia mengatakan dengan santai, tangannya yang meremas bajunya menjadi tanda jika ia sama sekali tidak santai. Jantungnya berdetak dan melompat dengan ganas.
'Astaga Sari kamu bukan gadis perawan. Kenapa grogi segala,' batin Sari.
Akan tetapi pria itu ternyata masih tidur. Sari pun mulai kesal sehingga kehilangan perasaan groginya.
"Baiklah, jika kamu tidak mau bangun aku akan pergi. "
Ancamannya berhasil. Ia membuka mata. Iris indah sewarna kayu menyorot ke arahnya. Kedua tatapan mereka bertabrakan seolah menelisik lawan yang ada di depannya.
'Astaga, dia jauh lebih tampan jika membuka mata. Sari seolah terhipnotis dengan keelokan laki - laki di depannya.
"Jesika benar-benar tidak mengecewakan ku."
"Siapa kau?"
Sari terkesima, bahkan suaranya saja sangat seksi. Ia merasa telinganya bisa hamil.
"Siapa aku bukan hal yang penting. Yang penting adalah kita harus menyelesaikan kesepakatan."
'Ya ampun, Ken ternyata memesan wanita malam. Baiklah, karena sudah terlanjur, aku tidak boleh menolak.'
"Jangan melamun. Jangan sampai aku kecewa."
Tanpa sadar tangan Sari pun mampir ke wajah pria yang ia panggil Alex agar pria itu menatapnya dan tidak melamun. Ia membelai kulit Alexi dengan ujung jarinya. Sangat kekar dan menggoda. Sari bahkan menggigit bibirnya karena rasa primitif yang mulai muncul.
"Aku tidak akan mengecewakan mu. Tapi aku harap kita menghentikan acara membelai ini. Kita lakukan sesuatu yang lebih menantang," ucap Alexi. Dengan satu kali sentakan, Sari sudah berada di bawahnya.
Sangat cepat sampai Sari tidak sadar sudah berada di bawah Alexi.
"Ja-jangan terlalu bersemangat. Kita hanya berhubungan satu malam," kata Sari yang gugup.
Padahal pengalaman ini bukan pengalaman yang pertama. Ia pernah melakukan berkali-kali dengan Fikri, saat pria itu setia. Hanya saja sensasi yang ia rasakan benar-benar luar biasa. Aroma laki-laki ini, tatapannya, sentuhan jari- jarinya adalah sesuatu yang pertama kali ia rasakan. Dia tidak pernah segugup ini, terdominasy dan dikuasai.
"Ahahaha Katakan saja kalau kau gugup? apa kamu masih Virgin?" tanya Alexi.
Andai saja ia masih perawan pasti Sari akan senang. Sebab itu artinya ia tidak perlu memiliki kenangan bersama Fikri.
"Tidak, kamu bukan pertama kali untukku. Dan tolong jangan bicarakan hal lain selain hubungan profesional, " lirih Sari. Sungguh ia ingin merutuki ucapannya yang justru seperti desahn. Padahal ia ingin menarik garis dengan jelas hubungan mereka berdua.
"Baiklah. Aku suka itu," balas Alexi.
Bulu kuduk Sari meremang kala nafas Alexi menerpa kulitnya. Satu kecupan di leher membawa semua bulu harusnya berdiri. Dua kecupan menjadi candu tersendiri. Sari pun tanpa sengaja menggeliat karena mendamba. Ia menjadi sangat basah dan ingin segera menikmati apa yang seharusnya terjadi untuk menghasilkan anak.
"Alex..."
Alexi cukup terkejut karena namanya diketahui oleh gadis di bawahnya. Andai saja ia dalam keadaan normal, pasti Alexi akan mencari cara agar gadis ini mengatakan kenapa ia bisa tahu namanya. Namun libido yang mengamuk adalah masalah yang harus dituntaskan. Masalah lain bisa ia urus besok.
"Stth jangan khawatir. Aku akan mengurus ini semua."
Tentu Alexi tidak akan segera ke inti permainan mereka. Ia ingin menggiring sedikit demi sedikit gairah gadis ini menuju puncak hingga membuatnya menggila. Dengan cepat ia melakukan keahliannya yang lain selain menghancurkan lawan. Jarinya sudah berada di titik yang tepat dan mulutnya juga memanjakan benda berwarna merah tua yang menantang. Yang mana semuanya disambut oleh teriakan penuh kesenangan oleh Sari.
" Ya, begitu. Jangan berhenti!"
Entah berapa lama Sari tidak merasakan hal yang terjadi padanya. Ah tidak, Fikri bahkan tidak pernah membuatnya seperti ini. Kepalanya menjadi kosong, tubuhnya bergetar dan nafasnya terengah- engah. Padahal Alexi hanya melakukannya dengan jari.
"Bagus, kini giliranku Sayang. "
"Hah?" Sari yang kepalanya kosong tidak mampu mencerna ucapan Alexi. Yang ia rasakan adalah sesuatu yang mulai menyatukan diri dengannya.
Alexi tersenyum penuh kesenangan. Ia mulai menunjukkan permainan sesungguhnya. Jeritan yang menggema di kamar hotel tidak berhenti sampai pria itu benar-benar lelah. Entah berapa lama ia melakukannya, yang pasti Sari membuka mata saat Alexi terlelap.
'Akhirnya tertidur juga,' batin Sari.
"Ugh..." Sari hampir saja menjerit karena rasa sakit yang ia rasakan di bawah perut. Namun itu tidak membuatnya sedih atau marah. Sari justru tersenyum karena rasa puas yang baru ia rasakan seumur hidupnya.
'Aku harap bisa hamil setelah kamu beri berliter-liter benih di rahimku,' batin Sari.
Perlahan janda muda baru itu memakai kembali pakaiannya. Lalu mengambil cek dan kertas.
Ini upah mu, terima kasih atas pelayanannya. Ingat hubungan kita berakhir di sini. Aku hanya butuh benihmu. Jangan cari aku apapun yang terjadi.
Sari tersenyum tenang. Ia yakin kalau kali ini akan hamil. Diusapnya perutnya yang rata, dengan mata yang masih menatap Alexi.
'Kuharap dia memiliki fitur wajah seperti mu.'
Sari pun akhirnya pergi. Walau ia berjalan dengan tertatih Sari tidak bisa membiarkan pria ini bangun dan melihatnya.
Tbc.