Pak Wisnu

1131 Kata
Malam itu pak Wisnu langsung mengantarkan Maideline menuju terminal bus. Ia juga membiaya Maideline untuk pulang ke Jakarta dan Kembali lagi ke Bandung. Perbuatan sederhana dari pak Wisnu yang membuat Maideline sedikit luluh dengan-nya. Setibanya di terminal, Maideline langsung membeli tiket bus dan berpamitan dengan dosennya itu. Pak Wisnu pun langsung memperingatai Maideline untuk hati-hati, ia juga mengelus-elus rambut Maideline seperti seorang kekasih. Rambutnya yang diacak-acak, hatinya yang berantakan. Itulah yang dirasakan Maideline. Ia pun masuk ke dalam bus dan melambaikan tangan kepada pak Wisnu. Tanpa sadar. Padahal dua hari yang lalu ia sangat benci dengan dosennya itu. Setelah duduk di dalam bus, ia memberitahu Sheila bahwa mala mini dia pergi ke Jakarta untuk menjenguk ibunya yang sedang sakit. “Hati-hati lo ya, salam buat ibu,” kata Sheila. Ia juga memberikan emoticon peluk dan cium. Sheila dan ibunya Maideline memang sangat dekat, bahkan Sheila dianggap anak oleh ibunya Maideline. Selama di bus, Maideline selalu berdoa semoga ibunya baik-baik saja. Perkiraan ia sampai di ibu kota adalah jam 2 pagi. Ia berencana akan langsung menuju rumah sakit dengan naik ojek online. Ia juga sempat tertidur sebentar di dalam bus. Setibanya di Jakarta, ia langsung ke rumah sakit dan menjenguk ibunya. Jam 2 malam, rumah sakit sangat sepi, hanya ada beberapa petugas yang lalu Lalang. Kalau di film-film horror, karakter utamanya pasti sedang dihantui oleh mahkluk halus. Kalau Maideline, ia sedang dihantui oleh rasa takut tentang kondisi ibunya. Ia menghampiri petugas dan bertanya dimana letak kamar sang ibu. Petugas tersebut menunjukkan jalan, di kamar 10. Ia memasuki kamar tersebut dan menemui ibunya yang sedang tertidur pulas dengan selang infus yang tertancap di tangannya. Maideline mencium kening ibunya. Sang ibu terbangun. “Hai nak, apa kabar?” tanya ibunya. Bahkan disaat sedang sakit seperti ini saja, sang ibu masih sangat memperdulikan kabar Maideline. “Baik bu,” kata Maideline singkat. Ia lalu menanyakan kejadian yang meinpa ibunya itu. Sang ibu menceritakan semuanya. Ia hanya kelelahan saja karena banyak pengunjung yang datang ke warung mereka. Itu adalah kabar baik sekaligus buruk yang diterima Maideline. Warung ramai adalah kabar baik, ibunya sakit adalah kabar buruk. Sang ibu juga langsung menyuruh Maideline untuk istirahat. Ia tak tega melihat anak perempuannya itu kelelahan seperti dia. Maideline meletakkan tas-nya ke atas kuris. Ia tertidur di sofa ruangan tersebut. Tertidur pulas. Ibunya juga tertidur pulas malam itu, merasa tenang karena anaknya berada di samping dia. Pagi hari tiba, ternyata notif WA dari pak Wisnu cukup banyak. Dari mulai menanyakan kabar sang ibu, sampai menanyakan tentang rekap nilai mahasiswa. Baru saja senang dengan dosen itu, ia dibuat sebal lagi. Ternyata peraturan terakhir benar-benar tidak dirubah oleh pak Wisnu. “Maaf pak saya ketiduran semalam. Kabar ibu saya baik pak. Ohiyaa untuk rekap nilai, nanti akan kerjakan ya pak, ketika saya sudah sampai di Bandung lagi.” Maideline membalasa pesan dari dosennya itu. Kadang-kadang pak Wisnu seperti malaikat, kadang-kadang juga ia seperti iblis yang menyebalkan. Ibunya melihat anaknya itu dari Kasur. Terlihat seperti sedang gusar. “Kenapa nak? Kamu di chat sama dosen kamuy a?” tanya sang ibu yang sepertinya tahu tentang hal itu. “Iya, kok ibu tau?” tanya Maideline terkejut. “Sheila cerita ke ibu. Katanya kamu dijadikan asisten dosen karena nilai kamu bagus, ibu bangga sama kamu nak.” Ibunya tersenyum bangga. Maideline tidak tahu mau mengucapkan terimakasih kepada sahabatnya itu atau memarahinya. Di satu sisi, ia membuat sang ibu Bahagia meskipun berbohong tentang nilainya yang bagus, tapi dilain sisi ibunya sekarang tahu kalau Maideline adalah asisten dosen. Maideline membalas senyum ibunya. Dan pagi itu ada kabar baik kalau sang ibu sudah boleh pulang. Mereka berdua mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan. Maideline pun membantu ibunya membereskan semua peralatan yang ada di ruangan itu dan bernjak pulang. Maideline berencana akan menginap sehari lagi di kota kelahirannya ini. Selain kangen dengan suasana rumah, ia juga kangen dengan masakan ibunya. Dia juag berencana mengerjakan rekapan nilai melalui rumahnya, kebetulan dia memiliki komputer. Pak Wisnu terus menerus mengirimkan pesan kepada Maideline. Mahasiswinya itu benar-benar kerepotan dibuatnya. Setibanya di rumah, ia langsung pergi ke kamarnya untuk pergi ke kenangannya di masalalu. Dimana semuanya terlihat sangat mudah. Meskipun sejak kecil sudah ditinggal pergi oleh ayahnya, setidaknya Maideline masih memilki ibu yang pengertian kepadanya. Ibunya langsung menuju dapur dan mempersiapkan untuk makan siang nanti. Maideline juga ikut membantu, tanpa sadar pak Wisnu sudah marah-marah di pesan WA karena Maideline tak kunjung mengerjakan tugas itu dan membalas chat pak Wisnu. Maideline dalam masalah. “Ibu istirahat saja, biar Elin yang mengerjakan,” kata Maideline kepada ibunya. Elin adalah panggilan dia di rumah. Ia tidak mau memberitahu orang-orang bahwa panggilan rumahnya seperti itu, malu katanya. Sheila pun tak tahu tentang hal ini karena ia menyuruh sang ibu untuk merahasiakannya. “Gak apa-apa. Kalau ibu istirahat terus yang ada malah sakit lagi. Orang kalau udah tua itu justru harus banyak beraktivitas,” balas ibunya. Memang benar adanya, orang yang jarang beraktivitas justru akan sering sakit. Maideline sendiri juga tak bisa menahan keras kepala sang ibu, mereka berdua memang sama-sama keras kepala. Maideline dan ibunya masak di dapur. Sesekali sang ibu nyeletuk kalau ia kangen suasana dulu ketika bareng dengan Maideline, meskipun ia paham kalau semuanya akan berjalan seiring berjalannya waktu. Ia paham bahwa Maideline tidak akan bersamanya terus. Mendengar perkataan itu, mata Maideline sedikit berkaca-kaca. Selesai masak, mereka berdua pun mulai menyiapkan piring di atas meja makan. Hari ini mereka masak ayam goreng dengan sayur tumis. Makanan kesukaan Maideline. Apalagi tempe yang sudah dikasih sambal, itu tidak ada lawannya. Maideline makan dengan lahap sampai kekenyangan, lalu ia membereskan semuanya dan pergi ke ruang tamu untuk menonton televisi. Ia benar-benar lupa dengan tugas yang sesungguhnya. Menonton film kartun adalah sebuah pengobatan diri untuk Sebagian mahasiswa atau pelajar, dengan cara itu mereka Kembali mengingat masa lalu mereka. Maideline menonton televisi sampai sore hari dan baru ingat dengan tugasnya ketika jam di dinding menunjuk pukul 5. Ia buru-buru mematikan televisi di ruang tamunya itu dan pergi ke kamarnya untuk membuat rekap nilai, ia tidak membaca pesan dari pak Wisnu karena takut. “Nanti saja lah bacanya tunggu selesai mengerjakan ini semua,” katanya dalam hati. Dari jam 5 sore sampai jam 8 malam, ia baru selesai mengerjakan tugasnya itu. Dengan sangat ketakutan ia membuka chat dari pak Wisnu. Isi chatnya adalah omelan pak Wisnu dan emoticon bergambar iblis yang sedang marah. Dengan tangan gemetar, ia memberikan rekapan nilai mahasiswa melalui chat dan meminta maaf kepada pak Wisnu. Ia lalu menutup HandPhonenya dan membantingnya ke tempat tidur. Itu cara untuk melawan rasa takut. Tidak ada semenit, HandPhone itu berdering pesan masuk. Pak Wisnu membalas bahwa rekapan sudah ia kerjakan sendiri, pak Wisnu merasa kecewa dengan Maideline. Ia meminta Maideline untuk menemuinya nanti ketika sudah tiba di kampus lagi. Keteledoran Maideline justru yang membuatnya jatuh ke dalam masalah. Lagi dan lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN