Patah Hati

1086 Kata
Sudah satu bulan lebih Maideline menjadi asisten dosen untuk pak Wisnu. Satu bulan memang waktu yang sebentar untuk sebagain orang, tapi untuk Maideline satu bulan adalah waktu yang sangat lama, apalagi untuk jatuh cinta pertama kali. Iya, Maideline jatuh cinta kepada dosen baru itu. Semua prinsip yang ia pegang selama ini, gugur begitu saja ketika 1 bulan lebih selalu bertemu dengan pak Wisnu. Untuk orang yang baru pertama kali jatuh cinta, rasanya sulit untuk menyembunyikan perasaannya. “Gak usah panggil pak, panggil mas aja,” kata Pak Wisnu melalui chat Whatssapp. “Di kampus juga manggil mas?” tanya Maideline. “Iya, kalau gak ada orang, tapi kalau ada ya jangan, nanti kamu malu lagi hehehe.” Maideline tersenyum lebar. “Tuhkan apa gue bilang, lo sih terlalu benci sama dia,” kata Sheila kepada Maideline. Ia sedang memperhatikan temannya itu senyum-senyum sendiri di pojok kamar kosannya, seperti orang yang sedang jatuh cinta. “Lo gapernah bilang itu ke gue Shel,” kata Maideline sambil sibuk memainkan HandPhonenya. Sheila menggelengkan kepala dan berkata dalam hatinya, “Orang kalau lagi jatuh cinta suka tiba-tiba amnesia.” Sheila mendekat ke arah Maideline dan duduk tepat berhadapan dengannya. “Jangan terbang terlalu tinggi, kalau jatuh, lukanya susah sembuh.” Satu kalimat keluar dari mulut Sheila, Maideline mengangguk. Meskipun perkataan itu masuk ke kuping kanannya dan keluar ke kuping kiri. “Shel, jangan bilang ke siapa-siapa yah. Nanti yang ada guenya malah diledekin sama anak-anak kelas,” kata Maideline memohon kepada temannya itu untuk merahasiakan hubungannya dengan pak Wisnu. “Lo udah pacaran?” tanya Sheila kaget. Ia pikir Maideline hanya tertarik dengan pak Wisnu dan tidak berniat untuk menjadikannya pacar. Maideline mengangguk. Sheila menepuk jidatnya. “Emang lo gak tau kalau dia udah punya tunangan?” Sheila memberikan pertanyaan yang sebenarnya sudah diketahui oleh Maideline. Maideline mengangguk. “Terus kenapa lo pacarin?” Sheila semakin bingung dengan temannya. “Ya kenapa engga? Gue butuh sosok laki-laki yang ngejaga gue Shel, semenjak bapak gue ninggalin keluarga, gue ngerasa gak punya laki-laki yang bisa ngejaga gue dan pak Wisnu datang untuk itu. Lagipula kan belum menikah.” Maideline keluar kamar kost Sheila begitu saja. Dia tidak mau berdebat lebih banyak dengan temannya itu. Sheila membirkannya pergi. Ia ingin memberi tahu kepada Maideline bahwa tunangannya pak Wisnu sedang hamil, namun niat itu ia urungkan karena melihat kondisi Maideline yang sepertinya sedang hancur dan butuh sesosok laki-laki untuk menjaga dia. Sheila tidak lahir dari keluarga broken home, tapi Maideline lahir dari keluarga yang sudah rusak sejak ia masih kecil. Pak Wisnu hadir untuk mengisi kekosongan yang ada di dalam hati Maideline sehingga Maideline bersifat denial tentang hubungan percintaannya. Maideline meminta pak Wisnu untuk bertemu besok, ketika jam mata kuliah selesai. Ia ingin meminta kejelasan tentang hubungannya dengan dosen baru itu. “Mau ketemu dimana?” tanya pak Wisnu melalui chat. “Dimana aja mas, aku mau ngobrol berdua sama kamu.” Singkat, padat, jelas. Itu adalah sebuah kalimat yang ditakuti oleh para laki-laki. Sepertinya akan ada perang lagi nih, kata pak Wisnu dalam hatinya. Mereka berdua pun merencanakan pertemuan itu, di sebuah taman yang jauh dari pusat kota, dan jauh juga dari jangkauan anak-anak kampus. Selesai mata kuliah jam pertama, Maideline langsung pergi begitu saja tanpa sedikitpun bertemu atau berpamitan dengan Sheila. Ia bergegas keluar pintu dan menghilang di koridor gedung FISIP. Sheila merasa bersalah karena telah mematahkan harapan temannya itu, seperti memakan buah simalakam. Jika, Sheila diam saja dan tidak memberitahu kebenarannya, Maideline akan sangat patah hati, tapi jika Sheila memberitahu bahwa tunangan pak Wisnu telah hamil, Maideline juga akan patah hati. Namun, Sheila memilih pilihan yang pertama yaitu diam saja. Maideline pergi dengan ojek online menuju taman wisata di daerah Bandung atas yang jarang orang kota datangi. Tempat yang sepi dan sejuk. Tempat yang sangat cocok untuk deeptalk dengan pasangan atau teman. Pak Wisnu yang memilih tempatnya, dia tahu persis mana tempat yang cocok. Salah satu sifat pak Wisnu yang membuat Maideline jatuh cinta. Pengertian. Pak Wisnu tiba lebih dahulu daripada Maideline. Mereka berdua berpelukan dengan hangat seolah baru bertemu setelah penantian yang panjang. Maideline mengeluarkan air mata, teringat semua perkataan Sheila semalam. “Kamu kenapa sayang?” Tanya pak Wisnu. Ibu jarinya mengusap air mata yang jatuh di pipi Maideline. “Aku gak jadi yang kedua kan mas?” Tanya Maideline dengan suara serak. “Engga sayang. Kamu tetep yang pertama untuk mas. Tunangan mas yang itu kan karena perjodohan yang gak mas inginkan,” kata pak Wisnu berbohong. Untuk meyakinkan Maideline tentang omongannya tadi, ia sambil mengusap-usap rambut mahasiswinya itu. Maideline memeluknya dengan erat, seperti mendapatkan ketenangan yang selama ini belum pernah ia temukan dimana-pun. Pak Wisnu mencium kening mahasiswinya itu. Mereka berdua duduk di taman, menikmati indahnya sore hari di taman yang tidak terlalu ramai pengunjung. Maideline bercerita tentang kisah SMA-nya yang kurang menyenangkan. Ia juga bercerita tentang sosok ayah yang menyebalkan baginya. Setiap kali Maideline mengutuk sang ayah, pak Wisnu mencoba melerainya dan memeluknya dengan penuh kasih sayang, seolah mengatakan bahwa ia hadir untuk menemani perempuan kecil itu menggantikan sosok ayahnya yang pergi. “Mas jangan jahat kaya ayah yah.” Maideline bersandar di pelukan pak Wisnu sambal menahan tangisnya. Pak Wisnu kembali mencium kening mahasiswinya, memberi tanda bahwa ia tidak akan meninggalkan peri kecil itu. Langit semakin berwarna orange, menandakan senja akan datang. Senja adalah pergantian antara sore hari ke malam hari. Sebagian orang suka senja. Meskipun hadirnya hanya sebentar, namun memberikan kesan yang indah. Namun, sebagian orang benci dengan senja. Senja seperti metafora dari kebahagiaan. Dia hadir hanya sebentar dan setelahnya adalah kegelapan yang sangat lama. Seperti sebuah kebahagiaan yang sifatnya hanya sementara, setelah itu sisanya hanyalah penederitaan. Pak Wisnu merangkul Maideline sambil mengeluarkan jurus-jurus gombalnya. Tiba-tiba saja dari arah timur, seorang perempuan dengan perut yang sedikit bulat, datang dengan langkah yang tergesa-gesa. Ia mendatangi kursi taman yang diduduki oleh pak Wisnu dan Maideline. “Mas,” kata perempuan itu dengan nada yang rendah seoalah sedang menahan tangis. “Aku seharian nungguin kamu di rumah mama dan sekarang kamu malah asyik berduaan dengan perempuan.” Pak Wisnu menoleh ke arah sumber suara, ia melihat Intan, tunangannya. “Aku cuma butuh tanggung jawab kamu mas, anak ini udah 3 bulan di kandungan aku.” Intan menangis, air matanya tak terbendung. Maideline yang mendengar kata-kata kandungan, langsung menoleh ke arah perempuan itu. Ia benar-benar terkejut dengan semuanya. Seperti sudah dibawa terbang tinggi dan dijatuhkan begitu saja, tanpa parasut. Lagi-lagi ia dikecewakan oleh laki-laki yang ia percayai. Sama seperti senja tadi, Maideline menghadapai kegelapannya sekarang. Semuanya telah terbongkar.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN