Presdir duduk dengan elegan di hadapan Ayana dan Brian. Semua makanan yang dipesan telah terhidang dengan rapi. Ayana merasa sulit sekali untuk sekedar mengunyah makanan. Perasaannya gelisah sejak tadi. Brian merencanakan ini semua tanpa memberi tahunya. "Jadi namamu Ayana?" tanya Presdir yang tak lain adalah Lim-Kakek Brian. "Benar," jawab Ayana sangat gugup. "Apa kau mengirim guna-guna pada cucuku sampai dia memilihmu?" tambah Lim menatap Ayana lekat. "Ma-maksud anda?" Ayana menelan saliva nya dengan susah payah. "Kakek!" seru Brian memotong. "Hahaha. Tidak, aku hanya bercanda saja," gurau Lim. "Jadi kau pegawai teladan di perusahaan kami ya?" tanya Lim kembali. "Betul, Presdir. Bisa dikatakan begitu," balas Ayana menunduk. "Aku tidak akan lama, Brian sudah mengatakan j