Terimakasih, Direktur

1168 Kata
20 menit sebelum jam makan siang. Ayana risih dengan bunyi di ponselnya yang tak kunjung berhenti. Nama Daniel tertera di sana berulang kali. Mungkin saja pria itu gencar menghubunginya sebab Ayana mengabaikan pesan singkatnya. "Halo!" jawab Ayana dengan kesal. Akhirnya dia menerima panggilan Daniel. "Kenapa kau lama sekali. Hari ini kita harus bertemu. Ada masalah lain yang ingin kuselesaikan denganmu," ketus Daniel dengan nada tinggi. "Langsung saja ke Holycow sekarang." Tut Memutus sambungan telepon setelah berbicara singkat, Ayana meremas kembali ponselnya dengan geram. Sikap Daniel sangat menyebalkan. Dia pikir Ayana bisa seenaknya dikendalikan. "Kenapa? Wajahmu tampak kesal?" tanya Chaha. "Oh, tidak apa-apa. Aku duluan ya?" Chaca mengangguk. Kemudian Ayana pergi terlebih dulu untuk menemui Daniel di sebuah resto makan yang ia pilih. Dia ingin permasalahannya lekas selesai dan tidak lagi melihat tampangnya yang mengesalkan. "Jadi. Apa maumu mengajakku bertemu disini?" tanya Ayana langsung begitu Daniel baru saja menarik sebuah kursi. "Aku kemari untuk mengingatkanmu jika kau lupa. Tanda tangani segera surat perceraian kita," jawab Daniel langsung. Dia mengeluarkan sebuah map dan meletakkannya di hadapan Ayana agar wanita itu bisa membacanya. "Aku sudah menerima surat perceraian itu. Kenapa kau memberikannya lagi?" Ayana tampak heran. "Mungkin saja kau sudah merobeknya atau membuangnya ke tempat sampah," sindir Daniel. "Aku tidak pernah menyobek atau membuangnya. Surat itu masih tersimpan rapi dan jangan khawatir, aku akan segera menandatanganinya." Ayana mulai tak tahan. "Baiklah aku pergi sekarang!" "Tunggu," tahan Daniel saat Ayana beranjak. "Apa lagi?" tanya Ayana dengan malas. Lelaki ini sengaja mengulur waktunya. "Masih ada satu dokumen lagi yang harus kau tanda tangani," ujar Daniel memaksa. Dia menekan bahu Ayana agar duduk kembali. "Singkirkan tanganmu dariku," ketus Ayana sembari mengibaskan tangan Daniel. Pria itu menunjukkan satu lagi berkas yang baru saja ia keluarkan. Ayana terbelalak begitu mengetahui isinya. "Ini adalah surat keterangan untuk harta gono gini. Kau kan punya vila di wilayah puncak yang baru saja kau beli. Nah lebih baik kau jual dan hasilnya kita bagi sama rata." dengan enteng Daniel mengucapkannya. "Gila! Itu aset milikku. Aku membelinya dengan uang tabunganku!" pekik Ayana dengan kesal. "Tapi kita kan suami istri. Aku juga berhak atas aset yang kau punya," tegas Daniel tak tahu malu. "Berpikirlah sebelum mengatakannya. Kau sudah merebut rumah hasil jerih payahku. Sekarang kau justru ingin memiliki vilaku juga? Dasar tidak tahu malu." Ayana mulai meradang. "Itu lain lagi. Jangan mengelak. Pembahasan kita saat ini adalah vila, bukan rumah," tegas Daniel dengan santai. Seolah tidak sadar sedikitpun sikapnya sudah melewati batas kesabaran Ayana. "Kau pikir aku mengalihkan pembicaraan? Tentu saja aku akan menolak. Aku bersusah payah membeli aset untuk masa depan, dan kau ingin bagi hasil? Jangan bermimpi!" seru Ayana tidak terima. "Jaga mulutmu. Jangan membentakku!" balas Daniel marah. "Sudahlah, tidak ada gunanya berbicara denganmu. Aku pergi." Ayana meninggalkan Daniel begitu saja. Namun pria itu tidak menyerah. Dia berhasil mencegat Ayana tepat di samping pintu keluar. "Mau kemana kau? Jangan pikir bisa menghindariku begitu saja," ucap Daniel sembari menghadang Ayana. "Menghindar katamu? Aku justru tidak habis pikir dengan tindakanmu itu. Kau mengincar asetku setelah menghianatiku," jawab Ayana dengan murka. "Aku hanya meminta apa yang menjadi hakku!" seru Daniel. "Hakmu? Enak saja kalau bicara. Aset itu milikku. Oh, mungkin aku dulu memang buta. Bisa-bisanya aku jatuh cinta dengan lelaki macam kau. Aku tidak Sudi membaginya denganmu!" lagi-lagi Ayana menolaknya tegas. "Berikan hakku atau aku tidak akan membiarkanmu pergi?" ancam Daniel tak mau kompromi. Ayana hanya tersenyum masam. "Kenapa kau bersikeras seperti ini? Apa Alma yang menyuruhmu?" "Jangan sangkut pautkan Alma. Dia tidak ada hubungannya dengan ini. Lagi pula dia wanita baik-baik," sanggah Daniel membela. "Seorang adik yang tega merebut suami kakaknya dan memalsukan tanda tanganku, itu yang kau sebut baik?" geram sekali Ayana. "Berhenti menyalahkan Alma. Dia gadis yang tulus mencintaiku," bela Daniel kembali. "Oh ya? Lalu kau anggap apa aku yang sudah menemanimu dari awal dan menuruti semua kemauanmu. Tetapi kau malah memilih Alma yang jelas-jelas hanya mempengaruhimu," tandas Ayana dengan marah. "Setidaknya dia tidak mandul sepertimu," ejek Daniel membuat Ayana kesal. Tamparan keras mendarat di wajah Daniel secara tiba-tiba. Ayana tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersulut. Pria itu benar-benar bermulut perempuan. "Kau benar-benar tidak punya akal. Aku tidak mandul. Semua itu ulah Alma." ucapan Ayana justru ditanggapi dengan tawa keras oleh Daniel. "Kau hanya iri kan? Karena dia perempuan sehat. Tidak sepertimu yang mandul!" lagi-lagi Daniel memantik bara api. Ayana bersiap menampar kembali Daniel namun gerakan pria itu jauh lebih cepat. Dia menangkap jemari Ayana dan mendorongnya ke belakang. Hampir saja Ayana terjerembab jika tidak ada seseorang yang menolongnya. "Aku pikir ini sudah masuk dalam KDRT, Hai pria sombong. Aku bisa melaporkanmu karena tindakan kasarmu." Ayana sangat familiar dengan suara ini, dia segera membalikkan badannya dan mendongak karena tinggi pria itu di atas rata-rata. Benarkan, ternyata Direktur Brian yang tengah membantunya. "Siapa kau? Diam saja, tidak perlu ikut campur masalah kami," hentak Daniel dengan angkuh. "Bagaimana aku bisa diam dan hanya melihat, kalau salah satu karyawanku diperlakukan dengan kasar olehmu," jawab Brian tegas. Sedangkan Daniel tampak terkejut mendengar pernyataan Brian."Kau atasannya Ayana?" "Kau sudah tahu rupanya. Baiklah karena kau sudah tahu, jadi pergilah sekarang juga sebelum kupanggilkan security," ancam Brian. "Aku tidak peduli. Kau memanggil polisi sekalipun aku tidak takut. Sekarang minggirlah," hardik Daniel sembari melangkah mendekat Brian segera mengambil posisi di depan Ayana. Dan menghadang Daniel sebelum pria itu berhasil meraihnya. "Pergi dari sini, atau kupanggilkan security. Aku bisa mengambil bukti dari Cctv di sini bahwa kau telah melakukan kekerasan," ujar Brian kembali mengancam dengan tatapan tajam. Daniel berdecak kesal. "Ingat, Ayana. Urusan kita belum selesai. Segera tandatangani surat perceraian kita. Dan aku tunggu bagi hasil dari penjualan villa," balas Daniel sebelum pergi menjauh. Rupanya intimidasi Brian berhasil mempengaruhinya. Aura sang Bos jauh lebih menakutkan di mata Daniel. Ayana segera menghela napas lega. "Terimakasih, Direktur. Anda telah membantu saya," ucap Ayana sambil menunduk. "Ternyata dia bukan hanya tukang selingkuh. Suamimu juga sangat kasar. Bagaimana bisa kau menikah dengan pria b******n macam itu?" tanya Brian heran. "Ya, begitulah. Tetapi sebentar lagi kita akan bercerai," jawab Ayana pelan. "Apakah anda mendengar pertengkaran kami?" "Tentu saja. Setelah kau menamparnya tadi. Aku tidak habis pikir kenapa kau bisa tahan menikah dengan lelaki macam dia." "Entahlah, Direktur. Sepertinya dulu saya buta sebab terlanjur menyukainya. Saya juga masih tidak percaya dia bisa Setega itu." Ayana tersenyum kecut. "Bahkan pria itu juga mengincar hartamu. Apa kau butuh bantuan? Aku bisa menyewakanmu pengacara handal untuk melawannya," tawar Brian secara langsung. Ayana terkejut mendapati perkataan direktur. Dia tidak menyangka pria itu bisa menawarkan bantuan yang lebih besar lagi padanya. "Tidak perlu, Pak Direktur. Saya bisa menyelesaikan masalah saya sendiri," jawab Ayana dengan segera. "Baiklah terserah kau saja." Brian melangkahkan kakinya menjauhi Ayana. Dia kembali ke kantor lebih dulu. Langkahnya yang tegap menunjukkan bahwa dia pribadi yang konsisten. "Ku kira dia begitu bengis. Ternyata Pak Direktur baik juga, mungkin dia hanya tampak garang di luarnya saja," gumamya pelan. Wanita itu menyadari dia tidak bisa melunak untuk melawan Daniel di sidang perceraiannya nanti. "Aku akan mempertahankan asetku dari siapapun yang berusaha merebutnya." Tekad Ayana sudah bulat. Bersambung . .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN