Sembilan belas

1122 Kata
Dengan susah payah Damian membujuk Queen untuk membiarkan Klarisa pulang bersama dirinya. Adiknya merengek habis-habisan karena belum merasa puas menghabiskan waktu dengan Klarisa. Membuat Klarisa merasa kasihan dengan Damian yang wajahnya sudah terlihat frustasi. Klarisa menatap Queen lembut. Ia sangat hapal dengan sifat gadis ini. "Queen aku pulang dulu, besok kita main lagi. Aku akan mengajari Queen piano lagi deh, bagaimana?" Merasa tergiur, Queen mengangguk mantap. Damian berdecak keras melihat Klarisa yang dengan mudahnya membujuk Queen, sedangkan dirinya harus beradu mulut dulu dengan gadis kecil yang keras kepala itu. Dengan kesal Damian beranjak keluar rumah dan masuk ke dalam mobil. Klarisa yang melihat Damian hanya terkekeh, lalu mencium sayang puncak kepala Queen. "Sampai jumpa, sayang." Ucapnya sambil berjalan menyusul Damian. Masalah pertama selesai, sekarang ia harus membujuk Damian supaya tidak merajuk padanya. Huh padahal kan yang keras kepala itu Queen, kenapa ia juga kena imbasnya? "Hei." Klarisa memasang seat belt dan menatap Damian dengan lembut. Laki-laki itu mengerutkan bibirnya, tanda merajuk. Ia menoel rahang kokoh milik Damian sambil menggembungkan kedua pipinya. "Damian!" Tidak ada jawaban. "Damian, aku lapar, makan yuk." Damian menghela napasnya. Ia tidak bisa berlama-lama merajuk dengan Klarisa. Ia tidak bisa! "Baiklah." Tampilan Klarisa semakin membuatnya terpesona dan mengurungkan niatnya untuk merajuk lebih lama. Sepulang Klarisa dari salon tidak dapat dipungkiri kecantikan gadisnya itu bertambah, meningkat drastis. Apalagi dengan balutan make up yang tidak berlebihan, membuatnya terkesan dewasa namun tidak seperti gadis yang tua. Pakaian Klarisa sejauh ini juga sangat tertutup. Pernah sekali saat gadis itu melihat dirinya dengan Valleri dikantor, gadis itu tampil berbeda dengan mini dress bewarna hitam. "Tapi aku ingin makan masakan Eric," sambung Klarisa. Damian mengangguk dan mengecup bibir Klarisa dengan singkat, hanya persekian detik saja. Lalu ia mulai melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah mewah keluarganya. Meninggalkan perasaan kesal yang membuat dirinya menjadi terlihat seperti anak kecil yang tidak dibelikan mobil-mobilan oleh mommy-nya. ... Kali ini Klarisa menemani Damian dengan setumpuk kertas di ruang kerjanya. Tadi ia ke kampus dan UCL mengumumkan acara wisuda akan diadakan lusa dan mereka membebaskan siswa dari segala materi pembelajaran, namun harus tetap masuk untuk mengisi kehadiran siswa. Pukul masih menunjukkan jam 10 a.m dan Klarisa sudah mengantuk dibuatnya karena daritadi hanya tiduran di sofa sambil membaca novel elektronik di ponselnya. Damian tetap Damian si penggila kerja. Bahkan daritadi Damian hanya sesekali mengajaknya berbicara. Menyebalkan. Namun tiba-tiba Klarisa teringat suatu hal, ia membuka mini bag nya dan membuka dompetnya. Klarisa berjalan ke arah Damian yang kini tengah fokus berkutat pada laptopnya. "Damian, aku lupa mengembalikan ATM kamu, maaf ya." Ucap Klarisa sambil memberikan card ATM Damian dengan wajah tidak enaknya. "Aku tidak memakainya selain waktu itu, kemarin saat ke salon aku menggunakan uang dari ayah." Damian tertegun. Untuk apa Klarisa bertindak seperti ini? "Kamu istri saya, tidak apa Klarisa. Pegang saja jika nanti mendadak kamu membutuhkannya." Damian tersenyum dengan lembut. Ah, Klarisa memang gadis yang baik. Bahkan ia menerima Damian bukan dari segi kekayaannya. Untuk berniat memakai card ATM-nya saja tidak berani jika belum izin kepadanya. Ah menggemaskan. "Tidak Damian. Ini punya kamu, ini hak kamu. Ambil ih." Rengek Klarisa memaksa Damian menuruti perkataannya. Dan daripada gadisnya itu merengek yang berakibat merajuk, dengan cepat Damian mengambilnya. Klarisa tersenyum senang dan mengecup pipi Damian dengan sayang. "Nanti kita mampir ke mall, mau?" Tanya Damian sambil melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Gadis seperti Klarisa pantas untuk dimanja dengan kemewahannya. Klarisa menaikkan sebelah alisnya. Pasalnya Damian paling anti dengan pusat perbelanjaan yang terbilang tidak pernah sepi setiap harinya. Damian juga tidak suka keramaian dan tatapan memuja dari lawan jenisnya yang menurutnya sangat menjijikan. "Loh, untuk apa?" Damian menatap Klarisa dengan jahil sambil mengedipkan sebelah matanya. "Sekali-kali saya ingin pamer kemesraan bersamamu, sayang." Blush. Lagi-lagi Damian dengan tidak sopannya membuat kedua pipi Klarisa terasa panas, dan desiran aneh yang ia rasakan kian menjalar ke seluruh tubuhnya. Ah Damian memang sangat manis. "A-aku, ya-yasudah." Klarisa membalikkan badannya dan kembali duduk di sofa. Ia sangat gugup ditatap seperti itu. Sedangkan Damian yang melihatnya hanya terkekeh melihat pipi Klarisa yang sekali lagi berhasil ia buat semerah kepiting rebus. "Kamu lucu sekali, Clay." ... Klarisa mendengus kesal lagi, entah sudah kali berapa ia mendengus seperti itu. Klarisa sebal dengan Damian yang sedari tadi menyuruhnya untuk membeli barang yang memang seharusnya tidak perlu dibeli. Dari baju, dress, dan beberapa buah make up yang harganya tidak bisa diremehkan, semua Damian belikan untuk gadisnya. Menurutnya harta sangat mudah dicari, tapi yang seperti Klarisa hanya satu didunia, langka katanya. "Damian ini berlebihan." Ucap Klarisa yang matanya sudah memerah menahan nangis. Ia tidak enak kepada Damian, pasti total dari ini semua sudah tembus berjuta-juta. Damian menggenggam tangan Klarisa sambil mengusap jemarinya dengan lembut. "Tidak masalah, sayang. Kan jarang-jarang, tapi kalau sering juga tidak apa lagipula uang tidak ada artinya bagi saya." "Tapi Klarisa tidak enak, nanti aku dibilang gadis matre." Klarisa mengerucutkan bibirnya, wajahnya tertekuk sedaritadi. "Kalau ada yang bilang seperti itu, berarti dia iri. Tidak ada istri yang matre di dunia ini, karena ini semua adalah kewajiban seorang suami untuk memenuhi segala kehidupan istrinya. Jangan terlalu mudah mengambil hati dengan ucapan orang lain." Klarisa memeluk lengan Damian dengan erat. Ia benar-benar beruntung memiliki Damian di sisinya. Hidupnya hanya seputar Damian saja. Tidak dapat dipungkiri, sedari tadi ada beberapa media massa yang mengawasi mereka secara terang-terangan. Tidak sedikit juga yang memekik melihat kemesraan pasangan tersebut. Pasangan yang tidak bisa diremehkan dari segi fisik maupun segi materi. Valleri yang memang kebetulan ada disana mengepalkan jemarinya kuat-kuat. Harusnya ia yang berada di posisi Klarisa saat ini. Seharusnya ia yang menjadi sorot perhatian publik, bukan gadis kekanak-kanakan seperti Klarisa. Dengan rasa sesak yang memenuhi rongga dadanya, Valleri berjalan cepat keluar dari mall dengan tangan yang menggenggam beberapa paper bag ditangannya yang berisi barang-barang mahal. Ia baru mendapatkan kekasih yang dengan gampangnya ia kendalikan keuangannya. Laki-laki memang bodoh. Ia segera masuk mobil dan melajukan mobilnya. Saat ini ia masih hidup berkecukupan, namun ia tidak tau sampai kapan. Karena ancaman Damian terus saja mendobrak pikirannya. Membuat semingguan ini ia uring-uringan dan keluar masuk club hanya untuk minum dan pulang dalam keadaan setengah mabuk. Leonard bahkan tidak tau dirinya sudah menjadi gadis yang kotor. Bukan hanya sekali dua kali saja tubuhnya sudah disentuh beberapa laki-laki. Dan bukan Valleri namanya jika tidak menawarkan bayaran yang cukup tinggi pada setiap laki-laki yang menyentuhnya. Ia tidak menyesal dengan semua perbuatannya. Namun untuk Damian, rasa sesal semakin membutakan dirinya. s**l, hanya ada Damian di kepalanya. "Aku akan buat perhitungan padamu, Klarisa Vanaya Wesley." Seperti kebanyakan orang, Valleri mengenal Klarisa karena ia merupakan anak dari pengusaha yang terbilang sangat sukses menyamakan kedudukan W'company. Wajah Klarisa tersebar luas dibeberapa artikel media massa karena kecantikannya. Bahkan tidak sedikit juga laki-laki yang berlomba-lomba untuk mendapatkan hatinya. Namun usaha mereka sirna begitu mengetahui gadis itu menikah dengan seorang Damian Rega Wilson. Mereka tidak ingin berurusan dengan laki-laki yang mempunyai banyak akses untuk menghancurkan mereka karena berani menyukai Klarisa terang-terangan. "Lihat saja, akan kubuat kamu hancur dalam sekejap, Klarisa. Lihat saja." ... Next chapter... ❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN