Hasutan Kakak Ipar

1156 Kata
Kali ini Ervin mendekatkan tempat duduknya ke meja. Tamu undangan semakin ramai, hiburan pun tak kalah seru membuat suasana semakin ceria dan bahagia. “El, kalau kita pacaran terus ada pria mapan yang deketin, kamu pilih siapa?” tanya Ervin. Ia tidak terima dirinya dianggap remeh seperti tadi. Walau kenyataan bahwa ia belum mapan tidak bisa dipungkiri. “Kalau dia mapan, tapi g****k aku akan milih Mister. Kalau pria itu pintar, kaya, tapi jahat aku tetap milih Mister. Kalau dia kaya, baik hati, pintar tapi nggak tampan aku milih Mister. Terus kalau dia tampan, mapan, baik hati, terus pintar aku juga milih Mister,” jawab Elina menciptakan kerutan pada kening Ervin. “Kenapa?” “Karena aku sukanya sama Mister. Mister itu paket lengkap, sudah pintar, ganteng, bisa masak, cuci baju sama beres-beres rumah. Minusnya cuma dua sudah gak punya duit ditambah pelit,” kata Elina dengan penuh kejujuran. Ervin tidak tahu harus bersikap seperti apa di depan Elina setelah mendengar pendapat istrinya. Haruskah ia bangga dengan kelebihan yang dikatakan Elina tadi yang terdengar seperti bapak rumah tangga. “Gak semua cowok seperti Mister yang mengerti kekurangan istrinya,” lanjut Elina sembari meminum jusnya. Perasaan Ervin menghangat mendengar jawaban Elina yang terakhir. Gadis itu selalu bisa membuat perasaannya berbunga. Ervin meraih tangan Elina lalu mencium punggung tanganya. “Kok asem,” kata Ervin membuat wajah Elina cemberut. “Iya, tadi aku baru selesai cebok masih ada sisa, ya?” kata Elina ketus. Tangannya yang jelas-jelas harum dan lembut malah dibilang asem. Ervin seketika melepaskan tangan Elina lalu mengusap bibirnya. Pelayan datang menghidangkan makanan . Menghirup aromanya yang enak membuat perut Ervin berdemo. Pagi tadi ia belum sempat sarapan, hanya makan kudapan yang telah disediakan di acara pernikahan. Itu pun masih malu-malu―makannya sedikit. “El, yang satu porsi buat aku, kan?” tanya Ervin. Elina langsung memindahkan piringnya menjauh dari jangkauan suaminya. Gadis itu menggeleng. “Mister tadi bilang nggak mau. Ambil sendiri dong,” kata Elina. Ia mulai menyantap makanannya. “Tadi katanya cinta, bagi dikit dong, El.” Ervin menoleh ke tempat prasmanan yang sudah sepi. Ia malu kalau mengambil makanan sendiri. “Gak mau. Mister sendiri yang nolak,” jawab Elina asyik melahap makanannya. Ervin menelan ludahnya susah payah. Perutnya sudah berbunyi. “El, nanti pipi kamu chubby, lho… kalau aku kepincut cewek lain bagaimana?” tanya Ervin membuat Elina menatapnya. “Aku masakin yang enak-enak buat Mister biar ikutan gendut, terus gak ada yang suka, deh.” Ervin memutar bola matanya. Kalau sudah menyantap makanan enak Elina tidak akan peduli dengan timbangan. Kalau Ervin sudah masak tahu tempe dia langsung bilang lagi diet. Ervin menggeleng pelan seraya menoleh ke tempat prasmanan. Beruntungnya ada sekelompok orang sedang mengantri di sana. “Ya, sudah aku ambil sendiri.” Ervin beranjak membuat Elina menatapnya. Melihat punggung Ervin membuat perasaan Elina menghangat. “Hai, Elina.” Seseorang duduk di sampingnya membuat gadis itu kaget. Dia Zee Zee, istrinya Bagus. Elina tidak mengetahui jelas seperti apa Zee Zee sebenarnya karena mereka jarang bertemu. Dari penilaian Elina sendiri Zee Zee selain cantik juga jenius dan pandai bergaul. Gadis itu sangat cantik membuat Elina minder kalau duduk di sampingnya. Latar belakang keluarga Zee Zee juga tidak perlu ditanya. Orang tuanya dosen dan punya sekolah gratis di desa-desa. Elina yang mendengar tentang Zee Zee pun dibuat kagum. Tidak salah Bagus bisa jatuh cinta pada wanita ini. “Hai, Kak Zee,” sahut Elina. Ia terpaksa mengurungkan niat untuk makan. “Aku dengar kamu sudah menikah, ya?” tanya Zee Zee dengan suara kecil, hampir berbisik. Elina mengangguk pelan lalu menatap Ervin yang masih mengantri. “Wah, aku kaget banget dengar kabar itu. Selamat, ya, El.” Zee Zee menjulurkan tangannya dan disambut oleh Elina. “Yang mana suami kamu?” “Itu Kak, yang ganteng mirip Taehyung.” “Taehyung itu siapa?” tanya Zee Zee. “Ya suami aku, cuma Taehyung yang ini versi lite. Kualitasnya agak rendah dikit dari aslinya,” jawab Elina membuat Zee Zee bingung. Sekarang ia mempercayai ucapa Bagus yang mengatakan kalau adik bungsunya sedikit aneh. Bukan sedikit aneh lagi, tapi sangat aneh. “Jadi bagaimana malam pertama kamu?” tanya Zee Zee membuat Elina cukup kaget. Kedipan mata Zee Zee membuat ia tahu bahwa kakak iparnya hanya menggoda saja. “Belum, Kak. Kami belum melakukannya. Kata Ervin nanti setelah kami lulus kuliah baru boleh ‘itu’,” kata Elina malu. Wajahnya bersemu merah membuat Zee Zee sedikit heran. Mereka sudah menikah lama dan tinggal satu atap, tapi belum pernah melakukannya? “Kalian pasangan yang penuh kejutan. Kamu membuat aku kaget,” kata Zee Zee. Elina menundukkan kepalanya. Ia tidak tahu harus bicara apa. Apakah hal seperti itu harus diumbar? “Kami ingin fokus belajar. Ervin bilang dia tidak mau melarang aku mencapai mimpi.” “Memang impian kamu apa?” Elina tersenyum lebar. “Jadi ibu rumah tangga yang baik,” katanya penuh kebahagiaan. Zee Zee tersenyum tipis mendengar impian sederhana adik iparnya. Zee Zee merangkul pundak Elina sehingga jarak mereka sangat dekat. “Elina, apa benar kalian belum melakukan ‘itu’? Bagaimana seorang pria bisa menahannya bertahun-tahun tanpa menyentuh gadis cantik seperti kamu?” Elina tersenyum kaku. Selama ini ia tidak pernah berpikir yang aneh tentang hubungannya . Semua tampak normal dan sempurna. Komitmen Ervin sangat kuat, apapun yang suaminya katakan adalah sebuah kejujuran. Elina merasa itu sesuatu yang baik. “Biasanya cowok seperti itu ada dua penyebab, pertama dia tidak menyukai pasangannya kedua dia tidak menyukai wanita alias―Zee Zee mendekatkan bibirnya ke telinga Elina―gay.” Zee Zee menjauhkan diri dari Elina yang mematung. Gadis itu terlihat syok mendengar ucapan kakak iparnya. Elina yang selalu berpikir positif kini mulai teracuni pertanyaan-pertanyaan konyol yang belum pernah terlintas. “Cara untuk mengetahui apakah kedua dugaan itu benar atau salah adalah dengan mengujinya sendiri.” Zee Zee melambaikan tangannya pada seorang wanita yang berjarak tiga meter darinya. Sepertinya wanita itu akan pulang. “Mengujinya? Ba-bagimana cara mengujinya?” tanya Elina. Zee Zee menoleh lalu tersenyum. “Sini aku beritahu.” Elina mencondongkan tubuhnya lalu Zee Zee membisikan caranya. Mata Elina membulat setelah mendengar cara yang Zee Zee katakan. Elina semakin was-was. Ia juga penasaran kenapa Ervin bisa mengendalikan dirinya selama hampir dua tahun tanpa menyentuh Elina sementara gadis itu sering kali mundar-mandir hanya mengenakan handuk di rumah. “Jadi aku harus menguji dia dengan cara itu?” gumam Elina. Zee Zee menepuk pundak Elina. “Cowok itu mudah tergoda apa lagai kalau sudah sah. Kamu harus selidiki suami kamu.” Entah mengapa Zee Zee suka sekali melihat ekspresi polos Elina. Gadis itu sangat lugu dan mudah dipengaruhi. “Kak, aku takut kalau tahu kenyataan suami aku kayak gitu.” “Nah, makanya kamu harus cari tahu dari sekarang,” ujar Zee Zee sebelum beranjak mendekati suaminya. Elina termenung memikirkan percakapan dengan Zee Zee. ‘Apa dengan cara itu aku akan tahu kalau Mister pria normal atau justru dia… gay?’
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN