BAB 3

1160 Kata
Luna terbangun cukup larut malam dan ia menyesali keptusannya untuk tertidur di sore hari tadi, karena hal itulah yang akan membuatnya nanati kesulitan untuk tidur dan otomatis aktivitas kesehariannya menjadi kacau. Luna sekarang berada di kamar mandi untuk membersihkan dirinya setelah beraktivitas seharian, ia selalu merasa gerah apabila tidak manndi setelah melakukan jadwal yang padat. “Kenapa aku merasa ada yang mengawasiku, ya?” gumam Luna seraya melihat ke kanan dan ke kiri. Ia melihat keseluruhan bagian kamar mandi untuk memastikannya, meskipun pandangannya sedikit kabur karena air yang terus bercucuran dari atas kepalanya. “Apa perasaanku saja, ya? Entahlah, lagipula untuk apa aku memusingkannya.” Luna melanjutkan membersihkan dirinya di tengah malam yang sudah sangat larut itu dengan perasaan yang bahagia, tentunya karena ia baru saja bangun dari tidur nyenyaknya. *** Luna menata sendiri meja makannya dengan makanan yang akan dimakannya malam ini. Sebenarnya Luna membatasi dirinya untuk makan malam, karena itu sangat tidak sehat, tetapi kali ini ia harus melakukannya, hal itu dikarenakan ia terlalu lapar. Jika tidak mengikuti keinginan perutnya, bisa-bisa akan timbul penyakit lain dan itu akan mengangguk waktu produktif Luna. Awalnya Luna berpikir untuk menyiapkan makanan yang biasa saja dan sedikit, tetapi Luna merasa dirinya perlu makanan banyak malam ini karena ia sedikit stress. Jadi Luna memasak banyak menu seperti daging panggang, salad, dan ia juga memesan beberapa menu junkfood untuk ia cemil nanti malam sembari menonton film. Luna pasti tidak akan bisa tidur lagi, jadi ia memilih menghabiskan malamnya dengan cara seperti itu. “Hmm ... Seperti biasa, aku sangat memuji makanan buatanku sendiri,” gumam Luna dan menikmati daging panggang yang dibuatnya. Rasa setengah matang pada daging empuk kualitas premium itu membuat Luna merasakanya gigitan yang nyaman, rasa dari bumbu yang diberinya meningkatkan seleranya, dan emang benar jika Luna mempunyai bakat untuk menjadi chef di sebuah restoran terkenal. Karena Luna mampu melakukannya. “Oboy!” panggil Luna dari meja makan di dapur yang tidak jauh dari arah ruang utama di apartemennya. “Ada apa, Luna?” jawab Oboy. “Apa ada yang mengawasiku sekarang?” tanya Luna. Oboy mulai terlihat memindai keseluruhan apartemen Luna untuk mengecek apakah benar ada yang mengawasi Luna. Setelah melakukan pemindaian selama semenit, Luna menoleh ke arah pintu luar yang langsung menuju ruang utama menunggu jawaban dari robot kecilnya itu. “Terdapat lima kamera pengawas yang tidak tersistem oleh perangkat kita, Luna!” seru Oboy. Saat itu juga Luna membesarkan matanya dan selera makannya langsung hilang. Bagaimana tidak? Siapa yang tidak kaget jika ia dimata-matai, bahka dengan lima kamera pengawas? Yang benar saja. “Bagaimana bisa ada kamera pengawas di rumahku?” tanya Luna. “Dari apa yang aku lihat, kamera pengawasnya berbentuk partikel kecil dan dapat terbang dengan mudah, kemungkinan mereka datang bersamamu dari suatu tempat.” Pernyataan Oboy langsung menjawab semua rasa penasaran Luna. Sekarang Luna tau, siapa yang mengawasinya, pasti Pria menyebalkan yang ia temui tadi di mini market dekat apartemennya. Bukan tanpa alasan Luna menuduhnya, Luna tau gerak-gerik orang seperti tadi itu tidak akan mudah melepaskan orang yang telah merendahkannya atau bahkan berbuat seenaknya kepadanya. “Oboy, apakah benda itu dapat terbang lagi jika aku menangkapnya?” tanya Luna kembali. “Sepertinya tidak, karena aku sudah mendeteksi bagaimana cara kerjanya. Jika mereka telah berdiam diri lebih dari tiga puluh detik, maka sayap mereka akan rusak dan mereka akan tertanam di tempat pemberhentian mereka terakhir selamanya,” jawab Oboy. “Sekarang, tunjukkan aku dimana letak kelima kamera pengawas itu!” seru Luna. *** “Azel sialan! Kenapa kau bisa disini?” tanya Luna dengan panik. Luna bertanya-tanya dalam kepalanya, kenapa seakan dunia tidak berpihak kepadanya dan semua orang mengetahui kemana ia pergi. Apa karena atasannya yang tidak bijaksana itu? Tidak, tidak mungkin ia menyebarkan data kemana Luna akan pergi. “Kenapa? Ada apa dengan wajahmu? Apakah kau merindukanku? Merindukan tubuhku?” tanya Azel denga senyuman manisnya dan ia mengusap bibir Luna dengan pelan. Luna dengan cepat menolakkan kepala Azel dengan kedua jarinya, “Apa kau serius berkata seperti itu? Kau sudah gila, ya?!” teriak Luna. Untung saja jalanan pada pagi hari itu masih sepi dan tidak ada orang yang berlalu lalang, keinginan Luna untuk berolahraga pagi pun jadi hilang begitu saja karena orang yang berada di hadapannya ini. “Kau kenapa berkata seperti itu kepadaku? Apa kau tidak kasihan karena telah melukai hatiku?” tanya Azel dengan wajah cemberutnya. “Jadi kau ingin apa?” “Aku kedinginan sekarang dan tidak punya tempat tinggal disini,” Luna menghembus kasar napasnya dan kembali masuk ke apartemennya, bagaimanapun juga Azel sudah mengetahu tempat tinggalnya, tidak ada hal yang perlu ia rahasiakan lagi. “Bagaimana kau bisa mengetahui tempat tinggalku?” tanya Luna. “Apa kau tidak merasa apartemen mu ini terlalu mencolok?” balas Azel. Luna terdiam dan berpikir sebentar, sesaat kemudian ia langsung merutuki dirinya. Ia merasa apa yang dikatakan Azel benar, soalnya ia mengambil apartemen termewah di Belguaze. Meskipun tempatnya itu terlihat seperti desa, tetapi Belguaze merupakan ibukota dari Georganaze, yaitu sebuah negara bagian dengan kota metropolitan tebaik di dunia. Tentu saja semua apartemen disini sangat bagus dan berkembang, tetapi Luna tidak sadar telah mengambil tempat tinggal yang terbaik. “Pantesan saja disini sepi,” ungkap Luna. “Jadi? Kau baru mengetahui daerah tempat tinggalmu ini merupakan tempat orang berpenghasilan tinggi alias orang kaya raya?” tanya Azel terkejut dengan kepolosan yang dimiliki Luna. “Sudahlah, hal itu tidak penting sekarang,” ketus Luna. Luna membawa Azel memasuki kamar di apartemennya itu, pastinya dengan Azel yang sepanjang koridor terkesima dengan kemewahan yang ada di dalam apartemen itu. Sebaik Luna menutup pintu apartemennya, Azel langsung masuk ke dalam apartemen Luna dan tiduran di Sofa Luna tanpa izin pemiliknya. “Kau tidak pernah berubah ya, Azel!” ketus Luna. “Maksudmu? Ahh ... Kenapa disini sangat gerah?” ungkap Azel. Azel membuka jasnya dan dasinya, kemudian ia dengan sembarangan mencampakkannya ke lantai apartemen milik Luna. Luna yang melihat hal itu hanya dapat mengelus dadanya untuk sabar, “Tenang Luna ... Anggap saja ia hanya binatang liar,” gumam Luna. “Aku akan ke kamar, kau jangan melakukan hal yang aneh-aneh disini,” sinis Luna dan pergi meninggalkan Azel. “Sebentar ... Apa kau tidak rindu dengan tubuhku?” tanya Azel. “Kau mabuk?” tanya Luna balik. “Aku sangat baik-baik saja,” balas Azel. Azel membuka kancing kemeja miliknya satu per satu, sampai semuanya telah terbuka, ia melepaskan kemeja miliknya itu dan menampilkan lekukan tubuhnya yang indah. Azel berjalan mendekati Luna secara perlahan, sampai ia berada di hadapan Luna dan mendekati wajah perempuan di hadapannya itu secara perlahan. “Kenapa hmm? Aku yakin kau masih menginginkannya bukan?” Azel mengelus leher mulu Luna dengan pelan dan dengan cepat Azel mengangkat tubuh Luna, lalu membawanya masuk ke kamar Luna. Kemudian menghempaskannya dengan kasar ke tempat tidur, Azel melepaskan tali pinggang miliknya seraya melihat Luna candu. Dalam sekejap, Azel sudah melepaskan pakaian bawah miliknya dan berada di atas Luna dengan tatapan beringasnya. “Bagaimana? Jika kita mulai sekarang?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN